“Kenapa kau tidak menceritakan tentang Elan padaku?” Claudia menyandarkan kepalanya di dada bidang Christian, memeluk pinggang pria itu. Setelah Ella pergi, yang Claudia tanyakan pada Christian adalah tentang Elan. Dia masih tak mengira akan kejahatan yang Elan lakukan.Claudia tidak sama sekali menghakimi kakaknya. Dia menyadari dirinya pun bukanlah perempuan suci. Jadi, dia tidak pantas sama sekali untuk menghakimi sang kakak. Bagaimanapun, dirinya ini adalah perempuan yang jauh dari kata sempurna.Christian mengecup puncak kepala Claudia. “Tadi, Ella sudah menceritakan semuanya, kan?” tanyanya. Dia datang tepat ketika Ella tengah menceritakan tentang Elan pada Claudia. Awalnya, dia ingin mencegah Ella bercerita, tapi akhirnya dia membiarkan. Dia menyadari bahwa Claudia berhak untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Claudia mendongak dari dalam pelukan Christian, menatap wajah pria itu. “Iya, Kak Ella sudah bercerita padaku tentang Elan. Kenapa kau sama sekali tidak cerita
Tiga hari Claudia dirawat di rumah sakit. Selama di rumah sakit, dia selalu dijaga oleh Christian. Akan tetapi, Benny dan Grania juga turut bergantian menjaga Claudia. Pun Ella kerap mengirimkan makanan. Hanya saja Ella belum bisa menjenguk Claudia lagi karena banyak pekerjaan yang Ella kerjakan.Selama berada di rumah sakit, Claudia begitu dimanja oleh Benny dan Grania. Benny dan Grania selalu memperilakukan gadis itu persis seperti bayi. Mereka menyuapi makan, bahkan setiap sebelum berangkat ke rumah sakit, Grania selalu membuatkan makanan-makanan kesukaan Claudia.Grania merawat Claudia sejak Claudia masih bayi. Itu yang membuat Grania sangat hafal apa-apa saja kebiasaan serta kesukaannya. Selain merawat, Grania juga menyusui Claudia. Hal itu juga yang membuat ikatan batin Grania dan Claudia layaknya ikatan ibu kandung dan anak kandung.Benny dan Grania sudah mendengar kedua anak mereka telah berdamai. Meski mereka belum menyaksikan, karena posisinya Ella tengah sibuk, tapi setidak
Dokter sudah mengizinkan Claudia untuk pulang. Kondisi Claudia dan kandungannya sudah membaik. Selama berada di rumah sakit, gadis itu memang fokus memulihkan keadaannya. Kandungannya yang lemah, membuatnya tak akan membiarkan Claudia keluar cepat dari rumah sakit.Saat dokter sudah mengizinkan Claudia untuk pulang, pria itu meminta sang dokter untuk memeriksa keadaan Claudia secara ulang. Baik itu kesehatan ataupun kandungan. Tentu saja Christian ingin Claudia pulang dalam keadaan yang sudah benar-benar pulih.Christian tak mengizinkan Claudia untuk melihat sosial media. Pun dia membatasi gadis itu dalam menyelesaikan pekerjaan. Sebenarnya, Christian sudah melarang total Claudia mendesain, karena dia ingin gadis itu benar-benar pulih dulu.Akan tetapi, Claudia memohon agar Christian tetap mengizinkannya mendesain karena bagi gadis itu menggambar suatu ruangan dapat membuat hati dan pikirannya merasa tenang. Hal itu yang akhirnya membuat pria itu tetap mengizinkan Claudia mendesain. H
