Ponsel yang ada di tangan Sasha terjatuh ke lantai. Badannya bergetar hebat karena merasa gugup. “M-mas Lukman! Mas mengagetkanku. Itu tadi nomor yang tidak dikenal terus saja meneleponku. Karena tidak mau mengganggu Mas yang sepertinya masih mengantuk aku mengangkatnya di sini.”Lukman memicingkan mata menatap Sasha dengan sorot menyala penuh amarah. Ia menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya kembali dengan kasar. “Apa kamu pikir aku bodoh percaya begitu saja yang kau katakan? Katakan siapa pria itu?” tanya Lukman dengan gigi gemeretak.Sasha menelan ludah dengan sukar. Bibirnya terasa kering dan lidahnya menjadi kelu sukar untuk ia gerakan. Tapak tangannya berkeringat dingin tidak tahu apa yang harus ia katakan kepada suaminya. Melihat Sasha yang hanya bisa diam saja membuat emosi Lukman menjadi semakin tersulut. Ia memegang pundak Sasha, kemudian mengguncangnya dengan kasar. “Cepat katakan! Jangan buat aku semakin naik darah!” bentak Lukman.“A-aku tidak berbohong sa
Bibir Lukman membentuk garis tipis, ia melepaskan pelukannya di tubuh Sasha. “Aku yang akan mengangkat telepon itu. Dan mencari tahu siapa yang sudah menghubungimu.”Lukman berjalan menuju wastafel diambilnya ponsel Sasha. Ia mengangkat ponsel itu dan mengerutkan kening saat melihat nomor kontak yang menghubungi istrinya.“Ibu Panti! Angkatlah. Aku akan mandi duluan. Hilang sudah hasratku untuk bercinta,” gerutu Lukman.Sasha menahan senyuman yang hampir saja terbit di sudut bibirnya. Ia menerima ponsel yang disodorkan ke tangannya oleh Lukman. Sementara satu tangannya yang lain meraih jubah mandi yang tergantung.Sambil memakai jubah ittu ia menerima panggilan telepon dari ibu panti. ‘Halo, Bu! Apakah keadaan di panti baik-baik saja?’Terdengar bunyi gemerisik suara langkah kaki yang diseret terdengar di ujung sambungan telepon. Sebelum pada akhirnya berganti dengan suara ibu panti.‘Ibu meneleponmu untuk mengucapkan terima kasih, atas kiriman bingkisan untuk anak-anak panti yang kau
Sasha melototkan mata mulutnya terbuka, kemudian ia tutup kembali. “Saya tidak bisa menerima tamu di saat suami saya tidak berada di rumah.”Kevin menyunggingkan senyum tipis. “Apakah kau ingin tahu bersama siapa saat ini suamimu?” Sasha menggeleng, ia tidak ingin mengetahuinya. Karena dirinya percaya Lukman suami yang setia dan tidak akan mengkhianati pernikahan mereka.Setelah beberapa saat dengan sifat keras kepala Sasha, yang tidak mengijinkan Kevin masuk. Ia mengalah. “Baiklah, kalau begitu, aku akan pergi. Sampai jumpa di lokasi proyek. Aku tahu kamu pasti tidak sabar untuk bertemu denganku di sana.”Sebelum Sasha sempat menghindar, ia merasakan tarikan di pinggangnya. Hingga ia terjatuh kepelukan hangat Lukman. “Kau bisa membandingkan ciuman siapa yang jauh lebih hebat. Aku atau suamimu?”Mulut Sasha terbuka mendengarnya dan hal itu dimanfaatkan oleh Kevin. Ia mencium bibir Sasha dalam sebuah ciuman lembut dan dalam.Respon Sasha yang pada awalnya menolak berubah membalas apa
