‘Oh, Tuhan! Feelingku benar, ini bukanlah sekedar keisengan semata. Apakah ini semua ukah dari Kevin? Dan kiriman ini juga bersamaan dengan kedatangannya ke sini.’ Sasha memunguti potret yang jatuh ke tanah.Dirinya tidak peduli dengan bunga mawar yang jatuh di tanah. Sekalipun kelopak bunganya hancur, ia tidak peduli, karena dirinya sedang dalam masalah besar.Wajah Sasha terlihat pucat, ketika ia dengan langkah terburu-buru memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya. Asisten rumah tangganya terlihat bingung dan ingin bertanya ada apa dengan nyonyanya itu. Namun, ia tahu batasan dirinya.Masuk kamar tidur Sasha langsung mengempaskan badan di atas ranjang. Air matanya tumpah dengan deras. Sasha membersit hidungnya yang berair, begitupula dengan air matanya yang mengalir semakin deras.‘Mengapa jahat sekali orang yang mengambil potretku ini? Ya, Tuhan! Mengapa aku harus selalu berada dalam situasi yang memalukan dan penuh skandal? Apa mau orang itu dengan mengirimkan potretku yang tan
“Kamu harus tidur dengan bosku agar aku tidak masuk penjara, Sha!” Sasha tersentak, sepasang mata indahnya membelalak dengan bibir terbuka mendengar ucapan suaminya.Sontak ia mendorong Lukman menjauh sambil menggelengkan kepala. “Apa kamu sudah gila, Mas? Bagaimana mungkin kamu meminta istrimu sendiri untuk tidur dengan pria lain?!” sentak Sasha dengan suara bergetar. “Apa kamu tidak memikirkan perasaanku? Aku tidak mau melakukannya!”Lukman berjalan mendekati Sasha, lalu memeluk istrinya dengan erat. “Sayang, apa kamu pikir hatiku tidak hancur dengan permohonanku ini?” tanyanya. “Tapi kita tidak punya pilihan lain, Sha. Apa kamu tega membiarkanku masuk penjara?”Sejenak, Sasha tidak mengatakan apapun. Air mata jatuh membasahi pipinya. “Lalu kamu tega menjadikanku tumbal?”Lukman melepas pelukannya dan menatap istrinya dengan lembut. “Tidak begitu, Sayang. Aku tahu kamu mencintaiku begitu besar. Begitupun dengan diriku.”“Lantas kenapa kamu memintaku untuk tidur dengan bosmu?”“Sha
“Ah!” suara lenguhan lolos dari bibir Sasha. Ia menggeliat karena sentuhan bibir Kevin yang bermain di lehernya dan terus turun menyusuri dadanya.Ia meremas rambut pria itu, mencoba menjauhkan dari dadanya yang terasa sensitif akibat sentuhan bibirnya. “Tu-tunggu ….”Namun, Kevin seolah tak peduli. Ia terus memberikan sentuhan-sentuhan lembut, seolah mendamba tubuhnya hingga Sasha tak kuasa menolak. Demi Tuhan, Lukman bahkan tidak pernah menyentuhnya seperti ini. Menyentuhnya dengan begitu lembut seolah ia adalah wanita paling berharga di dunia.Kevin berhenti mencumbunya saat merasakan tubuh Sasha gemetar. Ia mengulurkan tangan untuk mengusap air mata yang membasahi wajah Sasha. Dengan suara serak, ia berbisik tepat di telinga wanita itu. “Tenanglah. Aku akan membuatmu menjerit nikmat, tidak ada air mata kesedihan saat bersamaku.”Tak membuang waktu, Kevin melumat bibir Sasha lembut. Ia baru berhenti mencumbunya ketika Sasha tampak kehabisan napas. “He-hentikan ….” Namun, sekal
