“Kenapa kau melamun, Sayang?” tanya Vero saat mereka sudah berada di kamar pribadi dan meletakkan Richard pada box tidurnya.“Aku sedang memikirkan sesuatu, Sayang. Itu tentang Petrus dan Alesha – sahabatmu.” Rayhan menjawab dengan wajah gusar dan juga hati tak tenang.“Apa yang terjadi memangnya?” tanya Vero sekali lagi.“Semua agak berat, aku takut memberitahumu sejak awal karena kau baru saja melahirkan dan sembuh dari rasa trauma melahirkanmu itu.”“Aku siap mendengarkannya, Sayang. Katakan padaku yang terjadi pada mereka berdua. Apa mereka sudah berakhir sekaran? Apa masalah dan penyebabnya?”Vero merasa sangat penasaran dengan hal yang baru saja disebutkan oleh Rayhan. Terlebih lagi, semua ini tentang Petrus dan Alesha – sahabat yang memang belakangan ini jarang sekali bisa dihubungi dan tidak lagi pernah datang ke rumah menemuinya. Hanya Catrine saja yang sesekali bersay hallo padanya.Rayhan memang memikirkan perasaan dan juga pikiran Vero jika dia mengatakan semuanya sejak aw
“Bagaimana aku bisa percaya padamu, hem? Kau selalu membuatku mandi di dalam mandi. Aku tidak akan tergoda dengan ucapanmu kali ini!” omel Vero dan melenggang begitu saja meninggalkan Rayhan di sofa empuk itu.Dia dengan perlahan memindahkan kepala Rayhan ke atas sofa dan pergi tanpa ingin mendengar apapun lagi dari mulut suaminya. Vero sangat mengenal Rayhan sejak mereka tinggal bersama, bahkan sebelum mereka resmi menjadi suami dan istri.Vero mandi terlebih dahulu dan setelahnya Rayhan pun segera membersihkan dirinya. Mereka bersiap untuk datang menemui Alesha demi Petrus. Semuanya sudah disiapkan Petrus sejak Rayhan memberikan kartu edisi terbatas itu untuknya berbelanja semua keperluan lamaran. Saat ini, Vero tampil sangat elegan dan benar-benar seperti seorang tuan putri.Dia mengenakan set berlian yang dihadiahkan Rayhan untuknya beberapa waktu lalu. Pakaian dress selutut berwarna hitam dan mengembang, membuatnya terlihat seperti gadis belia berusia lima belas tahunan.“Apa yan
Yang ditatap dan ditanya masih saja tercengang seakan tidak tahu harus mengatakan apa. Namun, Vero dengan sigap membuka lebar-lebar pintu kamar Esra itu dan memasang wajah marah dan kesal. Dia ingin tahu semua kebenarannya dari dua orang yang kini sedang saling berpelukan itu.‘’Bukannya kau ingin ke kamar Petrus, Ray? Kenapa berakhir di sini dengan keadaan yang seperti ini? Apakah ini alasanmu tidak mengizinkan Esra memasuki kamar kita? Kau tidak ingin dia merasa sedih saat membayangkan di kamar itulah kita sering memadu cinta dan bermesraan? Katakan saja padaku sejujurnya!” Vero memberondongi Rayhan dengan semua pertanyaan itu dan yang ditanya baru saja tersadar dari semua yang dia lakukan.Rayhan melepaskan pagutan tangan Esra yang masih memakai handuk. Handuk yang hanya menutupi bagian dada sampai bagian paha bagian atasnya saja. Sangat minim handuk yang dikenakan oleh Esra saat ini dan itu membuat hati Vero merasa panas juga cemburu.“Bukan seperti itu kejadian sebenarnya, Sayang
