Badan Sasha bergetar, ia menggerutu dalam hati, âSial! Kenapa aku lupa melepas kalung pemberian pak Kevin? Sekarang apa yang harus kukatakan kepada mas Lukman?âDiambilnya gelas berisi air putih, lalu meminum isinya. Ia sengaja mengulur waktu memberikan kesempatan kepada dirinya. Untuk memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan kepada suaminya,âMas Lukman memang tidak membelikan kalung ini. Apa Mas ingat kunjungan ibu panti ke rumah kita? Beliau memberikan kalung ini sebagai kenang-kengangan untukku,â sahut Sasha.Dalam hati ia merasa bedosa, karena kembali menyeret nama ibu panti ke dalam kebohongannya. Semenjak mengenal Kevin, dirinya sudah begitu sering membuat kebohongan.Kevin sudah membuatnya berada dalam hidup yang penuh dengan dosa. Ia tidak tahu sampai kapan dirinya akan tahan dengan semua rangkaian kebohongannya.âIbu Panti sangat baik sekali kepadamu. Nanti, kalau kita kembali ke Jakarta, kita harus datang mengunjunginya.â Lukman berlalu dari hadapan Sasha.Sasha memanda
Wajah Sasha langsung berubah mendengar hal itu. Ia benci dirinya yang merasa cemburu mendengar ada wanita, yang direkomendasikan Kevin bekerja di perusahaannya. âA-apakah wanita itu cantik, maksudku bagaimana penampilannya?âLukman menyipitkan mata menatap Sasha dengan tajam. âKenapa kau terdengar sedih dan cemburu? Tentu saja wanita itu cantik dan berpenampilan seksi. Karena menurut beberapa orang pegawai yang ada di dekatku tadi. Wanita itu terbiasa memberikan layanan pijat âPlusâ di hotel-hotel.âSasha mengerjapkan mata menahan air matanya yang hendak tumpah. Sekarang ia tahu alasan kenapa Kevin tidak membalas, serta menjawab panggilan telepon darinya.Lukman memperhatikan wajah istrinya yang terlihat sendu. Ia tidak mengerti mengapa mendengar ada wanita yang datang atas rekomendasi dari pak Kevin.âAku mau istirahat dulu, Mas. Capek, setelah perjalanan ke pasar tadi jaraknya sangat jauh.â Sasha bangkit dari duduknya.Lukman hanya memperhatikan saja. Dalam hati ia menaruh rasa curi
Sasha menarik lengan Lukman, ia berbisik di telinga suaminya, âBosmu nanti marah, ketahuan lagi tidur dengan wanita.âLukman tertawa kecil, tetapi ia langsung menutup mulutnya ketika terdengar suara dengan nada bariton menggerutu.âAda apa kau pagi-pagi menghubungiku?â tanya Kevin galak di ujung sambungan telepon.Suara Sasha sampai ke telinga Kevin, membuat pria itu langsung menegakkan duduknya. Ia menatap galak pembantunya, yang masih berada di kamar tidurnya.Ia tidak tahu kenapa wanita itu bisa masuk kamarnya di saat dirinya masih tidur. Dan sekarang Lukman, serta istrinya akan berfikir yang tidak-tidak tentang dirinya.âMaaf, Bos! Saya lupa kalau kita mempunyai selisih waktu satu jam. Saya hanya ingin mengatakan, tolong keperluan saya dan Sasha selama berada di sini segera dipenuhi. Kami tidak memiliki kendaraan milik kami sendiri. Sementara di sini untuk kemana-mana jaraknya sangat jauh,â sahut Lukman.Melalui telepon terdengar suara benda jatuh yang terdengar begitu keras diiku