Sasha terdiam sejenak, ia tadi memang hampir saja menyebut nama Kevin. Namun, ia tidak mungkin berkata jujur kepada suaminya. “Mengapa aku harus memikirkan pria lain. Sementara aku begitu merindukan sentuhan dari suamiku.”Untuk menghindari pertanyaan menyelidik dari suaminya. Jemari lentik Sasha bermain di dada telanjang suaminya. Dan terus menggoda, hingga bermain-main di pusar suaminya itu.“Kau sudah mulai nakal berani menggodaku, tetapi aku menyukainya.” Lukman mencium Sasha dan berlanjut, hingga keduanya bercinta dalam bathub tersebut.Beberapa menit berselang keduanya sudah keluar dari bathub dan berpakain rapi. Keduanya duduk santai di sofa ruang tengah. Dengan Sasha yang menyenderkan badan di dada bidang suaminya.“Aku tadi dari jauh melihat ada mobil yang keluar dari arah halaman rumah kita. Apakah selama aku pergi, kau kedatangan tamu?” tanya Lukman.Badan Sasha menjadi kaku napasnya terasa sesak, ia begitu ketakutan hingga badannya bergetar. Bagaimana, kalau Lukman dapat m
Lukman memandang ke arah luar. Langit bersinar dengan cerah burung-burung terlihat hingga di dahan pepohonan. Yang tumbuh di halaman samping rumah. “Kita sudah terikat dan tidak akan berpisah. Kita akan menjalani ini bersama, walaupun bayangan itu selalu mengintai hubungan kita.”Suara desahan lega terlontar dari bibir Natasya. Ia merasa senang, karena Lukman memilih untuk mempertahankan pernikahan mereka.Sasha berjalan mendekati Lukman, kemudian memeluk punggung suaminya itu. Ia menempelkan wajah di punggung tersebut. “Terima kasih, Mas. Berdua kita akan memperbaiki hubungan ini. Walaupun noda itu tidak mungkin hilang, karena bekasnya begitu dalam.”Lukman memutar badan memberikan pelukan hangat kepada Sasha. Diciumnya dengan lembut bibir itu. “Aku akan menelepon ibu panti mengatakan kepadanya, kalau aku berterima kasih atas kunjungannya. Dan juga ingin berpamitan karena membawamu jauh dari ibu panti.”Sasha terdiam, ia tidak mengira Lukman akan menghubungi ibu panti. Dengan suara l
Begitu pintu ia buka berdiri dengan gagah Kevin. Tatapan keduanya bertemu, terlihat mata Kevin bersinar senang. “Suamimu sudah pergi! Kamu tidak perlu khawatir kita akan ketahuan.”Sasha membelalakan matanya dengan bibir cemberut. “Bapak memata-matai saya? Apa maksud Bapak melakukannya? Suami saya memang tidak ada di rumah, tetapi saya memiliki tetangga yang melihat apa yang Bapak lakukan.”Dengan santainya Kevin menggandeng tangan Sasha. Mengajaknya untuk duduk di kursi yang ada di teras tersebut.“Saya hanya merindukan untuk menyentuhmu. Apa yang sudah kamu lakukan dengan saya? Apakah ketika kita tidur bersama itu kamu menggunakan ramuan. Untuk membuat saya selalu merindukanmu.” Kevin membawa jemari Sasha ke bibir lalu menciumnya lembut.Sasha menarik tangannya dengan kasar. Ia merasakan ada aliran listrik saat pria itu menyentuhnya. Sesuatu yang dahulu ia rasakan saat bersama dengan suaminya. Namun, seiring waktu getaran itu menghilang. Dan kini ia merasakannya pada orang yang sala
“Buktikan! Maka saya akan bersedia makan malam dengan Anda.” Sasha mengangkat dagunya.Kevin menyunggingkan senyum, ia mengeluarkan ponsel lalu menekan tombol hijau pada layar ponselnya. ‘Halo! Bisakah kau kirimkan kepadaku di mana Lukman sekarang berada. Istrinya yang cantik ingin melihat keberadaannya.’ Lukman mengangkat satu alisnya ke arah Sasha.Sasha menggembungkan pipi lalu mengempiskannya kembali. Ia pura-pura bersikap tenang, padahal dirinya tidak sabaran melihat bukti apa yang dimaksud oleh Kevin.“Lihat! Di sinilah suamimu sedang berada. Dan ia terlihat tidak merasa kesepian atau merindukan istrinya.” Kevin memperlihatkan layar ponselnya kepada Sasha.Sasha mengepalkan kedua tangan. Ia melihat Lukman yang sedang duduk di sofa ganda. Dengan dua orang wanita berpakaian seksi yang berada di samping kiri dan kanannya. Suaminya itu tampak tidak sepenuhnya dalam keadaan sadar.“Pasti kau yang memerintahkan orang untuk melakukannya. Kau sudah membayar kedua wanita itu untuk mengg