“Sayang, jangan percaya dengan yang diucapkan oleh jalang ini! Aku sudah bilang padamu bahwa dia bukan wanita yang baik. Aku sudah merasakannya beberapa waktu ini dan itu sebabnya aku selalu saja waspada padanya,” terang Rayhan berusaha membela diri.“Tuan Rayhan. Tolong jangan buat aku terlihat seburuk dan serendah itu di depan istrimu. Kau datang ke kamarku untuk memintaku menggugurkan janin ini. Mungkin, Tuhan begitu sayang padaku hingga istrimu datang dan akhirnya mengetahui semuanya sekarang,” ungkap Esra dengan nada menghiba di depan Rayhan dan berharap simpatik dari Vero.Vero tidak berdaya menghadapi dua orang yang kini ada di depannya dan tetap pada pendirian mereka masing-masing. Dia sama sekali tidak tahu harus percaya pada siapa sekarang. Di satu sisi, dia ingin percaya bahwa Rayhan tidak akan mudah tergoda dengan wanita lain dan semua kata cinta yang diucapkan Rayhan selama ini seakan tidak perlu diragukan lagi.Esra yang berkata seperti itu, hingga saat ini masih mengusa
Malam itu menjadi malam yang sedikit menyakitkan bagi Vero dan juga Rayhan. Rumah tangga mereka baru saja dibangun dengan cinta dan kepercayaan satu sama yang lainnya. Namun, semua yang terjadi di dalam kamar Esra tadi telah merubah segalanya. Kini, semua pasti tidak akan lagi sama seperti yang dulu pernah ada.“Apakah kau sudah siap, Sayang?” tanya Rayhan dengan lembut.“Ya. Aku siap dengan putraku,” jawabnya dengan sedikit tegas pula.“Biar aku yang memangku Richard. Jangan sampai gaun dan riasanmu rusak,” ucap Rayhan mencoba menawarkan diri menggantikan Vero yang sedang menggendong bayinya ke luar dari dalam kamar.“Tidak perlu. Aku bahkan rela kehilangan segalanya dan menjadi serendah apapun, demi putraku!” tolak Vero ketus dan saat ini Rayhan tidak lagi punya kata untuk diucapkan.Dia tahu jika wanitanya masih dalam suasana hati tidak baik, atau bisa dikatakan jika Vero sedang dalam amarah yang menggebu saat ini. Sebagai seorang pria, dia mencoba memahami dan tidak terlalu memaks
Rayhan dan Vero tertawa lepas juga akhirnya karena tidak lagi sanggup menahan kelucuan itu. Bagaimana bisa seorang yang sudah terlatih dan diuji sedemikian rupa seperti Petrus, tidak bisa melihat kejujurn tau kebohongan yang sedang terjadi antara Rayhan dan Vero.Mungkin, itulah tadi yang dinamakan dengan buta oleh cinta. Ditambah lagi, Petrus memang sedang diberatkan dengan pikirannya tentang Alesha. Gadis yang sangat dia cintai itu masih tidak bisa dihubungi hingga saat ini, termasuk melalui nomor ponsel Vero sekali pun. Catrine juga sudah mencoba menghubunginya, tapi tidak berhasil.“Maaf kalau kami sudah keterlaluan dan tidak memberitahumu lebih awal, Pet. Semuanya juga terjadi sangat mendadak dan aku percaya pada suamiku. Dia tidak mungkin menggoda dan mendekati wanita itu, apalagi sampai membuatnya hamil. Aku hanya memberikannya sedikit waktu untuk berbesar kepala dan merasa menang atas semua rencana awalnya,” ungkap Vero kepada Petrus dengan sungguh-sungguh menyesal.“Tidak mas
“Bagaimana ini, Tuan? Dia akan dibawa untuk membuang janin dalam kandungannya. Itu tidak boleh terjadi dan aku tidak ingin Alesha kehilangan bayi buah cinta kami itu!” cerocos Petrus sambil terus memutar setir bulat di depan dadanya.“Tenanglah, Pet. Kau tidak boleh terlalu khawatir dan panik saat sedang menyetir seperti ini!” hibur Vero yang sebenarnya juga sangat khawatir dengan keadaan Alesha.“Aku tidak bisa tenang, Nyonya.”“Kau tahu di rumah sakit mana Alesha dibawa?” tanya Rayhan dengan serius dan memegang ponsel di tangannya saat ini.Petrus baru menyadari kecerobohannya setelah jauh berjalan meninggalkan kediaman Alesha. Hal ini tentu saja membuat Petrus memukul setir dengan keras dan merutuki kebodohannya itu. Dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri jika semua terlambat dan tidak lagi bisa menyelamatkan bayi dalam kandungan Alesha saat ini. Petrus hampir saja menangis saat dia mendengar Rayhan berbicara.“Kau temukan di mana saja wanita itu berada dalam waktu lima menit. Ke
