Setelah memastikan dia sudah mengecek demam Keenan, Emmy meregangkan tubuhnya yang kaku karena semalam dia tidur di kursi. Dia terus mengawasi Keenan, beruntung setelah pemberian ibuprofen, demam Keenan langsung turun dengan cepat.Emmy membereskan semua peralatan yang dipakainya untuk merawat Keenan, membawanya turun dan kedua asisten rumah tangganya sudah terlihat bekerja.“Tuan Keenan sakit?” Madam Carla langsung mengambil alih barang-barang yang dibawa Emmy.Emmy mengangguk. Dia meregangkan lehernya yang kaku, lalu menatap kedua asisten rumah tangganya. “Biar aku yang memasak untuk Keenan,” kata Emmy. “Kalian bisa mengerjakan yang lain.”Walau tubuhnya meminta untuk istirahat, Emmy tetap memaksa diri untuk menyediakan yang terbaik untuk Keenan. Tapi ketika dia sedang memasak, Isa tanpa diduga-duga muncul. Seperti biasa, dengan segala arogansi yang Isa miliki, dia duduk seolah dia memang istri sah Keenan dan nyonya rumah yang sesungguhnya.“Mana Keenan?” tanya Isa.Emmy memilih tid
Isa sedang duduk di sisi Keenan, ketika dia mendapat pesan dari orang yang diperintahkannya untuk mengikuti Emmy. Gadis itu menghela nafasnya, diam-diam melirik Keenan yang sedang bersandar di tempat tidur.Pria itu terlihat sibuk menggeser-geser tabnya, sesekali keningnya mengerut membaca laporan-laporan yang dikirim Leo lewat emailnya. Isa menegakkan punggungnya, melirik sekali lagi.“Kamu tidak ingin istirahat?” tanya Isa.“Aku masih harus memeriksa beberapa laporan penting,” sahut Keenan tanpa melihat Isa sekalipun.Keenan selalu seperti itu padanya. Dia tidak pernah menatap wajahnya saat bicara, tidak pernah melihatnya setajam dia melihat Emmy. Padanya, Keenan bicara seadanya, dengan bahasa klise dan kalimat yang selalu diakhiri tanda seru.Dan Isa tahu Keenan tidak seperti itu pada Emmy. Ya, dia memang selalu melakukan hal-hal yang membuat Emmy tersiksa. Tapi mata itu tidak bisa menyembunyikan perasaan Keenan yang sesungguhnya. Dia terpaksa dan menyesal ketika dia menyakiti Emmy
Air semakin naik hingga menenggelamkan wajah Emmy. Ketakutan dan putus asa menguar dari tubuhnya. Cairan bening transparan itu benar-benar memenuhi bath up, merendam seluruh tubuhnya dan dia bisa melihat wajah mengerikan Keenan dari sana.Emmy tidak takut kematian. Namun sejak dulu air adalah musuhnya. Hal itu dimulai saat Isa mendorongnya ke dalam sebuah bekas kolam galian yang dipenuhi air saat usianya enam tahun. Emmy bertarung mempertahankan nyawanya waktu itu dan dia cukup berhasil saat ada beberapa anak sekolah melintas dari sana.Salah seorang melompat ke dalam dan menarik rambutnya, menyeretnya ke tepi dan memberi nafas buatan padanya. Pertolongan itu tiba tepat waktu dan Emmy selamat.Sekarang, dia kembali diperhadapkan dengan situasi yang sama. Bahkan kali ini suaminya sendirilah yang melakukannya. Emmy telentang tak berdaya, kedua tangannya hanya bisa merengkuh pakaian Keenan, memukul-mukul tubuh pria itu agar akal sehatnya kembali.Emmy mulai tersengal ketika dia tidak bi
Lidah Keenan bergerak, membelah dan memberikan seluruh kenikmatan dunia pada Emmy. Kuku-kuku Emmy menancap di punggung Keenan, terkesiap dan mendesah pelan saat Keenan membelai kulit lehernya.Dan dia nyaris meringis ketika Keenan mengecup lehernya pelan namun penuh keintiman. Bak tersengat listrik, Emmy menekuk jemari kakinya ke lantai dan berusaha menekannya di sana. Gadis itu seolah diterbangkan ke angkasa.Dulu, saat pertemuan pertama, Emmy dalam kondisi lumpuh dan tidak begitu menyadari jika Keenan benar-benar menarik. Dan sekarang, dalam dekapan tubuh yang sepenuhnya sadar, Emmy mulai merasakan Keenan sungguh-sungguh mematikan.“Ssstt!” Dorothy mendorong Cecilia ketika dia mengintip ke dalam kamar mandi, dia malah menemukan cucunya bercumbu. Dengan melakukan isyarat, dia menyeret Cecilia yang merengut karena belum sempat melihat apa yang dilihat Dorothy.Dan ketika Keenan mendengar suara pintu ditutup, dia membuka matanya, melirik sebentar ke pintu kamar mandi sebelum tatapannya