Bukannya menjawab pertanyaan Sasha. Kevin mendorong lembut wanita itu masuk mobil. Setelah mereka berdua duduk dengan nyaman, ia berbisik di telinga Sasha. “Kita akan bertengkar saat hanya berdua saja di apartemenku.”Mendengar kata apartemen Sasha menjadi panik. Tadinya ia mengira, kalau Kevin akan membawanya makan di restoran.“Kau hanya becanda saja, bukan? Kita pastinya akan makan di suatu tempat dan itu bukanlah apartemenmu!” sahut Sasha.Kevin meletakan kepalanya di pundak Sasha. Dengan suara serak ia bertanya, “Apakah kau lebih suka kita makan malam di hotel? Barang kali saja kau ingin mengenang kenangan kita, setelah bercinta yang tidak menikmati makan secara intim bersama.”Tangan Sasha gatal hendak memukul Kevin. Pria itu suka sekali membuatnya merasa kesal. “Tidak ada yang perlu diulang. Peristiwa kala itu merupakan suatu kesalahan fatal yang tidak seharusnya terjadi.”Kevin tertawa kecil, ia menegakan badan. Diraihnya kepala Sasha untuk bersandar di pundaknya. “Nikmati saj
Lukman terdiam ia mengelus lembut punggung Devinna. “Aku pasti meninggalkan Sasha. Dan pada saat ini semua tinggal menunggu waktu saja kami akan berpisah. Dengan kita bersama di sini aku akan lebih sering menemuimu.”Senyum lebar menghiasai bibir Devinna. Ia menciumi wajah dan bibir Lukman berulang kali. Satu tangannya dengan berani membuka satu kancing kemeja Lukman. Kemudian menelusupkan tangannya ke balik kemeja tersebut.“Uh, Sayang! Kau membuat kita menginginkan tempat tidur,” bisik Lukman dengan suara serak.Devinna melirik sofa yang ada di ruang kerja Lukman. “Kita tidak perlu tempat tidur ada sofa.”Lukman mengikuti arah tatapan Devinna, ia mengangguk. Ia mendorong wanita itu turun dari pangkuannya. Kemudian ia berdiri dari duduknya, lalu membopong Devinna dan menurunkannya di sofa ganda.Suara tawa manja keluar dari bibir Devinna, Satu demi satu kancing kemeja yang dipakainya dilepaskan oleh Lukman.“Kau selalu berhasil membuatku melupakan hal lain. Aku sangat rindu menyentuh
Lukman membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Sasha. “Astaga! Pertanyaan aneh macam apa itu?Sasha memberikan pelototan kepada Lukman, suaminya itu tidak tahu bagaimana perasaannya. Harus bersaing dengan seorang laki-laki, kalau perempuan mungkin dirinya masih bisa menerimanya.Terdengar jawaban dari ujung sambungan telepon, dengan nada kasar, ‘Anda sudah gila!’Sambungan telepon di tutup begitu saja oleh pria itu.Suara tawa Lukman pecah, matanya bahkan sampai berair. Ia memegang perutnya yang terasa sakit karenanya. “Astaga, Sha! Kamu ini lucu sekali, Bagaimana mungkin kamu mempunyai fikiran, kalau aku menyukai sesama lelaki. Sungguh ide yang konyol sekali.”Natasya memanyunkan bibir. “Bagaimana aku tidak berfikir, seperti itu? Setelah membaca pesan yang dikirimkan pria tadi kepadamu.”Lukman menggunakan satu tangannya mengusap lembut kepala Sasha. “Blokir saja kontak itu, biar kamu nyaman. Dan agar orang itu tidak mengirimkan pesan lagi.”Sasha mengangguk, ia melakukan apa yang
