“Siapkan makanan tinggi nutrisi untuk Emmy.” Keenan menemui Madam Carla dan Madam Karen. “Usahakan makanan itu gampang dia cerna.”Madam Karen mengangguk, dia tersenyum. “Dibalik sikap dingin ini selalu ada sebuah kejutan.” Dan Madam Carla ikut tertawa.“Jangan beritahu Emmy soal ini,” kata Keenan lagi, mengabaikan ejekan kedua asisten rumah tangganya. “Aku akan kembali ke kamar.”“Baik Tuan.”“Apa yang terjadi padamu?” Lily membuka kembali pembicaraan diantara keduanya setelah Emmy melahap habis dua buah apel yang dibawanya.Seharusnya dia membawa buah itu ke rumah sakit dan Lily sudah menyerahkan buah tangannya pada Madam Carla. Tapi Emmy menyerobot begitu saja, melahapnya tanpa mencuci terlebih dahulu seperti yang biasa dia lakukan. ‘Kesehatan itu mahal’, itu yang selalu dikatakan oleh Emmy.Dan sekarang dia bahkan seperti seseorang yang belum makan selama tiga hari!“Hei, pelan-pelan. Perutmu akan sakit kalau kamu makan buru-buru seperti ini,” kata Lily lagi.Dan ketika Emmy terse
“Ini semua untukku?” tanya Emmy ketika Madam Carla dan Madam Karen menyiapkan banyak makanan untuk Emmy di meja makan.Bayang-bayang senja sudah merentang, malam akan segera tiba. Setelah Lily kembali, dia sudah mandi dan berendam dalam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku. Tubuh Emmy kembali segar dan dia tentu saja lapar.Dan dia tertegun dengan ada banyaknya makanan yang tersedia di atas meja.Madam Karen tersenyum, lalu mengangguk. “Tuan Keenan khusus memerintahkan kami untuk memasak semua makanan ini, Nona.”“Tidak mungkin.” Emmy mendesis. “Kalian sudah melihat bagaimana dia memperlakukanku. Tidak mungkin dia meminta kalian memasak ini semua.”Kedua asisten rumah tangganya tersenyum, lalu membimbing Emmy duduk. “Makanlah, Nona. Kamu pasti sudah sangat lapar.”Ketika keduanya hendak meninggalkan Emmy, gadis itu berseru. “Di mana Keenan?”“Tuan Keenan ada di kamarnya. Dia bilang sedang mengerjakan sesuatu dan tidak bisa diganggu.”“Dia sudah makan malam?”Madam Karen
Apa yang ku harapkan dari seorang gadis yang sudah ku perlakukan dengan kasar? Berharap dia akan tersenyum dan menemaniku bicara? Bukankah sudah sangat luar biasa ketika dia menyisihkan waktu untuk mengurusku di saat aku baru saja menyiksanya?Keenan mendesah, menatap langit-langit kamar dengan begitu banyak pertanyaan dalam kepalanya. Dia tidak tahu bagaimana dengan Emmy, namun Keenan sama sekali tidak bisa tidur selama dia menghukum Emmy di basement.Dia terus memikirkan Emmy bahkan ketika dia berada di kantor, melakukan pertemuan dengan klien penting. Setiap harinya dia hanya memikirkan Emmy.Keenan masih belum mengerti kenapa Emmy begitu memaksa diri. Seandainya Emmy mengatakan maaf, masalah ini tidak akan berkepanjangan. Tapi gadis itu terlalu keras kepala dan Keenan hanya ingin mengajarinya.Di meja makan, Emmy berniat makan dengan santai, namun dia malah mendengar bisikan-bisikan yang memintanya untuk cepat-cepat menyudahi makan malamnya dan kembali naik untuk memeriksa Keenan.