Emmely Achilles? Apakah Emmy tidak salah dengar? Dia nyonya Achilles? Keenan menyebutnya nyonya Achilles?Sejak kapan dia menjadi seorang Nyonya Achilles dalam hati Keenan?Emmy menarik selimut hingga menutup batang hidungnya dan hanya menyisakan kedua bola matanya yang berputar penuh rasa kaget. Sikap Keenan yang berubah-ubah membuatnya bingung. Kadang, Keenan akan menjelma sebagai seorang pria hangat penuh perhatian. Namun detik berikutnya pria itu bisa berubah berang bak kesurupan oleh iblis.Sungguh, Emmy tak akan bisa mengerti bagaimana Keenan bisa tidak berpendirian seperti itu.*Lily duduk di sebuah cafe, bersedekap kesal karena dia sudah lama menunggu. Ini bahkan sudah sore namun Emmy tidak muncul juga. Gadis itu menegakkan tubuh, meregangkan pinggangnya yang mulai terasa ngilu sambil mengedarkan pandangannya mengelilingi cafe.Suasana cafe favorit mereka sangat indah dan menyenangkan. Emmy dan dirinya selalu menghabiskan waktu di sana, entah untuk mengerjakan tugas saat masi
Dalam suasana kamar yang gelap gulita karena lampu sengaja tidak dinyalakan, Keenan duduk sendirian. Rahangnya mengetat, wajahnya pasti sangat merah karena alkohol yang diminumnya. Pria itu bergeser. Karena dia merasa di dalam kamar terasa sangat sesak, dia membuka pintu menuju balkon.Dia menyandarkan tubuh di dinding pembatas. Di saat yang bersamaan, dia melihat Emmy berjalan memasuki kediaman Barat. Keenan menelengkan kepala, mengamati Emmy dari atas. Gadis itu berjalan dengan anggun dan santai.Emmy berhenti. Dia jongkok untuk mencium bunga-bunga mawar yang berbunga. Gadis itu langsung tersenyum senang dan Keenan makin tidak bisa melepas pandangannya. Seolah Emmy menguncinya, tatapan Keenan tak berubah bahkan hingga Emmy sudah masuk ke dalam rumah dan Keenan tak lagi melihatnya.Pria itu menghela nafas. Langit malam ini sedikit dingin. Dari kejauhan terlihat kilatan-kilatan petir menyambar. Mungkin badai akan segera sampai sekitar tiga empat jam lagi. Keenan memejamkan mata, berus
“Emmy, mau minum?”Salah satu teman sejurusannya yang baru dari luar mendadak menghampiri Emmy sembari menyodorkan segelas wine.Gadis 22 tahun itu sontak menggeleng. “Maaf, aku tidak minum alkohol.”Jika saja bukan untuk perayaan kelulusan S2, Emmy jelas tak mau hadir di tempat karoke mewah itu.Lebih baik, ia bersantai di rumah.Sayangnya, Emmy tak punya pilihan. Teman-teman yang usianya berada di atasnya terus memaksa.Oleh sebab itu, sejak datang, Emmy memilih duduk di pojok dan diam saja.Tapi, siapa sangka ia akan ditawari begini?“Kenapa menolak? Ini perayaan kelulusan kita. Tidak baik jika hanya kamu yang tidak minum. Bukan begitu?”Pria itu tiba-tiba berseru, sehingga seisi ruangan bersorak memaksa Emmy."Ambil saja, Emmy!""Benar! Wine di sini terbaik.""Tenang saja! Kami akan mengantar adik kecil sepertimu ke rumah jika mabuk."Gadis itu terdiam.Seluruh mata tertuju padanya.Dengan terpaksa, Emmy menerima gelas berisi wine tersebut.'Minum satu gelas saja seharusnya tidak
Di sisi lain, Isa--kakak tiri Emmy--tengah berlari menyusuri koridor hotel.Dia berusaha mengejar Keenan yang mendadak pergi setelah berhasil diberikan obat perangsang olehnya.“Sial.” Dia menghentakkan kakinya kesal. “Ke mana dia pergi? Cepat sekali langkahnya!”Membayangkan rencananya gagal, Isa meradang.Gadis itu sudah menyiapkan wartawan untuk menjebak dirinya 'bermain gila' dengan Keenan!Demikian, proses pernikahan akan dipercepat.Tapi, mengapa Keenan malah tak bisa ia temukan? Apakah Isa harus pulang dengan tangan kosong?****"Akh!"Emmy memijit kepalanya pening keesokan harinya.Dia tidak ingat banyak hal setelah dia minum di ruang karaoke. Hanya saja, sekitar selangkangannya nyeri luar biasa. Segera gadis itu memerhatikan sekeliling.Deg!Wajah Keenan membangkitkan kembali ingatan Emmy.Pria itu memperkosanya berkali-kali.Padahal, Keenan adalah pria yang dijodohkan dengan kakak tirinya. Parahnya lagi, hubungan antara Emmy dan keluarga tirinya tidak begitu akur. Emmy y