“Ada apa, Petrus? Kenapa kau membawa Alesha dari rumah sakit ini? Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia tidak sadarkan diri saat ini?”Pertanyaan beruntun itu terlontar dari mulut Vero yang melihat Petrus keluar dari rumah sakit dengan menggendong tubuh Alesha yang tak sadarkan diri. Sementara itu, di belakangnya Rayhan juga berjalan dengan langkah cepat dan dari raut wajahnya bahwa dia sedang menahan amarah saat ini. Vero hafal sekali dengan perubahan pada wajah Rayhan sebagai seorang istri.“Nyonya, nanti akan aku jelaskan semuanya. Tapi, sekarang aku minta tolong padamu untuk bisa menahan tubuh Alesha setidaknya sampai di rumah sakit,” terang Petrus dengan tak berdaya dan tak bisa lagi menahan ucapan itu keluar dari rongga mulutnya, meski sebenarnya dia tidak berani.“Aku memangku Richard, bagaimana bisa aku menahan tubuhnya?” tanya Vero sedikit heran.“Aku akan memangku Richard, Sayang. Tolong pegangi sahabatmu karena saat ini bius dalam tubuhnya tidak akan lama lagi hilang. Jika h
Dokter setengah abad yang kini berdiri tepat di depan Rayhan itu, hanya mengulas senyum saat mendengarkan ancaman itu. Namun, Rayhan jelas melempar aura kemarahan di raut wajahnya saat ini. Suasana di sana jelas sangat mencekam oleh sebagian orang di sana.“Kau tidak pernah berubah, Boy!” seru dokter itu dengan lembut.“Jangan panggil aku dengan nama itu lagi! Aku tidak suka dengan nama yang kau sebutkan itu!” balas Rayhan sekali lagi dengan nada marah yang sangat jelas terdengar.“Baiklah, Nak. Kau sama seperti ibumu, sangat keras kepala dan tidak bisa melihatku dari sisi baikmu.”“Kalau kau ingin terlihat baik di mataku, setidaknya lakukan hal yang baik satu kali ini di depanku. Selamatkan sahabat istriku dan berikan pengobatan terbaik untuknya!”“Kalian dengar yang anakku katakan? Lakukan semua itu segera!” titah dokter pria bernama Martin itu dengan tegas pada semua tenaga medis yang ada di belakangnya.“Baik, Dokter Kepala. Kami akan melakukannya,” sahut salah satu dokter muda de
Dua orang ajudan datang dengan membawa banyak sekali makanan di kedua tangan mereka. Saat ini, mata Vero langsung melirik ke arah Rayhan, karena sudah yakin jika Rayhan adalah biang dari semuanya.“Kenapa kau memesan makanan begitu banyak?” tanya Vero dengan heran.“Aku tidak tahu makanan apa yang kalian berdua ingin makan. Jadi, aku pesan saja semua menu di restoran biasa tempat kita makan,” jawab Rayhan dengan entengnya.“Ya Tuhan, Ray! Tidak perlu sebanyak ini juga, karena kita tidak akan bisa menghabiskan makanan sebanyak ini.”“Tidak masalah. Kita bisa berbagi pada orang yang ada di sini nanti.”“Kau pikir mereka mau? Mereka yang datang ke sini pasti adalah orang yang memiliki uang banyak dan tidak mau menerima pemberian dari orang lain. Mereka juga mampu membelinya kalau mereka ingin,” terang Vero dengan penuh rasa percaya diri.Rayhan memang tidak bisa berdebat keras dengan Vero karena dia tentu lebih tahu hal-hal seperti itu. Dibandingkan dirinya, Vero memang lebih peka dan pe
Petrus pura-pura tidak mendengar saja yang baru saja diucapkan oleh Rayhan pada Vero. Hal itu karena memang tidak seharusnya dia menguping pembicaraan majikannya. Dia juga masih fokus pada keadaan Alesha dan calon bayi mereka yang entah bagaimana sekarang perkembangannya. Makan pun tak lagi berselera, tapi takut jika Rayhan dan Vero marah makanya Petrus tetap mengunyah makanannya dengan gerakan malas.“Siapa yang bertanggung jawab untuk pasien di dalam?” tanya Martin yang baru saja keluar dari ruangan pemeriksaan dan perawatan intensif.“Aku, Dok!” jawab Petrus yang bergegas berdiri dan meletakkan kotak bentonya begitu saja di kursi tunggu.“Baik. Silakan ikut aku ke dalam untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut pasien di dalam. Aku bahkan tidak tahu nama pasien yang sudah aku periksa,” ungkap Martin sambil melirik sekilas pada Rayhan yang masih duduk berhadapan dengan Vero saat selesai berbicara pada Petrus.“Namanya Alesha, Dok. Dia adalah calon istriku dan aku akan bertanggung j
