Christian memarkirkan mobilnya di lobby apartemen di mana penthouse Elan berada. Pria itu segera menuju ke lift dengan langkah kaki yang tegas, dan cepat. Sorot mata tajamnya membendung rasa marah dan emosi tertahan.Christian layaknya merasakan bara api yang berada di atas kepalanya—begitu membakar hingga membuatnya ingin meledakan kemarahan. Sudah sejak sepanjang perjalanan—dia menahan emosi.Pengkhianatan dari sepupunya ini sangat sulit dia terima! Ting! Pintu lift terbuka. Christian melangkah keluar pintu lift menuju penthouse Elan.“Selamat malam, Tuan Christian.” Para pelayan menyambut kedatangan Christian.“Di mana Elan? Aku ingin bertemu dengannya.” Christian tanpa basa-basi, menjawab sapaan pelayan dari sepupunya itu. “Tuan Elan ada di ruang kerjanya, Tuan. Beliau sudah menunggu Anda,” balas sang pelayan penuh dengan sopan.Christian mengangguk singkat merespon ucapan sang pelayan. Tanpa lagi berkata, dia segera menuju ke ruang kerja Elan. Langkah kakinya tegas, dan sedi
Claudia terbangun di tengah malam, menatap ke jam dinding waktu menunjukkan pukul satu malam. Gadis itu menoleh ke samping, namun ternyata Christian belum juga pulang. Entah ke mana Christian pergi sampai-sampai di tengah malam seperti ini, pria itu tak juga pulang.Claudia menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, menarik selimut, menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Di tengah malam yang hening ini, membuat perasaannya begitu campur aduk.Jika Claudia tengah kesendirian seperti ini, pasti selalu saja ada yang muncul di dalam pikirannya. Dia sudah berusaha untuk tidur kembali, tapi sayangnya dia tak bisa untuk tidur lagi. Seakan rasa kantuknya telah hilang seolah diterpa ombak.Ceklek! Pintu kamar terbuka. Refleks, Claudia mengalihkan pandangannya ke arah pintu—menatap Christian yang baru saja tiba. Senyuman di wajah Claudia terlukis di kala melihat sekarang pria yang dicintainya sudahlah pulang.“Christian?” Claudia menyibak selimut, lalu turun dari ranjang, dan melangkah mengh
Lantunan musik piano terdengar begitu merdu. Suasana ruangan seakan memberikan ketenangan dan juga kedamaian. Ya, saat ini Claudia tengah memainkan piano. Penthouse milik Christian memiliki fasilitas piano.Claudia cukup pintar bermain piano, meskipun tak terlalu hebat. Seharian berada di rumah, yang dia lakukan mencoba menenangkan pikiran. Salah satunya dengan cara bermain piano.Lantunan musik piano menyejukan hati. Di tengah-tengah badai masalah yang terjadi, gadis itu sedikit lebih baik karena berusaha untuk menenangkan diri. Memang tidak mudah, namun Claudia mencoba untuk menjalani semuanya.“Nona Claudia?” sang pelayan melangkah menghampiri Claudia.“Iya?” Claudia mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan.“Nona, ini saya membuatkan orange juice untuk Anda.” Sang pelayan memberikan orange juice itu pada Claudia.Claudia tersenyum sambil menerima orange juice itu. “Terima kasih.”“Dengan senang hati, Nona,” jawab sang pelayan.Claudia meminum perlahan orange juice itu. “Oh,
Christian berdiri di depan ruang unit gawat darurat bersama dengan Grania. Tampak raut wajah pria itu begitu panik, khawatir, dan penuh ketakutan. Sejak tadi Christian hak henti mondar mandir tidak jelas. Pria itu mengusap wajah kasar. Meskipun sudah berkali-kali untuk tenang, tetap saja Christian tidak pernah bisa tenang.Suara rintihan sakit yang keluar dari bibir Claudia selalu terngiang di pikiran Christian. Pun yang terus terngiang di pikiran pria itu adalah Claudia mengalami pendarahan. Itu yang membuat Christian menjadi panik luar biasa, dan tak bisa untuk tenang. Terkaan-terkaan buruk bermunculan di pikiran Christian, tapi dia berusaha keras untuk menepis segala terkaan buruk itu.Bukan hanya Christian yang dilingkupi kepanikan. Grania pun demikian. Sejak tadi, wanita paruh baya itu tak bisa tenang. Dia menangis karena takut terjadi sesuatu hal buruk pada putrinya. “Christian, Claudia pasti baik-baik saja, kan?” Grania menatap Christian begitu cemas, dengan pancaran mata yang
