Yang ditatap dan ditanya masih saja tercengang seakan tidak tahu harus mengatakan apa. Namun, Vero dengan sigap membuka lebar-lebar pintu kamar Esra itu dan memasang wajah marah dan kesal. Dia ingin tahu semua kebenarannya dari dua orang yang kini sedang saling berpelukan itu.‘’Bukannya kau ingin ke kamar Petrus, Ray? Kenapa berakhir di sini dengan keadaan yang seperti ini? Apakah ini alasanmu tidak mengizinkan Esra memasuki kamar kita? Kau tidak ingin dia merasa sedih saat membayangkan di kamar itulah kita sering memadu cinta dan bermesraan? Katakan saja padaku sejujurnya!” Vero memberondongi Rayhan dengan semua pertanyaan itu dan yang ditanya baru saja tersadar dari semua yang dia lakukan.Rayhan melepaskan pagutan tangan Esra yang masih memakai handuk. Handuk yang hanya menutupi bagian dada sampai bagian paha bagian atasnya saja. Sangat minim handuk yang dikenakan oleh Esra saat ini dan itu membuat hati Vero merasa panas juga cemburu.“Bukan seperti itu kejadian sebenarnya, Sayang
“Sayang, jangan percaya dengan yang diucapkan oleh jalang ini! Aku sudah bilang padamu bahwa dia bukan wanita yang baik. Aku sudah merasakannya beberapa waktu ini dan itu sebabnya aku selalu saja waspada padanya,” terang Rayhan berusaha membela diri.“Tuan Rayhan. Tolong jangan buat aku terlihat seburuk dan serendah itu di depan istrimu. Kau datang ke kamarku untuk memintaku menggugurkan janin ini. Mungkin, Tuhan begitu sayang padaku hingga istrimu datang dan akhirnya mengetahui semuanya sekarang,” ungkap Esra dengan nada menghiba di depan Rayhan dan berharap simpatik dari Vero.Vero tidak berdaya menghadapi dua orang yang kini ada di depannya dan tetap pada pendirian mereka masing-masing. Dia sama sekali tidak tahu harus percaya pada siapa sekarang. Di satu sisi, dia ingin percaya bahwa Rayhan tidak akan mudah tergoda dengan wanita lain dan semua kata cinta yang diucapkan Rayhan selama ini seakan tidak perlu diragukan lagi.Esra yang berkata seperti itu, hingga saat ini masih mengusa
Malam itu menjadi malam yang sedikit menyakitkan bagi Vero dan juga Rayhan. Rumah tangga mereka baru saja dibangun dengan cinta dan kepercayaan satu sama yang lainnya. Namun, semua yang terjadi di dalam kamar Esra tadi telah merubah segalanya. Kini, semua pasti tidak akan lagi sama seperti yang dulu pernah ada.“Apakah kau sudah siap, Sayang?” tanya Rayhan dengan lembut.“Ya. Aku siap dengan putraku,” jawabnya dengan sedikit tegas pula.“Biar aku yang memangku Richard. Jangan sampai gaun dan riasanmu rusak,” ucap Rayhan mencoba menawarkan diri menggantikan Vero yang sedang menggendong bayinya ke luar dari dalam kamar.“Tidak perlu. Aku bahkan rela kehilangan segalanya dan menjadi serendah apapun, demi putraku!” tolak Vero ketus dan saat ini Rayhan tidak lagi punya kata untuk diucapkan.Dia tahu jika wanitanya masih dalam suasana hati tidak baik, atau bisa dikatakan jika Vero sedang dalam amarah yang menggebu saat ini. Sebagai seorang pria, dia mencoba memahami dan tidak terlalu memaks