Kevin tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih. Ia menatap Mona dan meraih jemari wanita itu ke bibirnya. “Seperti yang kau lihat sekarang ini Mona memakai cincin yang baru saja kupasangkan ke jarinya. Silakan.Mona menyunggingkan senyum mengejek kepada Sasha, ia dengan sombongnya mengangkat jarinya yang telah tersemat cincin dari Kevin. “Cincin ini cantik sekali dan aku sangat menyukai. Apa yang diberikan Kevin kepadaku.”Sasha mengulas senyum, walaupun harus dipaksakannya. Ia tidak mau Mona melihat hal itu, ia membenci wanita itu.“Indahnya sesuatu berbeda tiap orang, bagimu indah. Akan tetapi ….” Sasha tidak meneruskan ucapannya. Ia membiarkan wanita itu menyimpulkan sendiri. Dirinya mengangkat pundak, dengan senyuman di bibir.“Selamat untuk pertunangan kalian! Permisi, kami tidak mau mengganggu lebih lama lagi.” Lukman menggandeng Sasha menjauh dari meja tersebut.Ia sengaja membawa Sasha menuju meja yang jaraknya lumayan jauh dari meja Kevin dan Sasha. Se
Lukman tidak terlihat merasa bersalah sama sekali, wajahnya terlihat jengkel. “Mobil sialan! Mobil ini juga sering dipakai oleh pegawai lainnya. Dan aku tidak tahu siapa yang sudah meninggalkan jejak memalukan, seperti itu.”Sasha mengerutkan kening, ia mencoba mengingat sesuatu. Kemudian, ia teringat, kalau Lukman beberapa hari yang lalu pulang ke rumah hanya diantar saja. Tadinya ia mengira mobil suaminya itu masuk bengkel.Lukman menyalakan mesin mobil melajukannya meninggalkan areal pantai tersebut. Dalam perjalanan, Lukman mencoba untuk memecah keheningan dengan mengajak Sasha bercakap-cakap. Namun, istrinya itu bergeming. Ia tetap diam dengan tangan terlipat di atas pangkuan.“Mas, kita mau kemana?” tanya Sasha, setelah dilihatnya, kalau mobil yang dikemudikan Lukman tidak melalui jalan menuju rumah mereka.“Sekarang kau mau juga bicara denganku,” ketus Lukman.Sasha mengerutkan bibir, ia memang salah, karena sudah mengabaikan suaminya itu. Namun, itu ia lakukan, karena dirinya
Sasha menyentak lepas tangannya dari genggaman tangan Patricio. Ia menginjak kaki Kevin menggunakan heels yang dipakainya. “Kalau aku hamil itu tidak ada hubungannya denganmu!”Dibalikkannya badan, ia berlari menuju parkiran. Akan tetapi, Kevin tidak tinggal diam begitu saja. Ia mengejar Sasha menarik ke dalam pelukannya.“Lepaskan! Bagaimana, kalau ada orang yang melihat kita? Gosip lama itu akan kembali menyebar dan membuat rumah tangga saya menjadi semakin dalam masalah saja.” Sasha coba menggigit lengan Kevin.“Kau suka sekali menggigit! Aku akan menyukai kau melakukannya di saat dan tempat yang tepat. Aku hanya ingin jawaban jujur darimu. Apakah kau sedang hamil? Karena itu bisa jadi adalah anakku,” tandas Kevin.Sasha memejamkan mata, dihembuskannya nafas dengan kasar. “Aku tidak sedang hamil! Akku tadi hanya berbohong saja, sekarang lepaskan aku.”Kevin melepaskan lengan Sasha dari cekalannya. Ia menatao dingin wajah wanita itu. “Awas! Kalau kau sampai berbohong, maka aku akan
Dengan suara serak Sasha menyahut, “Tunggu sebentar, Mas!”Disibaknya selimut yang membungkus tubuh, diturunkannya kaki menyentuh lantai keramik yang dingin. Ia berjalan keluar kamar dengan tergopoh-gopoh, karena suara gedoran pintu, serta teriakan Lukman yang semakin keras saja.Dibukanya pintu rumah dan tidak diketahuinya, kalau Lukman bersandar pada daun pintu. Hingga secara otomatis suaminya itu langsung saja jatuh terduduk di lantai.“Astaga! Maaf, Mas. Aku tidak sengaja membuat Mas jatuh.” Sasha membungkukkan badan, hendak membantu Lukman.Ia langsung menutup mulutnya, karena aroma alkohol yang begitu menyengat. “Mas, kamu sekarang menjadi pemabuk!”Sasha membantu Lukman untuk berdiri, tetapi dengan kasar ditepis Lukman. Walaupun mabuk, Sasha yang dalam posisi berjongkok tidak siap menerima dorongan dari Lukman, hingga ia terjatuh.Dengan suara kasar Lukman berkata, “Kau yang membuatku menjadi begini! Kau menjadikan suamimu sendiri sebagai pemabuk!”Sasha menatap Lukman dengan
