Musim dingin, 20 tahun yang lalu.Sebagai satu-satunya pewaris Achilles, Keenan tumbuh dalam balutan kasih sayang penuh dari anggota keluarganya. Ibarat sebuah telur emas, dia selalu dijaga dan tidak diperbolehkan melakukan apa pun selain belajar.Keenan berusia delapan tahun ketika dia berdiri di balkon kediamannya dan hanya bisa melihat luasnya dunia dari sana. Dia tidak diperbolehkan keluar jika tidak ada hal penting. Pun kalau keluar, dia akan dijaga oleh setidaknya tiga orang bodyguard yang khusus dipekerjakan Charles, ayahnya.Semua pelayan menyukai dan menyayangi Keenan karena walau dia adalah permata di keluarga dan menerima perlakuan sangat khusus, Keenan tetap rendah hati dan bertutur kata baik. Charles tidak menyekolahkannya di sekolah umum, melainkan menyewa guru ke kediamannya dan Keenan tidak memiliki teman sama sekali, kecuali para pelayan dan bodyguardnya.Tapi Keenan tetaplah seorang anak yang penuh rasa ingin tahu. Semakin bertambah usianya, semakin penasaran dia den
Pertemuannya dengan Isa sekali lagi membuat Keenan meyakini kalau Isa adalah takdirnya. Waktu kembali mempertemukan mereka walau Keenan dulu tidak pernah yakin akan melihat kembali gadis yang dulu menyelamatkan hidupnya.Sejak pertemuan itu, Keenan sangat menjaga Isa. Hubungan keduanya sangat dekat, namun seiring bertambahnya usia Keenan, dia menyadari jika perasaan dalam dirinya bukanlah sebuah perasaan suka terhadap lawan jenis seperti yang selama ini diharapkannya.Walau selalu berusaha untuk berada di sisi Isa dan mengabulkan semua permintaannya, Keenan merasa itu hanya sebuah sikap tanggung jawab. Keenan harus memenuhi janjinya pada gadis itu karena dia yang telah mengatakannya dulu.Tapi perasaannya? Tidak ada perasaan khusus di dalam sana. Tidak ada keinginan untuk memeluk Isa, menyentuhnya atau menciumnya seperti yang dia lakukan pada gadis di depannya kini. Isa hanya dianggapnya sebagai adik dan seseorang yang pernah menyelamatkannya.Itu saja.Dan walau sekarang dia bersama
“Ku lihat kamu semakin menikmati hari-harimu di rumah ini,” kata Isa begitu gadis itu tiba di kediaman Barat.Emmy yang sedang menyusun bunga segar yang baru dipetiknya ke dalam vas kaca, hanya melirik Isa tanpa bersuara. Lirikannya beralih turun pada sebuah koper yang masih dilengkapi label tag dari bandara. Dia bahkan langsung datang kesini sejak kembali dari luar negeri. Dia benar-benar menganggap rumah ini rumahnya sendiri.“Kamu harus sadar diri,” suara Isa kembali menelusup di telinga Emmy. “Kamu hanya istri sementara Keenan. Istri pura-puranya.”Itu adalah fakta, namun Emmy sedikit tersinggung mendengarnya. “Memangnya kenapa?” Emmy menyeringai. “Toh Keenan belum menceraikanku. Jika kamu ingin bertindak sesuka hati, datanglah dua tahun lagi.”Isa meradang. “Kamu menantangku?”“Aku tidak akan berani,” gumam Emmy pendek. “Aku hanya menegaskan posisiku.”Ya, tentu saja Keenan akan memberitahu Isa soal kontrak pernikahan mereka karena bagaimanapun Isa adalah calon istri Keenan yang
“Aku tidak berniat seperti itu. Itu hanya kecelakaan,” ucap Emmy penuh penyesalan ketika Axel menyodorkannya segelas jus jeruk dingin.“Aku mungkin akan mempercayaimu, tapi tidak dengan Keenan,” sahut Axel rendah. “Dia sangat menjaga keselamatan Isa, kamu tahu sendiri kan? Dia tidak mau melihat Isa tergores sedikitpun.”“Dan,” kata pria itu lagi seraya melirik Emmy. “Kamu sungguh menargetkan Keenan sejak awal? Kamu sudah memilihnya?”“Tidak.” Emmy menggeleng cepat. “Bagaimana bisa kamu mengatakan seperti itu? Bukankah sudah ku bilang kalau aku tidak pernah bertemu Keenan sebelum kejadian malam itu?”“Bukankah kamu yang mengatakannya tadi?” Axel mengangkat alis. “Aku bahkan harus mengelus dada mendengar semuanya.”“Semuanya?” Emmy berdigik takut. “I-itu hanya lelucon. Tidak serius. Maskudku...”Emmy kehabisan kata-kata. Konyol. Terlalu bernafsu untuk mengalahkan Isa malah menjadi bumerang baginya. Ternyata Keenan dan Axel sudah mendengarnya sejak tadi? Astaga, kenapa aku tidak menyadar