Setelah memastikan dia sudah mengecek demam Keenan, Emmy meregangkan tubuhnya yang kaku karena semalam dia tidur di kursi. Dia terus mengawasi Keenan, beruntung setelah pemberian ibuprofen, demam Keenan langsung turun dengan cepat.Emmy membereskan semua peralatan yang dipakainya untuk merawat Keenan, membawanya turun dan kedua asisten rumah tangganya sudah terlihat bekerja.“Tuan Keenan sakit?” Madam Carla langsung mengambil alih barang-barang yang dibawa Emmy.Emmy mengangguk. Dia meregangkan lehernya yang kaku, lalu menatap kedua asisten rumah tangganya. “Biar aku yang memasak untuk Keenan,” kata Emmy. “Kalian bisa mengerjakan yang lain.”Walau tubuhnya meminta untuk istirahat, Emmy tetap memaksa diri untuk menyediakan yang terbaik untuk Keenan. Tapi ketika dia sedang memasak, Isa tanpa diduga-duga muncul. Seperti biasa, dengan segala arogansi yang Isa miliki, dia duduk seolah dia memang istri sah Keenan dan nyonya rumah yang sesungguhnya.“Mana Keenan?” tanya Isa.Emmy memilih tid
Isa sedang duduk di sisi Keenan, ketika dia mendapat pesan dari orang yang diperintahkannya untuk mengikuti Emmy. Gadis itu menghela nafasnya, diam-diam melirik Keenan yang sedang bersandar di tempat tidur.Pria itu terlihat sibuk menggeser-geser tabnya, sesekali keningnya mengerut membaca laporan-laporan yang dikirim Leo lewat emailnya. Isa menegakkan punggungnya, melirik sekali lagi.“Kamu tidak ingin istirahat?” tanya Isa.“Aku masih harus memeriksa beberapa laporan penting,” sahut Keenan tanpa melihat Isa sekalipun.Keenan selalu seperti itu padanya. Dia tidak pernah menatap wajahnya saat bicara, tidak pernah melihatnya setajam dia melihat Emmy. Padanya, Keenan bicara seadanya, dengan bahasa klise dan kalimat yang selalu diakhiri tanda seru.Dan Isa tahu Keenan tidak seperti itu pada Emmy. Ya, dia memang selalu melakukan hal-hal yang membuat Emmy tersiksa. Tapi mata itu tidak bisa menyembunyikan perasaan Keenan yang sesungguhnya. Dia terpaksa dan menyesal ketika dia menyakiti Emmy
“Emmy, mau minum?”Salah satu teman sejurusannya yang baru dari luar mendadak menghampiri Emmy sembari menyodorkan segelas wine.Gadis 22 tahun itu sontak menggeleng. “Maaf, aku tidak minum alkohol.”Jika saja bukan untuk perayaan kelulusan S2, Emmy jelas tak mau hadir di tempat karoke mewah itu.Lebih baik, ia bersantai di rumah.Sayangnya, Emmy tak punya pilihan. Teman-teman yang usianya berada di atasnya terus memaksa.Oleh sebab itu, sejak datang, Emmy memilih duduk di pojok dan diam saja.Tapi, siapa sangka ia akan ditawari begini?“Kenapa menolak? Ini perayaan kelulusan kita. Tidak baik jika hanya kamu yang tidak minum. Bukan begitu?”Pria itu tiba-tiba berseru, sehingga seisi ruangan bersorak memaksa Emmy."Ambil saja, Emmy!""Benar! Wine di sini terbaik.""Tenang saja! Kami akan mengantar adik kecil sepertimu ke rumah jika mabuk."Gadis itu terdiam.Seluruh mata tertuju padanya.Dengan terpaksa, Emmy menerima gelas berisi wine tersebut.'Minum satu gelas saja seharusnya tidak
Di sisi lain, Isa--kakak tiri Emmy--tengah berlari menyusuri koridor hotel.Dia berusaha mengejar Keenan yang mendadak pergi setelah berhasil diberikan obat perangsang olehnya.“Sial.” Dia menghentakkan kakinya kesal. “Ke mana dia pergi? Cepat sekali langkahnya!”Membayangkan rencananya gagal, Isa meradang.Gadis itu sudah menyiapkan wartawan untuk menjebak dirinya 'bermain gila' dengan Keenan!Demikian, proses pernikahan akan dipercepat.Tapi, mengapa Keenan malah tak bisa ia temukan? Apakah Isa harus pulang dengan tangan kosong?****"Akh!"Emmy memijit kepalanya pening keesokan harinya.Dia tidak ingat banyak hal setelah dia minum di ruang karaoke. Hanya saja, sekitar selangkangannya nyeri luar biasa. Segera gadis itu memerhatikan sekeliling.Deg!Wajah Keenan membangkitkan kembali ingatan Emmy.Pria itu memperkosanya berkali-kali.Padahal, Keenan adalah pria yang dijodohkan dengan kakak tirinya. Parahnya lagi, hubungan antara Emmy dan keluarga tirinya tidak begitu akur. Emmy y
Keenan terdiam.'Gadis ini gadis pungut keluarga Matilda? Apa yang terjadi? Kenapa kebetulan ini terlalu kebetulan? Dia pasti benar-benar sudah merencanakannya.'Tiba-tiba pria itu tertawa memikirkannya. Tawa itu perlahan berubah menjadi lebih mengerikan disertai dengan lirikan liarnya. “Jadi ini rencanamu yang sesungguhnya?”“Apa?” tanya Emmy tak mengerti.“Jadi selama ini kamu sudah menargetkanku? Kamu menyukaiku, namun kamu tidak bisa melakukan apapun karena aku dijodohkan pada kakakmu sehingga kamu menjebakku. Kamu yang meminta seseorang untuk memasukkan sesuatu pada minumanku, kan?”Keenan agak puas melihat kepanikan Emmy. Dia meneruskan gertakannya. “Ayo. Sekarang juga kita ke rumahmu, bicara pada orang tuamu sehingga kamu mengakui semuanya adalah keinginanmu.”“Tidak.” Air mata semakin membanjiri pipi Emmy. Keluarganya tidak bisa mengetahuinya. Ibunya akan menghajarnya, begitu pula Isa.Dia akan berakhir di pemakaman, atau kalau dia masih cukup beruntung, dia akan berakhir di