Christian menatap Claudia yang masih terlelap. Senyuman di wajah pria itu terlukis begitu hangat dan amat bahagia. Tangan kokoh pria itu membelai perut Claudia yang masih rata. Gelenyar aneh menelusup masuk ke dalam diri Christian di kala menyentuh perut Claudia.Selama ini, setiap kali Christian berhubungan badan dengan Claudia memang tidak pernah sama sekali memakai pengaman. Namun, pria itu sama sekali tak mengira kalau Claudia akan secepat ini mengandung buah cinta mereka.Christian sama sekali tak menyesal. Kehadiran anak di tengah-tengah dirinya dan Claudia sebagai tanda memperkuat hubungan mereka. Sekalipun badai masalah hadir, tetapi mereka yakin bahwa mampu melewati semuanya.Christian menundukkan kepalanya, menciumi perut Claudia yang masih rata itu. Di dunia ini pria mana pun pasti akan bahagia, jika mendengar kabar bahwa akan menjadi seorang ayah.Perlahan, sayup-sayup mata Claudia mulai terbuka. Sinar lampu berwarna putih menyorot menjadi object pertama yang dirinya lihat
Dua hari Claudia berada di rumah sakit. Selama dua hari ini, tentunya Christian menjaga ketat Claudia. Pria itu belum memberi tahu Claudia tentang skandal hubungannya dengan Claudia sudah terungkap media. Dokter menyarankan Claudia untuk tak memikirkan masalah berat. Itu yang membuatnya belum memberi tahu Claudia bahwa media tengah membicarakan tentang hubungan mereka.Dua hari ini, Christian tidak mengizinkan Claudia melihat berita. Pria itu hanya memperbolehkan Claudia menonton film. Tidak boleh melihat siaran berita. Untungnya, gadis itu menurut tanpa sama sekali melawan. Gadis itu memang sudah terlalu sering patuh, jadi tak sulit jika mendapatkan aturan-aturan dari Christian.Selama berada di rumah sakit, Claudia tak dikunjungi siapa pun, karena memang tak ada yang tahu. Hanya Christian dan Grania yang tahu. Tapi sampai detik ini Benny belum juga datang, maka itu artinya pasti Grania belum memberi tahu Benny tentang kehamilan Claudia. Pun teman-teman kantor ataupun teman-teman kul
Christian menyentuh pipi kanannya yang ditampar keras oleh ayahnya. Tinggi tubuh pria itu sama dengan tinggi tubuh Tadeo. Pun meski Tadeo sudah tak lagi muda, tapi Tadeo memiliki postur tubuh yang masih gagah bahkan memiliki otot yang kencang dan keras.Ya, suasana di sana berubah menjadi tegang di kala Tadeo melayangkan tamparan keras di pipi kanan Christian. Namun, tamparan itu tak membuat tubuh Christian tumbang. Tamparan itu hanya menimbulkan rasa sedikit perih di pipi kanan Christian.“Christian.” Claudia terkejut bukan main melihat secara langsung Tadeo menampar keras Christian. Gadis itu memeluk lengan Christian, menahan air mata agar tak tumpah. Gadis itu ingin menangis sekencang mungkin, tetapi itu adalah hal yang tak mungkin. Karena jika dirinya menangis, pasti Christian akan semakin dilanda rasa cemas dan khawatir padanya.Christian tersenyum seraya menyeka sudut bibirnya yang berdarah. “Aku tidak apa-apa. Diamlah. Jangan melakukan apa pun. Jangan khawatirkan aku. Aku bisa
Semua orang menatap lekat sekaligus bingung reaksi Tadeo akan kalung berlian milik Claudia. Mereka tak mengerti kenapa bisa Tadeo bereaksi seperti itu. Apalagi ini hanya tentang sebuah kalung saja.Memang, Daisy pun terkejut mendengar penjelasan dari Claudia yang mengatakan bahwa Claudia bukanlah anak kandung keluarga Fitzgerald. Tetapi untuk masalah kalung berlian, Daisy sama sekali tak terkejut. Tidak seperti reaksi Tadeo.Hening … keheningan sempat membentang. Tatapan Tadeo tak lepas menatap kalung berlian yang ada di tangan Claudia. Raut wajah pria paruh baya itu menunjukkan dia sangat terkejut, bahkan seolah ingin menyangkal kenyataan.Christian membantu Claudia untuk bangkit berdiri. Pria itu menarik tubuh Claudia masuk ke dalam dekapannya. Pun Claudia memilih untuk bersandar di dada bidang Christian. Hanya berada di sisi Christian, dirinya merasakan kenyamanan.“Claudia, kau tidak apa-apa, kan?” Daisy memang sangat kecewa pada Claudia, tapi wanita paruh baya itu sangat iba pada