Di sisi lain, Kevin termangu menatap pintu yang tertutup. Ia kesal karena wanita yang tadi bercinta dengannya pergi begitu saja. Seharusnya ia yang pergi meninggalkan wanita itu, bukan sebaliknya!‘Sial! Siapa sebenarnya wanita itu? Apakah ia seorang pencuri?’ Seakan tersadar, dengan cepat Kevin bangkit dari ranjang. Ia memungut jas miliknya memeriksa dompet yang ada di saku. Diperiksanya isi dompet dengan teliti untuk melihat apakah ada yang hilang. Tapi semua barang miliknya masih lengkap.Hal itu membuat Kevin kebingungan. ‘Kalau bukan pencuri lantas siapa dia? Apakah ia wanita panggilan yang kupesan untuk menemaniku tidur?’Namun, Kevin tidak ingat apakah ia memesan seseorang atau tidak. Ia mengerang kesal. Sesuatu dalam dirinya ingin mengetahui siapa wanita yang telah tidur dengannya. ***Sasha berjalan melewati lobi dengan wajah dingin, mengabaikan rasa malu dan juga jengah karena menjadi perhatian dari orang-orang yang berpapasan dengannya.“Sayang! Kenapa kamu tidak mengh
Kevin keluar dari kamar hotel dengan wajah dingin. Langkahnya gegas menuju meja resepsionis. “Selamat pagi. Saya tamu yang menginap di kamar nomor 107. Saya ingin tahu, siapa yang memesan kamar itu dan siapa yang membawa saya ke sana?” tanya Kevin dengan tatapan tajam.Pegawai resepsionis itu menundukkan kepala, tidak berani menatap langsung wajah Kevin. “Tunggu sebentar, Tuan. Saya akan memeriksanya untuk Anda.”“Yang melakukan reservasi atas nama Tuan Kevin Atmaja. Dan maaf, Tuan, tadi malam bukan saya pegawai yang bertugas. Saya tidak dapat memberitahukan bersama siapa Anda memasuki kamar hotel itu.”Mata Kevin menyorot tajam, ia tidak suka mendengar jawaban yang diberikan pegawai itu. Dengan suara dingin, ia memberikan perintah untuk diperlihatkan rekaman video keamanan di hotel itu.“Maaf, Tuan. Saya tidak memiliki wewenang untuk memperlihatkannya kepada Anda. Anda dapat menghubungi manajer hotel ini, Tuan.” Kevin semakin kesal mendengarnya. Pegawai hotel itu menekan tombol yan
Tiba-tiba saja, pintu ruang kerjanya terbuka. Suara tepuk tangan terdengar menggema di ruangan itu. Kevin menolehkan kepala untuk melihat siapa yang datang.“Wow! Apakah ada sesuatu yang membuatmu menjadi tersengat, Bos?” sindir Lukman.Kevin bangkit dari duduknya, secepat kilat ia berjalan ke arah Lukman. Ditariknya kerah kemeja pria itu lalu ia dorong dengan kasar hingga punggungnya menempel pada dinding.“Kau pikir aku orang yang bodoh dengan mudahnya bersedia menuruti perintah penjahat sepertimu?” tanyanya dengan nada tajam. “Kau salah besar! Aku akan melaporkan hal ini dan kupastikan hukuman untukmu menjadi bertambah. Tidak hanya melakukan pencurian di perusahaanku, tetapi kau juga melakukan usaha pemerasan!”Lukman tidak tampak takut, ia malah terkekeh. “Silakan saja, Bos. Dijamin citramu di mata semua rekan kerja akan menjadi buruk. Kau juga akan kehilangan beberapa kontrak penting akibat skandal yang kau ciptakan. Kurasa nilainya akan sepadan dengan hukuman yang akan diberikan
Mulut Sasha terbuka dengan mata menatap tidak percaya Lukman. “Tega sekali kamu, Mas! Menimpakan semua kesalahan kepadaku. Aku sudah mengorbankan harga diriku demi memenuhi permintaanmu. Yang ternyata hanyalah kau anggap permainan belaka.”Air mata Sasha jatuh berlinang, ia tidak bisa memahami jalan pikiran suaminya. “Apakah kau yang akan masuk penjara itu hanyalah kebohongan semata?”Lukman menghentikan langkah, ia membalikan badan. Dilayangkannya tatapan dingin kepada Sasha. “Tuntutan itu memang benar adanya!” Usai mengatakan hal itu Lukman berlalu pergi. Diabaikannya seruan kemarahan Sasha. Sasha menatap punggung Lukman dengan wajah penuh emosi. Ia merasa hancur pengorbananan yang dilakukanya sama sekali tidak dihargai oleh suaminya itu.Tiba-tiba saja raut wajah Sasha menjadi panik. Ia memegang perutnya yang masih rata. “Ya, Tuhan! Bagaimana kalau aku hamil anak pria itu? Kami sama sekali tidak memakai pengaman pada saat bercinta.”Ia terduduk di lantai dengan tatapan menerawang.