Rayhan dan Vero tertawa lepas juga akhirnya karena tidak lagi sanggup menahan kelucuan itu. Bagaimana bisa seorang yang sudah terlatih dan diuji sedemikian rupa seperti Petrus, tidak bisa melihat kejujurn tau kebohongan yang sedang terjadi antara Rayhan dan Vero.Mungkin, itulah tadi yang dinamakan dengan buta oleh cinta. Ditambah lagi, Petrus memang sedang diberatkan dengan pikirannya tentang Alesha. Gadis yang sangat dia cintai itu masih tidak bisa dihubungi hingga saat ini, termasuk melalui nomor ponsel Vero sekali pun. Catrine juga sudah mencoba menghubunginya, tapi tidak berhasil.“Maaf kalau kami sudah keterlaluan dan tidak memberitahumu lebih awal, Pet. Semuanya juga terjadi sangat mendadak dan aku percaya pada suamiku. Dia tidak mungkin menggoda dan mendekati wanita itu, apalagi sampai membuatnya hamil. Aku hanya memberikannya sedikit waktu untuk berbesar kepala dan merasa menang atas semua rencana awalnya,” ungkap Vero kepada Petrus dengan sungguh-sungguh menyesal.“Tidak mas
“Bagaimana ini, Tuan? Dia akan dibawa untuk membuang janin dalam kandungannya. Itu tidak boleh terjadi dan aku tidak ingin Alesha kehilangan bayi buah cinta kami itu!” cerocos Petrus sambil terus memutar setir bulat di depan dadanya.“Tenanglah, Pet. Kau tidak boleh terlalu khawatir dan panik saat sedang menyetir seperti ini!” hibur Vero yang sebenarnya juga sangat khawatir dengan keadaan Alesha.“Aku tidak bisa tenang, Nyonya.”“Kau tahu di rumah sakit mana Alesha dibawa?” tanya Rayhan dengan serius dan memegang ponsel di tangannya saat ini.Petrus baru menyadari kecerobohannya setelah jauh berjalan meninggalkan kediaman Alesha. Hal ini tentu saja membuat Petrus memukul setir dengan keras dan merutuki kebodohannya itu. Dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri jika semua terlambat dan tidak lagi bisa menyelamatkan bayi dalam kandungan Alesha saat ini. Petrus hampir saja menangis saat dia mendengar Rayhan berbicara.“Kau temukan di mana saja wanita itu berada dalam waktu lima menit. Ke
Dalam waktu singkat, kendaraan roda empat itu sampai di sebuah rumah sakit yang lokasinya lumayan terpencil dari kota. Semua itu dilakukan oleh orang tua Alesha demi menjaga nama baiknya sebagai mantan prajurit negara. Dia tidak ingin kabar tentang anaknya yang janda, ternyata kini mengandung tanpa pernikahan.Padahal, sudah dengan suka rela dan berulang kali Petrus meminta izin padanya untuk bisa menikahi Alesha. Hanya saja, pria tua itu terus menolak dengan alasan bahwa mereka tidak sepadan. Mana mungkin seorang seperti Boris akan menyerahkan putrinya pada seorang yang tidak memiliki titel. Baginya, Petrus hanya seorang kacung atau pesuruh dan tidak bisa memberikan masa depan yang cerah pada putrinya kelak. Dia berpikir terlalu jauh sebagai orang tua dan lelaki.Namun, semua itu tentu tidak bisa disalahkan sepenuhnya karena memang seorang ayah akan selalu memikirkan masa depan buah hatinya. Meskipun dia sudah dewasa dan menikah, atau berpisah dengan pasangannya. Seorang ayah tidak a
“Jaga bicaramu dan hargai tuan mudaku!” hardik Petrus yang masih berdiri di samping ranjang Alesha.“Kenapa aku harus menghargai anak buangan seperti dia? Anak tiri yang posisinya sama sekali tidak diinginkan oleh keluarganya. Ibunya ... hanya seorang wanita penggoda yang berusaha naik ke atas ranjang pria kaya demi harta dan kekuasaan!” ungkap Boris dengan penuh rasa percaya diri dan tidak takut sama sekali kepada Rayhan. Mendengar tuannya dihina dan direndahkan seperti itu, Petrus tidak lagi bisa menahan diri. Dengan gerakan cepat, dia melesat ke depan Boris dan melayangkan tangannya ke udara. Hal itu tentu saja dapat dengan cepat pula dihindari oleh Boris. Dia adalah mantan militer dan bisa dipastikan bahwa ilmunya masih ada sampai saat ini.Meskipun tenaganya tidak sekuat dulu lagi, hal-hal seperti pukulan dan tendangan itu masih bisa dia atasi. Hanya saja, dia sudah tidak lagi punya senjata api untuk bisa memberikan perlawanan pada lawan yang memakai senjata.“Tangkisanmu cukup