Ruang kamar megah, berisikan Claudia, Christian, Daisy dan Tadeo. Tampak Tadeo berdiri di depan Claudia dan Daisy yang tengah duduk. Sedangkan Christian berdiri di samping Tadeo. Saat ini, Tadeo telah mengakui semuanya pada Daisy. Mengakui hubungannya dengan Feray, bahkan termasuk kejadian berdarah di mana pria paruh baya itu membunuh Alvin—ketika tahu Feray telah dilenyapkan oleh Alvin.Selain itu, Tadeo pun mengakui sempat salah sangka, karena berpikir Claudia adalah putri kandungnya dengan Feray. Pria paruh baya itu memutuskan untuk menceritakan semuanya. Karena dia telah berjanji tak akan ada lagi yang ditutupi.Belum ada yang bersuara setelah Tadeo menceritakan semuanya. Claudia dan Christian terdiam—mereka tak bersuara. Sama halnya dengan Daisy yang duduk di samping Claudia tak bersuara apa pun.Daisy belum mau bersuara karena semua perkataan Tadeo membuatnya seakan kehilangan kata. Rasa sedih, kecewa, hancur, kasihan, dan marah melebur menjadi satu. Tapi Daisy bukanlah sosok y
Tadeo menepati janjinya membawa Claudia ke makam mendiang kedua orang tua gadis itu. Pun Tadeo mengajak Daisy untuk mengunjungi makam Feray dan Alvin. Sedangkan Christian tentunya ikut, karena menemani Claudia.Mereka semua sedang berada di perjalanan menuju pemakaman. Mobil yang membawa Christian dan Claudia berada di depan, dan mobil Tadeo dan Daisy berada di belakang.Tak selang lama, dua mobil mewah yang membawa Christian, Claudia, Tadeo, dan Daisy memasuki sebuah pemakanan mewah yang ada di Brooklyn. Mereka semua turun dari mobil.“Kira ke arah kanan.” Tadeo sudah lebih dulu memberikan interuksi, agar berjalan ke arah kanan. Karena tak ada yang tahu, itu kenapa Tadeo wajib memberikan interuksi.Semua orang mengikuti interuksi dari Tadeo. Berikutnya, langkah mereka semua terhenti tepat di kala melihat nama Alvin Wesly dan Feray Ursula di pusara makam. Mata Claudia langsung berkaca-kaca melihat kedua nama itu.“Claudia, mereka adalah kedua orang tuamu,” ucap Tadeo seraya memberikan
“Mom, Dad, apa Claudia sudah pulang dari rumah sakit?” Ella melangkah masuk ke dalam ruang makan, duduk di kursi meja makannya, dan mulai menikmati makan malam yang telah terhidang di hadapannya.“Sudah, Sayang. Tadi Mommy baru saja menelepon Claudia. Tapi kemarin dia menginap dulu di rumah orang tua Christian,” jawab Grania sambil menikmati makan malam yang terhidang. “Ah, begitu. Aku belum sempat lagi menjenguknya. Nanti tolong beri tahu aku alamat tempat tinggal Claudia dan Christian. Besok aku akan menjenguk Claudia sambil membawakan kue kesukaannya,” jawab Ella hangat.Ella terlalu sibuk dengan pekerjaan yang diurus, sampai belum menjenguk Claudia lagi. Bahkan adiknya keluar dari rumah sakit saja, tidak langsung menjenguk adiknya itu. Bukan tidak mau atau tidak peduli, tapi kondisinya dia tengah dilanda kesibukan dan pikiran yang sedang kacau. Lagi pula, dia tahu bahwa akan ada Christian yang selalu menjaga adiknya dengan baik.Grania dan Benny tersenyum mendengar apa yang Ella
Ella diam seribu bahasa, tak mampu berkata apa pun. Apa yang dikatakan Elan begitu sungguh-sungguh. Sekalipun Elan telah menukar hasil test DNA Claudia dan ayah Christian, tapi sampai detik ini pria itu sama sekali tak melukai Claudia. Padahal bisa saja kalau Elan ingin melukai Claudia, agar Christian bisa merasakan apa yang Elan rasakan.Ella mengatur emosinya. Logika dan hatinya berperang menjadi satu, seakan mencari celah jawaban yang semestinya. Akan tetapi rasa kecewa dan marahnya begitu besar hingga seakan memvalidasi bahwa semua tindakan Elan bersalah.Ella masih tetap diam, dengan semua pikiran yang berkecampuk. Tak menampik bahwa hatinya bergetar saat Elan mengatakan jatuh cinta padanya. Namun, dia tak ingin jatuh di lubang yang sama. Yang harus dia ingat selalu adalah Elan mencintai Delfa. Sekalipun wanita bernama Delfa sudah tiada, tetap tidaklah mengubah keadaan yang ada.“Foto-fotoku tidak bisa dijadikan bukti kalau kau benar-benar mencintaiku. Elan, hentikan permainanmu.