Ketika Keenan menggendong Isa dan meletakkan gadis itu di kursi tunggu setelah selesai menerima tindakan, Isa tiba-tiba saja menyambar tangan Keenan. Dia menggenggamnya sambil terus meringis.“Ada apa?” Keenan jongkok di depan Isa. “Ada yang tidak nyaman?”“Sakit,” keluh Isa. Dia menunduk melihat kakinya yang dibebat perban dan kini tidak mengenakan alas kaki apa pun.“Aku minta maaf atas nama Emmy,” ujar Keenan.Isa berhenti meringis, tatapannya berubah sinis. Sederhana, tapi permintaan maaf itu membuat Isa berang. Kenapa? Kenapa Keenan meminta maaf atas nama Emmy? Siapa Emmy untuknya?Kemudian dia meringis lagi. “Tidak apa-apa,” katanya berbohong. “Dokter juga mengatakan lukanya tidak parah.”“Tapi ini akan membuat gerakanmu terbatas selama beberapa hari ke depan.” Keenan menghela nafas, pindah duduk ke samping Isa. “Kamu perlu bedrest agar lukanya cepat pulih.”“Ya,” gumam Isa, kembali menunduk melihat kakinya. “Omong-omong, aku harap kamu tidak melakukan apa pun pada Emmy.” Kembal
Emmy baru selesai mandi saat dia berdiri di balkon rumah, menyandarkan diri ke beton pembatas. Dia memandang rona hangat matahari terbenam. Dia selalu terpesona pada langit merah muda dan orange yang terbentang di arah Barat ketika langit siap menyambut malam.Rambutnya masih lembab, merembes basah pada kaos putih oversize yang melekat di tubuhnya. Dia sudah mendengar para pelayan berbisik-bisik soal kedatangan Isa di kedimana Barat ketika dia melintas di halaman.“Tuan Keenan sedang berusaha membujuk Nyonya Besar!” Begitu kata mereka.Dan keputusan itu entah kenapa membuat Emmy semakin yakin jika Keenan akan melakukan sesuatu padanya. Keenan tanpa pertimbangan apa pun memboyong Isa masuk ke dalam kediamannya dan akan tinggal satu atap dengannya.Kini, ada dua orang yang harus diantisipasinya, yaitu Keenan dan Isa.Isa tak akan meloloskannya begitu saja, Emmy yakin itu.Lily berpesan padanya untuk tidak merendahkan hati dan meminta maaf pada Isa. “Hentikan sikap bodohmu ini. Mulailah
Emmy menuruni anak tangga dengan perasaan yang tidak karuan. Dia marah dan kecewa, tapi yang terbesar adalah kesedihan yang membuat dadanya terasa sesak. Ternyata Keenan hanya baik padanya ketika dia kesepian saat Isa tak ada.Keenan hanya memanfaatkan keadaan. Beruntung Emmy tidak terlalu memikirkan perasaan itu semakin dalam.“Nona.” Madam Karen menggenggam tangan Emmy. “Minta maaf saja pada Tuan Keenan. Ruangan ini tidak pantas untukmu.”“Ini cukup nyaman,” kata Emmy menghibur diri sambil melirik ruangan sempit itu. “Setidaknya, di sini aku tidak melihat Isa.”“Nona, kamu akan benar-benar mengizinkan wanita itu tinggal?” tanya Madam Karen lagi.“Apa boleh buat?” Emmy tersenyum –terpaksa. “Ini sudah jadi keputusan Keenan. Biarkan dia melakukan semua yang menurutnya bisa memuaskan dirinya.”Di ruang tengah, Isa menikmati kemenangan yang terasa amat mudah itu dengan menenggak segelas anggur yang disediakan oleh Madam Carla. Isa tidak peduli pada tatapan penuh penghakiman dari para pel
Mundur selangkah tidak masalah, pikir Dorothy. Dengan tenang dia menyesap tehnya sesaat sebelum sarapan keesokan harinya. Dia harus memberi pelajaran pada Keenan, tidak peduli bagaimana caranya. Cucunya itu harus sadar kalau pernikahan bukan mainan.Memang, mungkin dia memiliki ikatan yang tak terbantahkan sejak Isa menyelamatkan nyawanya puluhan tahun lalu. Hal itu pula lah yang membuat keluarga Achilles berhutang budi pada keluarga Matilda.Tapi bukan berarti Isa bisa sesuka hati keluar masuk kehidupan Keenan dan mengacaukan rumah tangganya.Kali ini, walau akan mengorbankan privasi Keenan sekali lagi, tidak masalah bagi Dorothy. Dia hanya ingin Isa meninggalkan kediaman Barat.Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dorothy memasang kaca mata, membaca pesan yang baru saja masuk. “Artikelnya sudah terbit dan langsung menjadi topik hangat. Berapa yang kamu minta?”Dorothy tersenyum. Dia tidak menginginkan uang dari si wartawan. Dia hanya ingin mengeluarkan Isa dari keluarga Achilles.Ponsel