“Ada apa, Petrus? Kenapa kau membawa Alesha dari rumah sakit ini? Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia tidak sadarkan diri saat ini?”Pertanyaan beruntun itu terlontar dari mulut Vero yang melihat Petrus keluar dari rumah sakit dengan menggendong tubuh Alesha yang tak sadarkan diri. Sementara itu, di belakangnya Rayhan juga berjalan dengan langkah cepat dan dari raut wajahnya bahwa dia sedang menahan amarah saat ini. Vero hafal sekali dengan perubahan pada wajah Rayhan sebagai seorang istri.“Nyonya, nanti akan aku jelaskan semuanya. Tapi, sekarang aku minta tolong padamu untuk bisa menahan tubuh Alesha setidaknya sampai di rumah sakit,” terang Petrus dengan tak berdaya dan tak bisa lagi menahan ucapan itu keluar dari rongga mulutnya, meski sebenarnya dia tidak berani.“Aku memangku Richard, bagaimana bisa aku menahan tubuhnya?” tanya Vero sedikit heran.“Aku akan memangku Richard, Sayang. Tolong pegangi sahabatmu karena saat ini bius dalam tubuhnya tidak akan lama lagi hilang. Jika h
Saat Alesha dan Petrus masuk ke ruang tengah rumah mewah itu, mereka melihat pemandangan yang sudah lama tidak terlihat di sana. Rayhan dan Vero bermesraan sambil menuruni anak tangga. Bersenda gurau layaknya pengantin baru yang masih hangat dalam memadu cinta.“sayang, apa kau lihat itu?” tanya Alesha pada Petrus dengan suara berbisik ke Alesha.“Tentu saja, Sayang. Penglihatanku masih sangat bagus untuk wanita seusia diriku.” Alesha menjawab dengan suara yang tak kalah halusnya lagi.“Kalau begitu, apa menurutmu kita akan tetap ke sana?”“Menurutku itu bukanlah pertanyaan yang harus dijawab, Sayang.”“Kalau begitu, mari kita kembali lagi ke rumah.”“Baiklah, Sayang.”Pasangan yang harmonis dan tampak awet muda itu pun berniat untuk berbalik kembali ke rumah mereka. Sejatinya, mereka tidak ingin mengganggu pasangan yang sedang di mabuk cinta untuk kedua kalinya itu. Meski usia mereka sudah tidak lagi muda, tapi semangat cinta jelas tampak masih sangat membara.Tanpa keduanya sangka,
Rayhan dan Vero menghabiskan waktu sekitar satu jam di dalam kamar untuk melepaskan kerinduan belasan tahun yang mereka tahan dan pendam. Tentu saja tidak satu pun dari orang yang ada di rumah itu berani mengganggu keduanya. Mereka tentu mengerti apa yang terjadi di dalam kamar pengantin baru itu.Di pavilliun tempat Alesha dan Petrus selama ini tinggal dan mengawasi William juga Vero selama Rayhan tidak ada bersama mereka.“Sayang, apa yang terjadi sebenarnya? Ke mana selama ini Rayhan pergi? Apa kau sungguh-sungguh tidak tahu ke mana dia pergi dan menghilang?” tanya Alesha dengan tatapan serius pada suaminya.“Aku benar-benar tidak tahu, Sayang. Apa kau tidak percaya padaku?”Rayhan justru balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Alesha. Dia tidak menyangka jika itu adalah pertanyaan yang akan pertama dipertanyakan oleh Alesha saat mereka sampai di rumah.Meskipun begitu, tetap saja Petrus tidak bisa menyalahkan istrinya. Dia justru merasa bangga kepada Alesha. Setelah sekian lama
“Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?”Pria yang sedang mengamati Rayhan dan Vero dari kejauhan itu pun terkejut mendengar suara wanita di dekatnya. Satu tangan juga terasa menyentuh pundaknya dengan sangat lembut. Pria itu tak lain adalah orang kepercayaan Rayhan yang tidak ingin lagi terjadi apa-apa pada majikannya yang baru saja kembali setelah belasan tahun pergi.“Sayang! Kau mengejutkanku,” kata Petrus pada istrinya – Alesha.“Kenapa kau harus terkejut? Memangnya, apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alesha dengan kening berkerut.“Aku sedang menjaga tuan muda dan istrinya, Sayang.”“Apa yang terjadi pada mereka? Di mana mereka sekarang?” tanya Alesha yang justru menjadi cemas.“Mereka ada di dalam mobil. Sepertinya, suasana sedang tidak bersahabat jika kita berada di sekitar mereka,” jawab Petrus yang sudah melihat dengan jelas semua hal yang terjadi di dalam aula tadi.“Aku mengerti, Sayang. Tentu saja kita tidak boleh mengganggu sepasang pengantin baru itu,” kata Ales
Rayhan tidak menyangka jika ternyata reaksi Vero akan seperti itu. Tadinya, dia sudah merasa bahagia karena akhirnya bisa kembali dan berkumpul lagi bersama Vero dan juga William. Namun, karena percakapannya bersama William barusan, ternyata Vero langsung marah.“Dad, tidak apa-apa. Aku sangat mengenal mami dan aku tahu dia hanya sedang syok saja. Sebaiknya, kita biarkan mami sendiri dulu,” jelas William kepada Rayhan dengan santai.“Tidak, Nak. Aku yang lebih mengenal mami-mu itu terlebih dahulu sebelum kau. Aku akan pulang bersamanya.” Rayhan membantah saran dari William.“Daddy benar juga. Tentu saja Daddy yang lebih mengenal mami dari pada aku, karena aku baru ada setelah kalian bersama.” William tersenyum menggoda pada ayahnya itu.Rayhan yang masih saja tampan seperti dulu, menyaingi ketampanan putra semata wayangnya dan jelas mencuri perhatian semua orang yang ada di sana. Apalagi, ketika tadi nama Vero dan Rayhan dipanggil untuk menemani William ke atas panggung, semua orang m
“Bolehkah aku bertanya padamu, Sayang?” tanya Rayhan dengan nada serius.“Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan padaku? Aku akan menjawabnya dengan senang hati,” jawab Vero dengan senyuman yang cerah.Rayhan menggenggam tangan Vero dengan lembut tapi sangat erat. Mereka berdua sedang duduk di kursi undangan dan menyaksikan acara kelulusan putra semata wayang mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada hari ini bagi Veronica Sweet.Hari ini putranya di wisuda dan itu pertanda bahwa putranya itu benar-benar sudah dewasa. Selain itu, di hari yang istimewa ini pula Rayhan kembali pulang setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar dan membuat Vero terus menunggu dalam ketidak berdayaan bersama dengan harapan-harapan yang tinggi.“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau terus menatapku seperti itu sejak tadi.” Rayhan berkata dengan suara setengah berbisik dan membuat Vero tersipu malu pada awalnya.“Kau ingin tahu kenapa?” tanya Vero pula dan Rayhan mengangguk pelan.Sebuah tarikan napas
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget