“Aku sudah kenyang, Christian.” Claudia menyudahi makanan yang disuapi Christian. Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Claudia sebenarnya tidak nafus makan, tapi Christian dengan sabar menyuapi Claudia makan.Well, tentu jika sudah Christian turun tangan menyuapi, maka mau tak mau, Claudia harus tetap makan. Sejak di mana dokter mengatakan kandungan Claudia lemah—Christian menjadi super overprotective. Jam enam sore tadi sebenarnya Claudia sudah makan sedikit disuapi Grania, tapi sekarang Christian menyuapi Claudia, karena pria itu merasa kalau tadi Claudia makan tak terlalu banyak. Di otak Christian adalah Claudia makan untuk dua orang. Jadi Claudia wajib untuk banyak makan.“Claudia, ini tinggal sedikit lagi. Habiskan makananmu.” Christian bersikukuh, meminta Claudia untuk menghabiskan makanannya.Claudia mendesah panjang. “Christian, kalau kau memaksaku untuk menghabiskan makananku, nanti malah aku muntah. Kalau aku lapar lagi, aku janji akan makan lagi.” Nada bicaranya mereng
“Kenapa kau tidak menceritakan tentang Elan padaku?” Claudia menyandarkan kepalanya di dada bidang Christian, memeluk pinggang pria itu. Setelah Ella pergi, yang Claudia tanyakan pada Christian adalah tentang Elan. Dia masih tak mengira akan kejahatan yang Elan lakukan.Claudia tidak sama sekali menghakimi kakaknya. Dia menyadari dirinya pun bukanlah perempuan suci. Jadi, dia tidak pantas sama sekali untuk menghakimi sang kakak. Bagaimanapun, dirinya ini adalah perempuan yang jauh dari kata sempurna.Christian mengecup puncak kepala Claudia. “Tadi, Ella sudah menceritakan semuanya, kan?” tanyanya. Dia datang tepat ketika Ella tengah menceritakan tentang Elan pada Claudia. Awalnya, dia ingin mencegah Ella bercerita, tapi akhirnya dia membiarkan. Dia menyadari bahwa Claudia berhak untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Claudia mendongak dari dalam pelukan Christian, menatap wajah pria itu. “Iya, Kak Ella sudah bercerita padaku tentang Elan. Kenapa kau sama sekali tidak cerita
Tiga hari Claudia dirawat di rumah sakit. Selama di rumah sakit, dia selalu dijaga oleh Christian. Akan tetapi, Benny dan Grania juga turut bergantian menjaga Claudia. Pun Ella kerap mengirimkan makanan. Hanya saja Ella belum bisa menjenguk Claudia lagi karena banyak pekerjaan yang Ella kerjakan.Selama berada di rumah sakit, Claudia begitu dimanja oleh Benny dan Grania. Benny dan Grania selalu memperilakukan gadis itu persis seperti bayi. Mereka menyuapi makan, bahkan setiap sebelum berangkat ke rumah sakit, Grania selalu membuatkan makanan-makanan kesukaan Claudia.Grania merawat Claudia sejak Claudia masih bayi. Itu yang membuat Grania sangat hafal apa-apa saja kebiasaan serta kesukaannya. Selain merawat, Grania juga menyusui Claudia. Hal itu juga yang membuat ikatan batin Grania dan Claudia layaknya ikatan ibu kandung dan anak kandung.Benny dan Grania sudah mendengar kedua anak mereka telah berdamai. Meski mereka belum menyaksikan, karena posisinya Ella tengah sibuk, tapi setidak
Dokter sudah mengizinkan Claudia untuk pulang. Kondisi Claudia dan kandungannya sudah membaik. Selama berada di rumah sakit, gadis itu memang fokus memulihkan keadaannya. Kandungannya yang lemah, membuatnya tak akan membiarkan Claudia keluar cepat dari rumah sakit.Saat dokter sudah mengizinkan Claudia untuk pulang, pria itu meminta sang dokter untuk memeriksa keadaan Claudia secara ulang. Baik itu kesehatan ataupun kandungan. Tentu saja Christian ingin Claudia pulang dalam keadaan yang sudah benar-benar pulih.Christian tak mengizinkan Claudia untuk melihat sosial media. Pun dia membatasi gadis itu dalam menyelesaikan pekerjaan. Sebenarnya, Christian sudah melarang total Claudia mendesain, karena dia ingin gadis itu benar-benar pulih dulu.Akan tetapi, Claudia memohon agar Christian tetap mengizinkannya mendesain karena bagi gadis itu menggambar suatu ruangan dapat membuat hati dan pikirannya merasa tenang. Hal itu yang akhirnya membuat pria itu tetap mengizinkan Claudia mendesain. H