Sasha menatap tidak percaya layar ponselnya. Apakah memang benar Kevin yang berbicara. Ia teringat dengan panggilan telepon dari suaminya kepada pria itu dan yang pertama mengangkat adalah seorang wanita.âApa kamu pikir aku tidak mendengar saat suara seorang wanita yang mengangkat telepon, Mas Lukman? Apa yang kamu katakan bertolak belakang dengan kenyataan. Betapa mudah kamu menemukan wanita lain, bahkan ke lokasi proyek pun datang seorang wanita yang mendapatkan rekomendasi darimu untuk bekerja,â tuduh Sasha.Di ujung sambungan telepon Kevin terperangah mendengar apa yang dikatakan Sasha. Kemudian, ia menjadi teringat dengan pelayan wanita di rumahnya yang tidak sopan, karena wanita itu berani mengodanya.âHahahahaha. Kau cemburu kepadaku. Percayalah, wanita yang kau dengar suaranya tadi bermaksud menggodaku. Ia menyelinap masuk ke tempat tidurku. Sial untuknya, karena ia tidak berhasil melakukan, seperti apa yang kau lakukan dahulu.â Kevin tertawa dengan keras menggoda Sasha.Untu
Devinna menelan ludahnya dengan sukar. Ia membasahi bibirnya yang terasa kering dengan lidah. âKenapa Bapak berkata, seperti itu? Tentu saja saya mengingat pak Lukman, yang merupakan asisten bapak. Namun, ia di sana bersama dengan istrinya dan mereka tidak ada hubungannya dengan saya.âKevin dalam hati mengagumi betapa pandainya Devinna bersandiwara. Wanita itu, sepertinya mencurigai ia telah mengetahui rahasianya dengan Lukman.âTentu saja saya memberikan waktu untukmu berfikir. Satu minggu, saya rasa cukup bagimu. Sekarang, kamu boleh kembali ke tempatmu.â Kevin melanjutkan kembali pekerjaannya.Merasa kehadirannya sudah tidak diperlukan lagi, Devinna keluar dari ruang kerja Kevin. Duduk di balik meja kerjanya kembali. Devinna mengambil ponselnya dari dalam tas, ia menghubungi Lukman. Namun, panggilan itu tidak cepat terhubung, karena Lukman kemarin sempat mengirimkan pesan kepadanya, betapa buruknya jaringan di sana.âHalo! Ada apa kau menghubungiku?â tanya Lukman.Devinna melirik
Wajah Kevin berubah menjadi merah, karena marah. Kedua tangannya ia kepalkan di samping badan. Ia dapat menebak siapa yang sudah melakukannya.âMereka tidak meminta apa pun kepada ibu. Hanya mengirimkan video itu dengan ancaman akan menyebarkannya ke media sosial,â ucap ibu Kevin.âIbu tenanglah dan jaga agar ayah tidak menerima kiriman video ini. Aku akan melakukan penyelidikan, siapakah yang sudah mengirimkan video itu kepada ibu.â Kevin berpamitan dengan ibunya.***Beberapa jam berselang Kevin sudah duduk dengan ahli IT nya untuk menyelidiki nomor kontak, orang yang mengirimkan video kepada ibunya.âPemilik nomor kontak ini menggunakan identitas palsu. Saya periksa nama yang terdaftar telah meninggal dunia.â Ahli IT Kevin memperlihatkan data pemilik ponsel orang yang disodorkan Kevin.Kevin terlihat kecewa, karena ia tidak berhasil mendapatkan informasi yang diinginkannya. âBisakah kau menyadap nomor telepon dua orang pegawaiku? Aku mencurigai mereka yang melakukannya.ââAkan saya
Sasha mengulas senyum tipis untuk mengatasi rasa gugup. Tangannya di balik selimut dengan gesit memainkan ponselnya. âTentu saja kau boleh melihat ponselku. Kau adalah suamiku.âLukman berjalan mendekati Sasha. Ia berhenti tepat di depan istrinya yang tengah berbaring. Diulurkannya tangan untuk menerima ponsel Sasha. Yang langsung diberikan oleh wanita itu ke tangan suaminya.Langsung saja Lukman memeriksa riwayat panggilan dan pesan di ponsel tersebut, tetapi ia tidak menemukan sesuatu pun yang mencurigakan.âKau telah menghapusnya, bukan? Karena kudengar tadi kau berbicara. Tidak mungkin kau bicara sendiri.â Lukman menatap tajam Sasha.Sasha membasahi bibirnya yang terasa kering. âKau tidak salah! Aku tadi memang bicara, tapi itu karena aku menonton tayangan di medsos yang membuatku merasa kesal.âBibir Lukman membentuk garis tipis dengan mata yang disipitkan, ia tampak masih tidak mempercayai penjelasan dari istrinya itu. Namun, ia tidak memperpanjangnya lagi.Ia membaringkan badan