Dalam waktu singkat, kendaraan roda empat itu sampai di sebuah rumah sakit yang lokasinya lumayan terpencil dari kota. Semua itu dilakukan oleh orang tua Alesha demi menjaga nama baiknya sebagai mantan prajurit negara. Dia tidak ingin kabar tentang anaknya yang janda, ternyata kini mengandung tanpa pernikahan.Padahal, sudah dengan suka rela dan berulang kali Petrus meminta izin padanya untuk bisa menikahi Alesha. Hanya saja, pria tua itu terus menolak dengan alasan bahwa mereka tidak sepadan. Mana mungkin seorang seperti Boris akan menyerahkan putrinya pada seorang yang tidak memiliki titel. Baginya, Petrus hanya seorang kacung atau pesuruh dan tidak bisa memberikan masa depan yang cerah pada putrinya kelak. Dia berpikir terlalu jauh sebagai orang tua dan lelaki.Namun, semua itu tentu tidak bisa disalahkan sepenuhnya karena memang seorang ayah akan selalu memikirkan masa depan buah hatinya. Meskipun dia sudah dewasa dan menikah, atau berpisah dengan pasangannya. Seorang ayah tidak a
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget
Sebuah tamparan mendarat di pipi Marco untuk pertama kalinya, dan tangan Vero lah yang sudah memberikan tanda kemerahan berbentuk jari di sana. Semua itu reflek dilakukan oleh Vero karena merasa tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan Marco.“Kau menamparku, Vero?” tanya Marco tak percaya.Sebelah tangannya menahan rasa perih di pipi yang masih berbekas kemarahan itu. Sedikit meringis menahan rasa sakit yang tidak bisa dipungkirinya, Marco masih menatap nyalang pada Vero.“Itu pantas untuk kau dapatkan, Marc! Ucapanmu itu sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa aku terima!”“Bukan kah semua itu benar? Kau sudah bermalam dengannya dan menghabiskan malam penuh gairah bukan? Siapa dia? Dia hanya mantan suamimu dan kau rela memberikan tubuhmu padanya. Lalu, siapa aku? Aku adalah suamimu dan seharusnya aku yang lebih berhak atas dirimu,” ungkap Marco dengan sangat berang menatap Vero.Sekali lagi hati Vero terasa dicabik-cabik saat mendengar ucapan Marco yang tak beralasan itu. Dia mem
“Apa yang terjadi di sana semalaman?”“Tidak terjadi apa-apa. Tolong jangan membahas hal itu lagi, Marc! Aku tidak ingin membahasnya.”“Tapi, aku dan William mencemaskanmu semalaman. Tidak adakah hal yang ingin kau jelaskan pada kami?”“Tidak ada yang perlu dijelaskan dan tidak ada yang perlu kau tahu. Bukan kah sejak awal sudah kita sepakati bahwa tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing? Aku tidak pernah bertanya hal pribadimu dan tidak pernah ikut campur, Marc. Jadi, tolong jangan melewati batasanmu!” ungkap Vero dengan nada tegas dan baru kali ini dia berbicara seperti itu kepada Marco.Cukup terkejut Marco mendengar ocehan yang dilontarkan oleh Vero beberapa detik lalu itu. Namun, saat ini dia jelas tidak bisa mendebat wanita yang kini duduk di sisi ranjangnya. Marco memang sengaja meminta izin untuk masuk ke dalam kamar Vero untuk berbicara empat mata.Mereka sudah sampai di rumah setengah jam yang lalu dan nyaris tidak ada percakapan selama dalam perjalanan pulang. Ha