Elan menatap Ella yang terlelap di pelukannya. Dua insan itu masih tak memakai sehelai benang pun. Hanya selimut tebal yang menyelimuti tubuh mereka. Pergulatan panas yang mereka lakukan meninggalkan jejak manis sampai membuat salah satunya kelelahan.Ya, Ella sejak tadi sudah terlelap di dalam pelukan Elan. Sedangkan Elan sempat tertidur sebentar, namun pria itu kembali membuka matanya—dan sekarang tengah menikmati pemandangan bidadari cantik yang terlelap di pelukannya.Senyuman di wajah Elan terlukis melihat Ella. Dia tahu Ella pasti tak mungkin mampu menolak sentuhannya. Karena dirinya pun tak pernah bisa berhenti menyentuh wanita itu. Dia selalu ingin lagi dan lagi seperti nikotin yang sudah kecanduan.Elan membawa tangannya menelusuri wajah cantik Ella. Dia menyukai Ella yang terlelap seperti anak kecil dalam pelukannya. Well, wajar saja kalau sekarang wanita itu kelelahan, karena Elan memang tadi benar-benar menyerangnya tanpa henti. Pria itu bagaikan harimau jantan yang sudah
Pagi buta Claudia sudah terbangun. Kedua anaknya sudah menunggu di depan semangat karena akan diajak jalan-jalan. Entah jalan-jalan ke mana. Claudia tak tahu, karena Christian tidak bilang padanya. Yang pasti Claudia percaya bahwa sang suami akan membawanya ke tempat yang indah.Barang-barang yang dibawa telah dimasukan ke dalam mobil. Claudia dibantu pelayan untuk packing. Untungnya dia mendapatkan bantuan dari pelayan. Jika tidak, maka pastinya dia akan sangat kerepotan. Namun memang selama ini Claudia selalu dibantu oleh pelayan.“Claudia, apa kau sudah siap?” tanya Christian sambil memakai arloji.Claudia mengoleskan lipstick di bibirnya. “Sudah, Sayang. Aku sudah siap.”“Kita keluar sekarang. Anak-anak sudah menunggu kita.” Christian merengkuh bahu Claudia—mengajak sang istri ke luar kamar.“Mommy, Daddy, ayo kita jalan-jalan.” Caleb dan Cambrie memekik kegirangan tak sabar.Christian dan Claudia tersenyum samar. “Oke, let’s go. Kita berangkat sekarang.”Christian menggendong Cam
Mansion Claudia dan Christian dipuji oleh Nicole. Mansion megah yang telah didesain khusus oleh Claudia. Mansion ini adalah hadiah dari Christian untuk Claudia. Pria itu mencuri gambar rumah megah yang pernah digambar oleh Claudia. Sekarang hasil curian gambar itu, telah menjelma menjadi sebuah mansion mewah.Saat ini Claudia dan Christian tengah duduk di ruang tengah bersama dengan Nicole, Oliver, Ella, dan Elan. Mereka baru saja selesai makan siang bersama. Anak-anak mereka tengah bermain di taman belakang. Tentunya diawasi oleh para pengasuh mereka. “Claudia, rumahmu benar-benar indah. Rumah ini kau yang desain, kan?” tanya Nicole lembut—dan direspon anggukkan oleh Claudia.“Iya. Aku yang merancang rumah ini. Tadinya aku ingin mengumpulkan uang dari hasil kerja kerasku dan membangun rumah ini.” Claudia tersenyum malu.“Tapi akhirnya suamimu yang membangun rumah indah yang ada di kertas gambarmu.” Nicole menjawab lembut. Sebelumnya, dia sudah pernah diceritakan tentang gambar Clau
*Claudia, aku dan Oliver serta anak-anak kami siang ini akan main ke tempatmu. Apa kau ada di rumah?* Claudia yang baru saja membuka mata, di kala pagi menyapa, dikejutkan dengan pesan yang dikirimkan oleh Nicole. Detik itu juga, Claudia menyibak selimut—turun dari ranjang seraya mengikat asal rambutnya. “Christian, Christian.” Claudia memanggil sang suami, karena suami tercintanya itu tidak ada di ranjang. Itu menandakan sang suami sudah bangun.“Iya, Claudia.” Christian melangkah keluar dari walk-in closet—tengah memakai dasi. Pria tampan itu sudah bersiap ingin ke kantor.Claudia mendekat dan melepaskan dasi Christian. Sontak, Christian terkejut akan tindakan Claudia—yang melepas dasinya begitu saja.“Claudia, apa yang—”“Hari ini kau tidak usah ke kantor. Nicole, Oliver, dan dua anaknya datang.”“Claudia, aku ada meeting penting.”“Kau CEO dari Hastings Group. Kau memiliki kuasa. Aku yakin kau bisa mengatur meeting dilain waktu.”Suara dering ponsel Christian terdengar. Buru-bu
“Oh, Tuhan. Elyana! Efraim! Kenapa bisa kalian merusak lukisan Mommy yang sudah Mommy pesan untuk Grandma?” Ella mengomel seraya memijat keningnya merasakan pusing luar biasa. Anak perempuan dan anak laki-lakinya merusak lukisan yang baru saja dia pesan di pelelangan seni. Lukisan harga fantastis itu sengaja Ella beli untuk dia hadiahkan pada ibunya.“Mommy, aku tidak salah. Efraim yang salah. Aku tidak salah.” Elyana membela diri, karena tidak mau disalahkan oleh ibunya. Pun dia memang tak sepenuhnya salah. Efraim—adiknya yang terlibat.Efraim mendelik, menatap tajam sang kakak. “Kak, kenapa kau menyalahkanku? Kau yang berlari mengejarku sampai wine jatuh ke atas lukisan Mommy.”Elyana berdecak kesal. “Kau menyembunyikan barbie yang dibelikan Grandpa!”“Aku tidak menyembunyikannya.”“Kau bohong! Kau menyembunyikan barbie pemberian dari Grandpa.” “Astaga! Kenapa kalian sekarang berdebat? Ini bagaimana lukisan Mommy? Besok Mommy akan memberikan lukisan ini pada Grandma Grania. Tapi ka
Caleb duduk di ranjang sambil memeluk bantal dengan raut wajah kesal. Bocah laki-laki itu kesal dengan Oscar, dan juga kesal dengan ibunya yang tak membelanya. Yang dia inginkan adalah ibunya membelanya. Tapi sayang, ibunya malah tak membela dirinya. “Sepertinya, kau baru saja melalui hari buruk.” Christian masuk ke dalam kamar putra sulungnya—dan duduk di samping putranya itu. Dia sudah melihat raut wajah Caleb menunjukkan jelas rasa kesal.Caleb mengembuskan napas kesal. “Dad, aku sudah diomeli Mom. Jika kau datang hanya ingin mengomeliku juga, lebih baik kau keluar kamarku saja. Aku pusing. Tidak ada yang mau mengerti diriku.”“Tujuanku datang ke sini bukan memerahimu.” Christian menjawab dengan tenang.Caleb mengalihkan pandangannya, menatap Christian. “Kau tidak memerahiku?”Christian menggelengkan kepalanya. “Nope. Aku tidak memerahimu.”Caleb merasa curiga. “Jangan-jangan kau langsung memberikanku hukuman?”Christian tersenyum samar. “Apa pernah aku sekejam itu padamu, Caleb?