Ruang kamar megah, berisikan Claudia, Christian, Daisy dan Tadeo. Tampak Tadeo berdiri di depan Claudia dan Daisy yang tengah duduk. Sedangkan Christian berdiri di samping Tadeo. Saat ini, Tadeo telah mengakui semuanya pada Daisy. Mengakui hubungannya dengan Feray, bahkan termasuk kejadian berdarah di mana pria paruh baya itu membunuh Alvin—ketika tahu Feray telah dilenyapkan oleh Alvin.Selain itu, Tadeo pun mengakui sempat salah sangka, karena berpikir Claudia adalah putri kandungnya dengan Feray. Pria paruh baya itu memutuskan untuk menceritakan semuanya. Karena dia telah berjanji tak akan ada lagi yang ditutupi.Belum ada yang bersuara setelah Tadeo menceritakan semuanya. Claudia dan Christian terdiam—mereka tak bersuara. Sama halnya dengan Daisy yang duduk di samping Claudia tak bersuara apa pun.Daisy belum mau bersuara karena semua perkataan Tadeo membuatnya seakan kehilangan kata. Rasa sedih, kecewa, hancur, kasihan, dan marah melebur menjadi satu. Tapi Daisy bukanlah sosok y
Tadeo menepati janjinya membawa Claudia ke makam mendiang kedua orang tua gadis itu. Pun Tadeo mengajak Daisy untuk mengunjungi makam Feray dan Alvin. Sedangkan Christian tentunya ikut, karena menemani Claudia.Mereka semua sedang berada di perjalanan menuju pemakaman. Mobil yang membawa Christian dan Claudia berada di depan, dan mobil Tadeo dan Daisy berada di belakang.Tak selang lama, dua mobil mewah yang membawa Christian, Claudia, Tadeo, dan Daisy memasuki sebuah pemakanan mewah yang ada di Brooklyn. Mereka semua turun dari mobil.“Kira ke arah kanan.” Tadeo sudah lebih dulu memberikan interuksi, agar berjalan ke arah kanan. Karena tak ada yang tahu, itu kenapa Tadeo wajib memberikan interuksi.Semua orang mengikuti interuksi dari Tadeo. Berikutnya, langkah mereka semua terhenti tepat di kala melihat nama Alvin Wesly dan Feray Ursula di pusara makam. Mata Claudia langsung berkaca-kaca melihat kedua nama itu.“Claudia, mereka adalah kedua orang tuamu,” ucap Tadeo seraya memberikan
“Mom, Dad, apa Claudia sudah pulang dari rumah sakit?” Ella melangkah masuk ke dalam ruang makan, duduk di kursi meja makannya, dan mulai menikmati makan malam yang telah terhidang di hadapannya.“Sudah, Sayang. Tadi Mommy baru saja menelepon Claudia. Tapi kemarin dia menginap dulu di rumah orang tua Christian,” jawab Grania sambil menikmati makan malam yang terhidang. “Ah, begitu. Aku belum sempat lagi menjenguknya. Nanti tolong beri tahu aku alamat tempat tinggal Claudia dan Christian. Besok aku akan menjenguk Claudia sambil membawakan kue kesukaannya,” jawab Ella hangat.Ella terlalu sibuk dengan pekerjaan yang diurus, sampai belum menjenguk Claudia lagi. Bahkan adiknya keluar dari rumah sakit saja, tidak langsung menjenguk adiknya itu. Bukan tidak mau atau tidak peduli, tapi kondisinya dia tengah dilanda kesibukan dan pikiran yang sedang kacau. Lagi pula, dia tahu bahwa akan ada Christian yang selalu menjaga adiknya dengan baik.Grania dan Benny tersenyum mendengar apa yang Ella
Ella diam seribu bahasa, tak mampu berkata apa pun. Apa yang dikatakan Elan begitu sungguh-sungguh. Sekalipun Elan telah menukar hasil test DNA Claudia dan ayah Christian, tapi sampai detik ini pria itu sama sekali tak melukai Claudia. Padahal bisa saja kalau Elan ingin melukai Claudia, agar Christian bisa merasakan apa yang Elan rasakan.Ella mengatur emosinya. Logika dan hatinya berperang menjadi satu, seakan mencari celah jawaban yang semestinya. Akan tetapi rasa kecewa dan marahnya begitu besar hingga seakan memvalidasi bahwa semua tindakan Elan bersalah.Ella masih tetap diam, dengan semua pikiran yang berkecampuk. Tak menampik bahwa hatinya bergetar saat Elan mengatakan jatuh cinta padanya. Namun, dia tak ingin jatuh di lubang yang sama. Yang harus dia ingat selalu adalah Elan mencintai Delfa. Sekalipun wanita bernama Delfa sudah tiada, tetap tidaklah mengubah keadaan yang ada.“Foto-fotoku tidak bisa dijadikan bukti kalau kau benar-benar mencintaiku. Elan, hentikan permainanmu.