Sasha menjauhkan ponsel, ia menatap garang layar ponselnya. Seakan wajah Kevin terlihat di sana. “Anda keterlaluan sekali! Sudah memandang rendahku. Harus kuingatkan, kalau sudah cukup hubungan terlarang kita. Aku yakin, kalau kaulah yang sudah mengirimkan potret itu. Kau sukses membuat suamiku terluka dan marah!”KlikSambungan telepon di tutup Sasha, begitu saja. Ia melempar ponselnya ke atas tempat tidur. ‘Sekarang, apa yang harus kulakukan untuk memperbaiki ini semua? Pernikahanku berada di ujung tanduk.’Sasha berjalan keluar kamar dengan wajah murah. Ia duduk di ayunan yang terletak di dekat pohon yang rindang. Angin yang sepoi-sepoi terasa menyejukkan, tetapi tidak dapat menenangkan hati Sasha yang gelisah.Ia sangat menyesali kebodohannya. Sekarang, ia hanya bisa pasrah saja apa yang akan dilakukan oleh Lukman. Ia harus bisa menerima keputusan yang diberikan suaminya itu.tatapan mata Sasha tertuju pada buket bunga mawar hitam. ‘Astaga! Apa lagi ini? Tidak cukupkah tadi aku me
‘Oh, Tuhan! Feelingku benar, ini bukanlah sekedar keisengan semata. Apakah ini semua ukah dari Kevin? Dan kiriman ini juga bersamaan dengan kedatangannya ke sini.’ Sasha memunguti potret yang jatuh ke tanah.Dirinya tidak peduli dengan bunga mawar yang jatuh di tanah. Sekalipun kelopak bunganya hancur, ia tidak peduli, karena dirinya sedang dalam masalah besar.Wajah Sasha terlihat pucat, ketika ia dengan langkah terburu-buru memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya. Asisten rumah tangganya terlihat bingung dan ingin bertanya ada apa dengan nyonyanya itu. Namun, ia tahu batasan dirinya.Masuk kamar tidur Sasha langsung mengempaskan badan di atas ranjang. Air matanya tumpah dengan deras. Sasha membersit hidungnya yang berair, begitupula dengan air matanya yang mengalir semakin deras.‘Mengapa jahat sekali orang yang mengambil potretku ini? Ya, Tuhan! Mengapa aku harus selalu berada dalam situasi yang memalukan dan penuh skandal? Apa mau orang itu dengan mengirimkan potretku yang tan
Kevin melihat ke arah pintu dengan ekspresi yang tak terbaca. “Duduklah dan akan saya jelaskan!”Devinna berjalan memasuki ruang kerja Kevin, lalu duduk di samping pria yang ia kenali, sebagai seorang ahli telekomunikasi di Perusahaan tersebut.“Kalau begitu beruntung sekali, saya tidak perlu susah payah meminta petugas IT kita untuk membongkar ponsel ini. Mencari tahu siapa pemiliknya. Tadi ada seseorang yang menemukan ponsel ini di pinggir jalan,” terang Kevin.Devinna mengerutkan kening, ia merasa janggal apa yang dikatakan oleh Kevin. Diambilnya ponselnya, untuk mencari tahu apakah memang benar ponselnya tidak dapat di buka, karena memang menggunakan kunci.Ia memanyunkan bibir, saat melihat ponselnya yang tergores-gores dan kacanya retak di beberapa bagian. “Apakah Bapak mengenali siapa orang yang sudah menemukan ponsel saya? Saya mau mengucapkan terima kasih, kepadanya.”“Saya tidak mengenalinya. Ada apa kamu datang ke ruangan saya? Apakah kamu sudah siap memberikan keputusanmu?