Liz jelas merasa bersalah. Sejak tadi dia berdiri di ambang pintu karena Josiah sudah datang, namun mendengar seharusnya pembicaraan itu sedikit serius, Liz mengurungkan niatnya untuk merusak suasana itu. Dan pada akhirnya, dia dan Josiah sama-sama berdiri di sana dan mencuri dengar semua pembicaraan itu.Rahang Josiah mengetat. Dia terlihat melonggarkan dasinya lalu membuka jaket kulit hitam yang membalut tubuhnya. Dia tidak suka mendengar tangisan Emmy, namun tangisan itu juga memberinya penjelasan kalau perasaan Emmy tak pernah berubah dalam hal mencintai Keenan.Josiah memilih keluar lewat pintu belakang, membuat Liz tergoda untuk mengikutinya. Josiah duduk diantara hamparan rumput dengan wajah penuh tanda tanya yang tak diketahui oleh Liz. Dengan memberanikan diri, Liz duduk di samping Josiah.“Maafkan aku. Seharusnya aku tidak melakukannya,” kata Liz, memecah keheningan diantara mereka berdua. “Aku hanya berpikir Emmy mungkin ingin mendengar suara Keenan, itu sebabnya aku mengan
Isa membuka matanya. Sengatan dingin di kulitnya membuat tubuhnya menggigil dan mulutnya terkatup. Gigi Isa terdengar gemeratak saat dia mencoba melawan suhu yang menurun drastis seiring dengan semakin bertambahnya malam.Tubuhnya lebam akibat benturan saat dia jatuh. Dia mencoba tenang, menelentangkan tubuhnya yang kotor di atas tumpukan tanah yang lengket dan lembab. Mata Isa menatap jauh ke langit dan dia mulai berpikir. Siapa pria itu? Apa yang dia inginkan darinya? Dia bukan Josiah, juga bukan Leo apalagi Axel.Lalu siapa?Apakah dia salah satu orang suruhan Josiah?Jadi mereka mulau melancarkan rencana mereka padanya?Isa menggerakkan tubuhnya lagi, mencoba untuk duduk. Dan angannya memutar ingatan tentang pria yang dibunuh Diane. Kenapa bisa dia muncul sebanyak dua kali dalam imajinasinya? Apakah setan itu juga sedang menuntut pembalasan darinya?“Sialan!” desis Isa sambil menahan rasa sakit.Dia mengalihkan pandangannya lagi. Tanah bekas galian itu sangat terjal dan licin. Tapi
Isa berendam selama berjam-jam dalam bath up nya. Walau kulitnya mulai mengeriput, dia tak mau bangkit dari sana. Wajah Isa menunjukkan binar kemarahan yang luar biasa. Sorot matanya tajam, dia bahkan dia tidak berkedip sama sekali dan hanya diam menatap dinding kamar mandi.Dia harus melakukan sesuatu. Secepatnya, dia harus menikah dengan Keenan agar posisinya aman. Keenan tak boleh tahu soal kebohongannya sebelum mereka menikah. Tapi bagaimana cara menjebak pria itu? Sampai sekarang, dia bahkan tidak mendengar apa pun soal pernikahan dan itu membuat darahnya mendidih.“Argh!” Isa berteriak sembari memercikkan air dalam bath up. “Berpikir Isa. Berpikirlah. Apa yang bisa kamu lakukan agar Keenan tergerak untuk menikahimu?”Wanita itu memaksa otaknya bekerja. Tapi buntu! Untuk pertama kalinya dalam hidup Isa tak tahu apa yang harus dia lakukan. Wanita itu meringkuk dalam bath up dengan nafas yang tersengal karena kemarahan yang menggebu-gebu.Tiba-tiba, Diane masuk dan duduk santai di
Hati Cecilia begitu teriris mendengar kenyataan pahit itu. Tangannya bergetar memegang pundak Keenan. Cecilia harus mengakui, dibalik kekejaman Isa terhadap Emmy, dia memang sudah melakukan banyak hal terhadap Keenan. Sekarang Cecilia mengerti kenapa Isa begitu tidak menyukai Emmy.Perasaan cinta dalam diri Isa-lah yang memaksanya melakukan semua tindakan itu. Isa hanya mau menjadi satu-satunya pusat perhatian Keenan, sama seperti kebanyakan wanita yang sedang jatuh cinta. Walau dia tidak pernah membenarkan sikap Isa, tapi detik ini dia tahu kalau Isa tidak seburuk yang dia gambarkan selama ini.Dan dia sungguh menyesal.“Maafkan aku, Mom.” Isa menangis, diam-diam mengintip ke arah pintu. “Tapi aku tidak pernah menyesal melakukan semua ini.”“Hentikan omong kosong ini!” Diane berteriak lagi.“Tenanglah, Nyonya.” Sang Dokter berdiri untuk menengahi. “Saat ini kondisi psikologis Nona Isa perlu dijaga. Aku tahu Anda khawatir, tapi berdebat tak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, kita