“Bagaimana sekarang, Sayang? Aku tidak mau Vero terluka dengan niat Rayhan itu. Aku juga tidak ingin membuat Rayhan tersisksa dengan hubungan mereka yang justru memburuk setelah bertemu dari perpisahan yang sangat lama ini,” ungkap Alesha yang menahan langkahnya di pertengahan anak tangga.“Tenanglah, Sayang. Jangan memikirkan hal yang terlalu jauh untuk saat ini. Mungkin tuan muda hanya merasa emosi saat ini.” Petrus mencoba menenangkan Alesha dari dugaannya itu.“Apa kau pikir dia tidak akan benar-benar merebut Richard dari Vero?” tanya Alesha sedikit ragu.“Aku berharap itu tidak akan terjadi. Tuan muda bahkan tidak melirik putranya sama sekali tadi,” jawab Petrus pula dan mengingat sikap dingin Rayhan pada William tadi.“Itu tidak bisa menjadi acuan bahwa dia tidak peduli dan tidak menginginkan putranya, Sayang.”“Aku akan mencoba untuk membujuknya dan memberikan saran yang lain.”“Saran apa? Aku tahu bahwa Vero adalah wanita yang keras kepala dan dia tidak akan mengubah keputusa
Rayhan menghentikan tangannya yang hendak menuangkan air hangat ke dalam gelas. Sorot matanya tajam menatap ke arah Vero. Wanita itu terlihat begitu terkejut mendapatkan tatapan seperti itu dari Rayhan. Tatapan yang tajam dan seakan ingin mengoyak jantung Vero saat ini juga.“Kau siapa? Beraninya kau memerintahku di rumahku sendiri!” seru Rayhan dengan sinis.Tidak pernah sebelumnya Vero berpikir jika pria itu akan mengatakan hal sekasar itu padanya. Namun, tetap saja Vero tidak boleh gentar dan terlihat begitu lemah. Dia tersenyum tipis pada lelaki yang baru saja ingin dirawatnya sepenuh hati. “Aku memang bukan siapa-siapa di sini. Baiklah, kalau begitu aku akan segera pamit. Aku tidak ingin terlalu lama di sini dan membuat suamiku menunggu!”“Suami yang bahkan tidak pernah menyentuhmu?” tanya Rayhan dengan nada mengejek.“Kau tahu apa tentang rumah tanggaku dengan istriku?” tanya sebuah suara yang entah sejak kapan berada di dalam ruangan itu bersama mereka.Vero mengalihkan pandang
Mata Alesha bergerak ke arah anak tangga dan melihat jika di sana Rayhan sudah berhenti mengayunkan langkah kakinya saat mendengar ucapan Vero tadi. Wajah Rayhan tampak merah padam yang mungkin saja kini sedang merasa marah atau kecewa tingkat tinggi pada Vero.“Jangan katakan itu, Vero sayang. Kau tidak bisa mengeluarkan kata-kata palsu seperti itu, dan aku tahu apa yang sebenarnya kau rasakan!” ucap Alesha berusaha membuat Vero mengubah pengakuannya. Dia ingin Vero akhirnya jujur pada perasaannya sendiri tanpa disadarinya.“Tidak, Alesha. Aku tidak lagi mencintainya dan aku tidak ingin lagi kembali bersamanya. Aku sudah bahagia dengan suami dan putraku saat ini. Aku ingin menjalani hidup yang normal seperti yang selalu aku inginkan sejak dulu. Aku mendapatkan semuanya saat aku bersama Marco,” ungkap Vero pula dan dengan helaan napas yang terasa berat dia memaksakan tersenyum.“Kau hanya merasa nyaman dan tenang karena tidak ada yang menghantuimu dengan status. Tapi, kau tidak pernah