Kevin melihat ke arah pintu dengan ekspresi yang tak terbaca. âDuduklah dan akan saya jelaskan!âDevinna berjalan memasuki ruang kerja Kevin, lalu duduk di samping pria yang ia kenali, sebagai seorang ahli telekomunikasi di Perusahaan tersebut.âKalau begitu beruntung sekali, saya tidak perlu susah payah meminta petugas IT kita untuk membongkar ponsel ini. Mencari tahu siapa pemiliknya. Tadi ada seseorang yang menemukan ponsel ini di pinggir jalan,â terang Kevin.Devinna mengerutkan kening, ia merasa janggal apa yang dikatakan oleh Kevin. Diambilnya ponselnya, untuk mencari tahu apakah memang benar ponselnya tidak dapat di buka, karena memang menggunakan kunci.Ia memanyunkan bibir, saat melihat ponselnya yang tergores-gores dan kacanya retak di beberapa bagian. âApakah Bapak mengenali siapa orang yang sudah menemukan ponsel saya? Saya mau mengucapkan terima kasih, kepadanya.ââSaya tidak mengenalinya. Ada apa kamu datang ke ruangan saya? Apakah kamu sudah siap memberikan keputusanmu?
Kevin melihat ke arah pintu dengan ekspresi yang tak terbaca. âDuduklah dan akan saya jelaskan!âDevinna berjalan memasuki ruang kerja Kevin, lalu duduk di samping pria yang ia kenali, sebagai seorang ahli telekomunikasi di Perusahaan tersebut.âKalau begitu beruntung sekali, saya tidak perlu susah payah meminta petugas IT kita untuk membongkar ponsel ini. Mencari tahu siapa pemiliknya. Tadi ada seseorang yang menemukan ponsel ini di pinggir jalan,â terang Kevin.Devinna mengerutkan kening, ia merasa janggal apa yang dikatakan oleh Kevin. Diambilnya ponselnya, untuk mencari tahu apakah memang benar ponselnya tidak dapat di buka, karena memang menggunakan kunci.Ia memanyunkan bibir, saat melihat ponselnya yang tergores-gores dan kacanya retak di beberapa bagian. âApakah Bapak mengenali siapa orang yang sudah menemukan ponsel saya? Saya mau mengucapkan terima kasih, kepadanya.ââSaya tidak mengenalinya. Ada apa kamu datang ke ruangan saya? Apakah kamu sudah siap memberikan keputusanmu?
Sasha mengulas senyum tipis untuk mengatasi rasa gugup. Tangannya di balik selimut dengan gesit memainkan ponselnya. âTentu saja kau boleh melihat ponselku. Kau adalah suamiku.âLukman berjalan mendekati Sasha. Ia berhenti tepat di depan istrinya yang tengah berbaring. Diulurkannya tangan untuk menerima ponsel Sasha. Yang langsung diberikan oleh wanita itu ke tangan suaminya.Langsung saja Lukman memeriksa riwayat panggilan dan pesan di ponsel tersebut, tetapi ia tidak menemukan sesuatu pun yang mencurigakan.âKau telah menghapusnya, bukan? Karena kudengar tadi kau berbicara. Tidak mungkin kau bicara sendiri.â Lukman menatap tajam Sasha.Sasha membasahi bibirnya yang terasa kering. âKau tidak salah! Aku tadi memang bicara, tapi itu karena aku menonton tayangan di medsos yang membuatku merasa kesal.âBibir Lukman membentuk garis tipis dengan mata yang disipitkan, ia tampak masih tidak mempercayai penjelasan dari istrinya itu. Namun, ia tidak memperpanjangnya lagi.Ia membaringkan badan
Wajah Kevin berubah menjadi merah, karena marah. Kedua tangannya ia kepalkan di samping badan. Ia dapat menebak siapa yang sudah melakukannya.âMereka tidak meminta apa pun kepada ibu. Hanya mengirimkan video itu dengan ancaman akan menyebarkannya ke media sosial,â ucap ibu Kevin.âIbu tenanglah dan jaga agar ayah tidak menerima kiriman video ini. Aku akan melakukan penyelidikan, siapakah yang sudah mengirimkan video itu kepada ibu.â Kevin berpamitan dengan ibunya.***Beberapa jam berselang Kevin sudah duduk dengan ahli IT nya untuk menyelidiki nomor kontak, orang yang mengirimkan video kepada ibunya.âPemilik nomor kontak ini menggunakan identitas palsu. Saya periksa nama yang terdaftar telah meninggal dunia.â Ahli IT Kevin memperlihatkan data pemilik ponsel orang yang disodorkan Kevin.Kevin terlihat kecewa, karena ia tidak berhasil mendapatkan informasi yang diinginkannya. âBisakah kau menyadap nomor telepon dua orang pegawaiku? Aku mencurigai mereka yang melakukannya.ââAkan saya
Devinna menelan ludahnya dengan sukar. Ia membasahi bibirnya yang terasa kering dengan lidah. âKenapa Bapak berkata, seperti itu? Tentu saja saya mengingat pak Lukman, yang merupakan asisten bapak. Namun, ia di sana bersama dengan istrinya dan mereka tidak ada hubungannya dengan saya.âKevin dalam hati mengagumi betapa pandainya Devinna bersandiwara. Wanita itu, sepertinya mencurigai ia telah mengetahui rahasianya dengan Lukman.âTentu saja saya memberikan waktu untukmu berfikir. Satu minggu, saya rasa cukup bagimu. Sekarang, kamu boleh kembali ke tempatmu.â Kevin melanjutkan kembali pekerjaannya.Merasa kehadirannya sudah tidak diperlukan lagi, Devinna keluar dari ruang kerja Kevin. Duduk di balik meja kerjanya kembali. Devinna mengambil ponselnya dari dalam tas, ia menghubungi Lukman. Namun, panggilan itu tidak cepat terhubung, karena Lukman kemarin sempat mengirimkan pesan kepadanya, betapa buruknya jaringan di sana.âHalo! Ada apa kau menghubungiku?â tanya Lukman.Devinna melirik
Sasha menatap tidak percaya layar ponselnya. Apakah memang benar Kevin yang berbicara. Ia teringat dengan panggilan telepon dari suaminya kepada pria itu dan yang pertama mengangkat adalah seorang wanita.âApa kamu pikir aku tidak mendengar saat suara seorang wanita yang mengangkat telepon, Mas Lukman? Apa yang kamu katakan bertolak belakang dengan kenyataan. Betapa mudah kamu menemukan wanita lain, bahkan ke lokasi proyek pun datang seorang wanita yang mendapatkan rekomendasi darimu untuk bekerja,â tuduh Sasha.Di ujung sambungan telepon Kevin terperangah mendengar apa yang dikatakan Sasha. Kemudian, ia menjadi teringat dengan pelayan wanita di rumahnya yang tidak sopan, karena wanita itu berani mengodanya.âHahahahaha. Kau cemburu kepadaku. Percayalah, wanita yang kau dengar suaranya tadi bermaksud menggodaku. Ia menyelinap masuk ke tempat tidurku. Sial untuknya, karena ia tidak berhasil melakukan, seperti apa yang kau lakukan dahulu.â Kevin tertawa dengan keras menggoda Sasha.Untu
Sasha menarik lengan Lukman, ia berbisik di telinga suaminya, âBosmu nanti marah, ketahuan lagi tidur dengan wanita.âLukman tertawa kecil, tetapi ia langsung menutup mulutnya ketika terdengar suara dengan nada bariton menggerutu.âAda apa kau pagi-pagi menghubungiku?â tanya Kevin galak di ujung sambungan telepon.Suara Sasha sampai ke telinga Kevin, membuat pria itu langsung menegakkan duduknya. Ia menatap galak pembantunya, yang masih berada di kamar tidurnya.Ia tidak tahu kenapa wanita itu bisa masuk kamarnya di saat dirinya masih tidur. Dan sekarang Lukman, serta istrinya akan berfikir yang tidak-tidak tentang dirinya.âMaaf, Bos! Saya lupa kalau kita mempunyai selisih waktu satu jam. Saya hanya ingin mengatakan, tolong keperluan saya dan Sasha selama berada di sini segera dipenuhi. Kami tidak memiliki kendaraan milik kami sendiri. Sementara di sini untuk kemana-mana jaraknya sangat jauh,â sahut Lukman.Melalui telepon terdengar suara benda jatuh yang terdengar begitu keras diiku