Axel mengerjap. Dia memutar tubuh Lily mengikuti alunan musik dan mendekapnya lagi dalam pelukannya. “Tapi kamu menolakku.”“Dulu aku bodoh,” aku Lily.“Sekarang?”“Jauh lebih bodoh,” sungutnya lagi.Axel tertawa kecil. Tangannya menyusuri setiap lekuk tubuh Lily dan gadis itu membiarkannya. Lily terus menatap Axel dalam perasaan yang menggebu-gebu. Sekarang Lily sadar betapa atraktifnya Axel. Segala sesuatu tentang pria itu begitu menyita perhatiannya dan dia mulai berpikir kalau Axel sangat cocok dengannya.Lily memejamkan matanya. Dia mendekat, membenamkan wajahnya dalam pelukan Axel. Waktu terasa berhenti dan seakan tak ada orang lain bersama mereka di sana. Musik tersengar sangat lembut dan suasana itu begitu ajaib.Dia melemaskan dirinya dan menyerahkan diri sepenuhnya dalam dekapan Axel yang terasa sangat pas baginya. Saat jemari Axel membelai pipinya, Lily menengadah menatap pria itu.“Ayo kembali,” kata Axel dengan suara parau.Lily tersenyum, lalu mengangguk. “Aku sudah menu
“Emmy, mau minum?”Salah satu teman sejurusannya yang baru dari luar mendadak menghampiri Emmy sembari menyodorkan segelas wine.Gadis 22 tahun itu sontak menggeleng. “Maaf, aku tidak minum alkohol.”Jika saja bukan untuk perayaan kelulusan S2, Emmy jelas tak mau hadir di tempat karoke mewah itu.Lebih baik, ia bersantai di rumah.Sayangnya, Emmy tak punya pilihan. Teman-teman yang usianya berada di atasnya terus memaksa.Oleh sebab itu, sejak datang, Emmy memilih duduk di pojok dan diam saja.Tapi, siapa sangka ia akan ditawari begini?“Kenapa menolak? Ini perayaan kelulusan kita. Tidak baik jika hanya kamu yang tidak minum. Bukan begitu?”Pria itu tiba-tiba berseru, sehingga seisi ruangan bersorak memaksa Emmy."Ambil saja, Emmy!""Benar! Wine di sini terbaik.""Tenang saja! Kami akan mengantar adik kecil sepertimu ke rumah jika mabuk."Gadis itu terdiam.Seluruh mata tertuju padanya.Dengan terpaksa, Emmy menerima gelas berisi wine tersebut.'Minum satu gelas saja seharusnya tidak
Di sisi lain, Isa--kakak tiri Emmy--tengah berlari menyusuri koridor hotel.Dia berusaha mengejar Keenan yang mendadak pergi setelah berhasil diberikan obat perangsang olehnya.“Sial.” Dia menghentakkan kakinya kesal. “Ke mana dia pergi? Cepat sekali langkahnya!”Membayangkan rencananya gagal, Isa meradang.Gadis itu sudah menyiapkan wartawan untuk menjebak dirinya 'bermain gila' dengan Keenan!Demikian, proses pernikahan akan dipercepat.Tapi, mengapa Keenan malah tak bisa ia temukan? Apakah Isa harus pulang dengan tangan kosong?****"Akh!"Emmy memijit kepalanya pening keesokan harinya.Dia tidak ingat banyak hal setelah dia minum di ruang karaoke. Hanya saja, sekitar selangkangannya nyeri luar biasa. Segera gadis itu memerhatikan sekeliling.Deg!Wajah Keenan membangkitkan kembali ingatan Emmy.Pria itu memperkosanya berkali-kali.Padahal, Keenan adalah pria yang dijodohkan dengan kakak tirinya. Parahnya lagi, hubungan antara Emmy dan keluarga tirinya tidak begitu akur. Emmy y
Keenan terdiam.'Gadis ini gadis pungut keluarga Matilda? Apa yang terjadi? Kenapa kebetulan ini terlalu kebetulan? Dia pasti benar-benar sudah merencanakannya.'Tiba-tiba pria itu tertawa memikirkannya. Tawa itu perlahan berubah menjadi lebih mengerikan disertai dengan lirikan liarnya. “Jadi ini rencanamu yang sesungguhnya?”“Apa?” tanya Emmy tak mengerti.“Jadi selama ini kamu sudah menargetkanku? Kamu menyukaiku, namun kamu tidak bisa melakukan apapun karena aku dijodohkan pada kakakmu sehingga kamu menjebakku. Kamu yang meminta seseorang untuk memasukkan sesuatu pada minumanku, kan?”Keenan agak puas melihat kepanikan Emmy. Dia meneruskan gertakannya. “Ayo. Sekarang juga kita ke rumahmu, bicara pada orang tuamu sehingga kamu mengakui semuanya adalah keinginanmu.”“Tidak.” Air mata semakin membanjiri pipi Emmy. Keluarganya tidak bisa mengetahuinya. Ibunya akan menghajarnya, begitu pula Isa.Dia akan berakhir di pemakaman, atau kalau dia masih cukup beruntung, dia akan berakhir di