“Mommy, kapan kita kan kembali ke London? Aku rindu Grandpa dan Grandma.”Olivia memeluk boneka kecil, menghampiri ibunya, mengajak bicara, bertanya kapan kembali ke London. Karena dia sudah cukup lama berada di New York. Itu kenapa sekarang gadis kecil itu bertanya kapan bisa kembali ke kotanya sendiri.Nicole menunduk, menatap penuh kasih sayang putri kecilnya. “Mommy belum tahu, nanti Mommy tanya Daddy dulu. Sekarang kau masuk ke kamarmu, Nak. Kau istirahatlah.”Olivia mengerjap beberapa kali. “Mommy, masih marah pada Oscar?”Nicole menghela napas dalam. “No, Honey. Mommy tidak marah pada Oscar. Kau masuklah ke kamar. Istirahat. Jangan bermain games.”Olivia memilih mengangguk patuh. Gadis kecil itu pun sudah lelah karena sejak tadi bersepeda. Dia masuk ke dalam kamarnya. Tepat di kala Olivia sudah masuk ke dalam kamar, Nicole segera menghubungi Oliver.“Oliver?” panggil Nicole kala panggilan terhubung.“Nicole, aku sedang sibuk bersama client-ku. Nanti aku akan menghubungimu,” uja
Lima tahun berlalu … “Caleb, kenapa kau bertengkar dengan Oscar? Ya Tuhan, Nak. Oscar itu anak Bibi Nicole—kakak ipar Mommy.” Claudia menatap kesal Caleb yang baru saja turun dari mobil. Tampak jelas raut wajah wanita itu sangat lelah.Bagaimana tidak? Hari ini Claudia baru saja mengadakan meeting dengan asisten pribadi Shawn. Ada project baru Geovan Group yang sedang ditangani Claudia. Tapi di tengah-tengah meeting berlangsung—Claudia mendapatkan kabar Caleb dan Oscar bertengkar. Pun kebetulan Oscar sedang berada di New York. Caleb dan Oscar bertengkar di taman bermain. Claudia dan Nicole langsung datang ke taman itu. Perkelahian berhasil terhenti karena pengawal Caleb dan pengawal Oscar sama-sama merelai perkelahian.“Oscar yang salah. Dia mendekati gadis yang aku suka, Mom.” Caleb berjalan menuju kamar, namun buru-buru Claudia menghalangi putranya itu.Claudia merasa ini belum selesai. Dia membutuhkan penjelasan sejelas-jelasnya. Dia tidak mau sembarangan apalagi asal-asalan dal
Usia Caleb memasuki enam bulan. Tubuh bayi laki-laki itu sangat gemuk dan sehat. Kulit putih. Pipi tembam. Mata bulat. Membuat Caleb benar-benar seperti boneka laki-laki yang sangat tampan dan menggemaskan.Bayi laki-laki tampan itu kerap menjadi pusat perhatian. Tidak heran kalau banyak sekali tawaran Caleb menjadi model bayi. Tapi sayang Christian dan Claudia tidak mengizinkan anak mereka menjadi seorang model.Segala bentuk penawaran menjadi model, pastinya ditolak oleh Christian ataupun Claudia. Alasannya tentu mereka tidak ingin kehidupan anak mereka terlalu menjadi sorotan di media.Selain itu, kisah masa lalu Christian dan Claudia, pastinya akan membuat Caleb menjadi pusat perhatian dari segi kehidupan. Itu yang membuat Caleb tidak akan nyaman di masa depan nanti.Suara tangis Caleb begitu keras di kala sudah selesai menyusu. Claudia yang tengah menimang putranya itu, nampak terkejut dan panik melihat putranya menangis. Dia pikir putranya ingin minum susu lain, tapi ternyata ti
Christian seperti orang gila marah-marah pada dokter. Pria itu menuntut dokter untuk membuat sang istri tidak lagi merintih kesakitan. Dia tidak tega melihat istrinya terbaring di ranjang seraya meringis kesakitan.“Kau ini dokter kandungan benar atau bohongan?! Kenapa kau tidak mampu menghilangkan rasa sakit istriku?” Christian marah-marah pada sang dokter yang malah membiarkan istrinya berteriak kesakitan.Sang dokter tersenyum memaklumi rasa takut Christian. “Tuan, Anda tidak perlu khawatir. Rasa sakit istri Anda adalah wajar. Setiap ibu yang melahirkan anak pasti akan merasakan sakit.”Christian mengusap wajahnya kasar. Kecemasan dan rasa panik melingkupi pria itu. “Jadi, istriku akan melahirkan sambil berteriak kesakitan?”Sang dokter menyentuh bahu Christian. “Tuan Hastings, itu adalah tugas seorang ibu. Proses melahirkan akan segera dimulai. Temani istri Anda, Tuan.” Christian bingung dengan perasaan campur aduk. Dia mendengar suara istrinya itu yang terus menjerit. Dia memutu