Wajah Sasha langsung berubah mendengar hal itu. Ia benci dirinya yang merasa cemburu mendengar ada wanita, yang direkomendasikan Kevin bekerja di perusahaannya. âA-apakah wanita itu cantik, maksudku bagaimana penampilannya?âLukman menyipitkan mata menatap Sasha dengan tajam. âKenapa kau terdengar sedih dan cemburu? Tentu saja wanita itu cantik dan berpenampilan seksi. Karena menurut beberapa orang pegawai yang ada di dekatku tadi. Wanita itu terbiasa memberikan layanan pijat âPlusâ di hotel-hotel.âSasha mengerjapkan mata menahan air matanya yang hendak tumpah. Sekarang ia tahu alasan kenapa Kevin tidak membalas, serta menjawab panggilan telepon darinya.Lukman memperhatikan wajah istrinya yang terlihat sendu. Ia tidak mengerti mengapa mendengar ada wanita yang datang atas rekomendasi dari pak Kevin.âAku mau istirahat dulu, Mas. Capek, setelah perjalanan ke pasar tadi jaraknya sangat jauh.â Sasha bangkit dari duduknya.Lukman hanya memperhatikan saja. Dalam hati ia menaruh rasa curi
Badan Sasha bergetar, ia menggerutu dalam hati, âSial! Kenapa aku lupa melepas kalung pemberian pak Kevin? Sekarang apa yang harus kukatakan kepada mas Lukman?âDiambilnya gelas berisi air putih, lalu meminum isinya. Ia sengaja mengulur waktu memberikan kesempatan kepada dirinya. Untuk memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan kepada suaminya,âMas Lukman memang tidak membelikan kalung ini. Apa Mas ingat kunjungan ibu panti ke rumah kita? Beliau memberikan kalung ini sebagai kenang-kengangan untukku,â sahut Sasha.Dalam hati ia merasa bedosa, karena kembali menyeret nama ibu panti ke dalam kebohongannya. Semenjak mengenal Kevin, dirinya sudah begitu sering membuat kebohongan.Kevin sudah membuatnya berada dalam hidup yang penuh dengan dosa. Ia tidak tahu sampai kapan dirinya akan tahan dengan semua rangkaian kebohongannya.âIbu Panti sangat baik sekali kepadamu. Nanti, kalau kita kembali ke Jakarta, kita harus datang mengunjunginya.â Lukman berlalu dari hadapan Sasha.Sasha memanda
Sasha langsung membuka matanya, kepalanya terasa pusing. Dikarenakan bangun secara mendadak. Ia dapat mendengar nada suara panik dari asisten rumah tangganya. âIya, saya akan keluar!âSasha beranjak dari tempat tidur berjalan menuju pintu kamar. Di bukanya pintu tersebut, terlihat asisten rumah tangganya ketakutan.âOrang itu berdiri di depan jendela kaca dan tidak mau pergi, Bu! Saya takut,â ucap wanita itu.Sasha mengangguk dalam hatinya sendiri, ia juga merasa takut. Karena kenangan malam sebelumnya kembali berulang di benaknya.âSha! Ini aku suamimu, Lukman! Cepat buka pintu ini aku sudah lelah dan lapar, serta haus,â seru suara dari balik pintu.Mendengarnya Sasha bernafas lega. Begitu mengetahui siapa yang berdiri di balik pintu rumah. âItu suami saya, Bi!âSambil tersenyum Sasha berjalan menuju pintu. Begitu dibukanya berdiri Lukman dengan wajah kesal dan terlihat lusuh. Tampak ia kelelahan dari gurat wajahnya.âKenapa lama sekali? Apa kamu tidak diberitahu, kalau aku akan data