“Apa! Hmm, ini sungguh di luar dugaanku. Namun, sekarang aku mengerti apa yang terjadi di sini. Lukman, sepertinya ingin bermain-main denganku,” Kevin menatap Deviana curiga, karena wanita itu terlihat gelisah di tempatnya duduk.“Ada apa denganmu? Kenapa kamu terlihat seperti kepanasan, padahal ruangan ini dingin,” tanya Kevin.Deviana menjadi semakin gugup di bawah tatapan curiga dan menyelidik Kevin. “Oh! Sa-saya hanya terkejut saja. Mendengar Anda tidur dengan istri dari pegawai Anda sendiri.”“Angkat kepalamu saat berbicara dengan saya! Kamu boleh keluar dari ruangan saya dan ingat kalau ada berita yang tersebar. Maka dapat dipastikan kamulah pelakunya,” peringat Kevin.Deviana menarik nafas lega, bergegas ia bangkit dari duduknya. “Saya berjanji akan tutup mulut, Tuan! Permisi.”Setelah sekretarisnya keluar dari ruang kerja tersebut, Kevin memerintahkan kepada ahli ITnya untuk melanjutkan memberikan informasi apa yang ia ketahui.“Saya berhasil mendapatkan rekaman kamera pengama
‘Oh, Tuhan! Feelingku benar, ini bukanlah sekedar keisengan semata. Apakah ini semua ukah dari Kevin? Dan kiriman ini juga bersamaan dengan kedatangannya ke sini.’ Sasha memunguti potret yang jatuh ke tanah.Dirinya tidak peduli dengan bunga mawar yang jatuh di tanah. Sekalipun kelopak bunganya hancur, ia tidak peduli, karena dirinya sedang dalam masalah besar.Wajah Sasha terlihat pucat, ketika ia dengan langkah terburu-buru memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya. Asisten rumah tangganya terlihat bingung dan ingin bertanya ada apa dengan nyonyanya itu. Namun, ia tahu batasan dirinya.Masuk kamar tidur Sasha langsung mengempaskan badan di atas ranjang. Air matanya tumpah dengan deras. Sasha membersit hidungnya yang berair, begitupula dengan air matanya yang mengalir semakin deras.‘Mengapa jahat sekali orang yang mengambil potretku ini? Ya, Tuhan! Mengapa aku harus selalu berada dalam situasi yang memalukan dan penuh skandal? Apa mau orang itu dengan mengirimkan potretku yang tan
Kevin melihat ke arah pintu dengan ekspresi yang tak terbaca. “Duduklah dan akan saya jelaskan!”Devinna berjalan memasuki ruang kerja Kevin, lalu duduk di samping pria yang ia kenali, sebagai seorang ahli telekomunikasi di Perusahaan tersebut.“Kalau begitu beruntung sekali, saya tidak perlu susah payah meminta petugas IT kita untuk membongkar ponsel ini. Mencari tahu siapa pemiliknya. Tadi ada seseorang yang menemukan ponsel ini di pinggir jalan,” terang Kevin.Devinna mengerutkan kening, ia merasa janggal apa yang dikatakan oleh Kevin. Diambilnya ponselnya, untuk mencari tahu apakah memang benar ponselnya tidak dapat di buka, karena memang menggunakan kunci.Ia memanyunkan bibir, saat melihat ponselnya yang tergores-gores dan kacanya retak di beberapa bagian. “Apakah Bapak mengenali siapa orang yang sudah menemukan ponsel saya? Saya mau mengucapkan terima kasih, kepadanya.”“Saya tidak mengenalinya. Ada apa kamu datang ke ruangan saya? Apakah kamu sudah siap memberikan keputusanmu?
Sasha mengulas senyum tipis untuk mengatasi rasa gugup. Tangannya di balik selimut dengan gesit memainkan ponselnya. “Tentu saja kau boleh melihat ponselku. Kau adalah suamiku.”Lukman berjalan mendekati Sasha. Ia berhenti tepat di depan istrinya yang tengah berbaring. Diulurkannya tangan untuk menerima ponsel Sasha. Yang langsung diberikan oleh wanita itu ke tangan suaminya.Langsung saja Lukman memeriksa riwayat panggilan dan pesan di ponsel tersebut, tetapi ia tidak menemukan sesuatu pun yang mencurigakan.“Kau telah menghapusnya, bukan? Karena kudengar tadi kau berbicara. Tidak mungkin kau bicara sendiri.” Lukman menatap tajam Sasha.Sasha membasahi bibirnya yang terasa kering. “Kau tidak salah! Aku tadi memang bicara, tapi itu karena aku menonton tayangan di medsos yang membuatku merasa kesal.”Bibir Lukman membentuk garis tipis dengan mata yang disipitkan, ia tampak masih tidak mempercayai penjelasan dari istrinya itu. Namun, ia tidak memperpanjangnya lagi.Ia membaringkan badan
Wajah Kevin berubah menjadi merah, karena marah. Kedua tangannya ia kepalkan di samping badan. Ia dapat menebak siapa yang sudah melakukannya.“Mereka tidak meminta apa pun kepada ibu. Hanya mengirimkan video itu dengan ancaman akan menyebarkannya ke media sosial,” ucap ibu Kevin.“Ibu tenanglah dan jaga agar ayah tidak menerima kiriman video ini. Aku akan melakukan penyelidikan, siapakah yang sudah mengirimkan video itu kepada ibu.” Kevin berpamitan dengan ibunya.***Beberapa jam berselang Kevin sudah duduk dengan ahli IT nya untuk menyelidiki nomor kontak, orang yang mengirimkan video kepada ibunya.“Pemilik nomor kontak ini menggunakan identitas palsu. Saya periksa nama yang terdaftar telah meninggal dunia.” Ahli IT Kevin memperlihatkan data pemilik ponsel orang yang disodorkan Kevin.Kevin terlihat kecewa, karena ia tidak berhasil mendapatkan informasi yang diinginkannya. “Bisakah kau menyadap nomor telepon dua orang pegawaiku? Aku mencurigai mereka yang melakukannya.”“Akan saya
Devinna menelan ludahnya dengan sukar. Ia membasahi bibirnya yang terasa kering dengan lidah. “Kenapa Bapak berkata, seperti itu? Tentu saja saya mengingat pak Lukman, yang merupakan asisten bapak. Namun, ia di sana bersama dengan istrinya dan mereka tidak ada hubungannya dengan saya.”Kevin dalam hati mengagumi betapa pandainya Devinna bersandiwara. Wanita itu, sepertinya mencurigai ia telah mengetahui rahasianya dengan Lukman.“Tentu saja saya memberikan waktu untukmu berfikir. Satu minggu, saya rasa cukup bagimu. Sekarang, kamu boleh kembali ke tempatmu.” Kevin melanjutkan kembali pekerjaannya.Merasa kehadirannya sudah tidak diperlukan lagi, Devinna keluar dari ruang kerja Kevin. Duduk di balik meja kerjanya kembali. Devinna mengambil ponselnya dari dalam tas, ia menghubungi Lukman. Namun, panggilan itu tidak cepat terhubung, karena Lukman kemarin sempat mengirimkan pesan kepadanya, betapa buruknya jaringan di sana.‘Halo! Ada apa kau menghubungiku?’ tanya Lukman.Devinna melirik
Sasha menatap tidak percaya layar ponselnya. Apakah memang benar Kevin yang berbicara. Ia teringat dengan panggilan telepon dari suaminya kepada pria itu dan yang pertama mengangkat adalah seorang wanita.‘Apa kamu pikir aku tidak mendengar saat suara seorang wanita yang mengangkat telepon, Mas Lukman? Apa yang kamu katakan bertolak belakang dengan kenyataan. Betapa mudah kamu menemukan wanita lain, bahkan ke lokasi proyek pun datang seorang wanita yang mendapatkan rekomendasi darimu untuk bekerja,’ tuduh Sasha.Di ujung sambungan telepon Kevin terperangah mendengar apa yang dikatakan Sasha. Kemudian, ia menjadi teringat dengan pelayan wanita di rumahnya yang tidak sopan, karena wanita itu berani mengodanya.‘Hahahahaha. Kau cemburu kepadaku. Percayalah, wanita yang kau dengar suaranya tadi bermaksud menggodaku. Ia menyelinap masuk ke tempat tidurku. Sial untuknya, karena ia tidak berhasil melakukan, seperti apa yang kau lakukan dahulu.’ Kevin tertawa dengan keras menggoda Sasha.Untu
Sasha menarik lengan Lukman, ia berbisik di telinga suaminya, “Bosmu nanti marah, ketahuan lagi tidur dengan wanita.”Lukman tertawa kecil, tetapi ia langsung menutup mulutnya ketika terdengar suara dengan nada bariton menggerutu.‘Ada apa kau pagi-pagi menghubungiku?’ tanya Kevin galak di ujung sambungan telepon.Suara Sasha sampai ke telinga Kevin, membuat pria itu langsung menegakkan duduknya. Ia menatap galak pembantunya, yang masih berada di kamar tidurnya.Ia tidak tahu kenapa wanita itu bisa masuk kamarnya di saat dirinya masih tidur. Dan sekarang Lukman, serta istrinya akan berfikir yang tidak-tidak tentang dirinya.‘Maaf, Bos! Saya lupa kalau kita mempunyai selisih waktu satu jam. Saya hanya ingin mengatakan, tolong keperluan saya dan Sasha selama berada di sini segera dipenuhi. Kami tidak memiliki kendaraan milik kami sendiri. Sementara di sini untuk kemana-mana jaraknya sangat jauh,’ sahut Lukman.Melalui telepon terdengar suara benda jatuh yang terdengar begitu keras diiku
Wajah Sasha langsung berubah mendengar hal itu. Ia benci dirinya yang merasa cemburu mendengar ada wanita, yang direkomendasikan Kevin bekerja di perusahaannya. “A-apakah wanita itu cantik, maksudku bagaimana penampilannya?”Lukman menyipitkan mata menatap Sasha dengan tajam. “Kenapa kau terdengar sedih dan cemburu? Tentu saja wanita itu cantik dan berpenampilan seksi. Karena menurut beberapa orang pegawai yang ada di dekatku tadi. Wanita itu terbiasa memberikan layanan pijat ‘Plus’ di hotel-hotel.”Sasha mengerjapkan mata menahan air matanya yang hendak tumpah. Sekarang ia tahu alasan kenapa Kevin tidak membalas, serta menjawab panggilan telepon darinya.Lukman memperhatikan wajah istrinya yang terlihat sendu. Ia tidak mengerti mengapa mendengar ada wanita yang datang atas rekomendasi dari pak Kevin.“Aku mau istirahat dulu, Mas. Capek, setelah perjalanan ke pasar tadi jaraknya sangat jauh.” Sasha bangkit dari duduknya.Lukman hanya memperhatikan saja. Dalam hati ia menaruh rasa curi
Badan Sasha bergetar, ia menggerutu dalam hati, ‘Sial! Kenapa aku lupa melepas kalung pemberian pak Kevin? Sekarang apa yang harus kukatakan kepada mas Lukman?’Diambilnya gelas berisi air putih, lalu meminum isinya. Ia sengaja mengulur waktu memberikan kesempatan kepada dirinya. Untuk memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan kepada suaminya,“Mas Lukman memang tidak membelikan kalung ini. Apa Mas ingat kunjungan ibu panti ke rumah kita? Beliau memberikan kalung ini sebagai kenang-kengangan untukku,” sahut Sasha.Dalam hati ia merasa bedosa, karena kembali menyeret nama ibu panti ke dalam kebohongannya. Semenjak mengenal Kevin, dirinya sudah begitu sering membuat kebohongan.Kevin sudah membuatnya berada dalam hidup yang penuh dengan dosa. Ia tidak tahu sampai kapan dirinya akan tahan dengan semua rangkaian kebohongannya.“Ibu Panti sangat baik sekali kepadamu. Nanti, kalau kita kembali ke Jakarta, kita harus datang mengunjunginya.” Lukman berlalu dari hadapan Sasha.Sasha memanda