Terus terang saja ada sisi hati Vero yang tergores saat mendengar semua yang Rayhan ucapkan tadi. Meski sekarang dia sudah bisa melunakkan hatinya dan menganggap bahwa itu hanya ucapan Rayhan saat sedang emosi dan marah saja. Namun, tetap saja itu bukanlah yang biasa bagi Vero selama dia kenal dan hidup bersama Rayhan.“Sayang, dengarkan aku dulu. Jangan marah dan diamkan aku seperti ini,” pinta Rayhan saat keduanya sudah berada di dalam ruangan Alesha.“Ssstt ... jangan berisik dan membuat Alesha terganggu,” tegur Vero dengan menempelkan tangannya di bibir lalu menatap ke arah Rayhan.“Oke. Nanti kita bicara lagi setelah dari sini,” bisik Rayhan dengan suara yang nyaris tak terdengar.Ingin sekali Vero tertawa rasanya saat mendengar Rayhan berbisik dan seperti anak kecil yang memohon ampun pada ibunya saat ini. Namun, hal itu dia tahan karena tidak ingin membuat Rayhan menjadi besar kepala dan tidak merasa bersalah lagi padanya. Sebagai seorang istri, tentu saja Vero harus mempertaha
“Oh begitu. Maaf sudah membuat kalian merasa tidak nyaman di sini,” ucap Martin dengan sedikit sedih.“Tidak mengapa. Seharusnya, kami yang minta maaf karena sudah sangat merepotkanmu. Aku minta maaf atas nama suamiku juga, Dokter Martin.” Vero berkata dengan senyum mengambang di sudut bibirnya yang tipis.Martin tahu bahwa Vero adalah wanita yang baik dan tulus sejak pertama dia melihatnya tadi. Ternyata, Rayhan tidak pernah salah dalam mengambil keputusan dalam hidupnya. Apalagi, saat mendapatkan seorang istri untuk jadi pendamping hidupnya seperti sekarang. Petrus dan Catrine mohon izin untuk masuk ke dalam untuk melihat keadaan Alesha secara jelas. Mereka belum sempat melihat keadaan wanita itu, terlebih lagi Petrus yang begitu khawatir dan tak sabar menatap wajah kekasih yang sangat dicintainya itu. Hingga tinggallah Vero dan Martin yang masih berdiri di depan pintu masuk ke dalam ruang perawatan Alesha itu.“Tidak masalah, Nak. Semua ini memang tugasku sebagai seorang dokter da
Vero berpamitan pada Martin dan langsung bergegas menuju parkiran setelah menitip pesan pada Petrus dan Catrine. Dia sebenarnya ingin lebih lama lagi di sini dan menemani Alesha sampai wanita itu tersadar dan bisa melihat semua orang yang mencintainya ada di sisinya. Namun, Vero juga tidak bisa egois karena sudah memiliki Richard yang juga butuh perhatian dan juga kenyamanan.Richard sudah tidak lagi nyaman sejak tadi dan dia harus membawa bayi itu pulang. Richard sudah makan bubur sebagai pendamping ASI yang mungkin saat ini sudah sangat dia inginkan. Belum lagi, terlalu lama berada di dalam ruangan yang penuh dengan orang sakit tidak baik untuk bayi seusianya. Meskipun rumah sakit ini sudah pasti dan dijamin keseterilannya.“Kenapa kau lama sekali, Sayang?” tanya Rayhan saat Vero sudah masuk ke dalam mobilnya.“Ada beberapa hal yang perlu aku bicarakan sebelum pulang,” jawab Vero dan mengambil Richard dari pangkuan suaminya itu.“Pembicaraan apa dan dengan siapa?” tanya Rayhan sedik
“Jangan banyak bicara, kau! Minggir!” usir Rayhan dan menyenggol tubuh Esra sebelum naik ke anak tangga.Esra membalikkan badan dan menyunggingkan senyumannya di sana, karena dia bisa melihat bahwa Rayhan mulai tergoyahkan dengan ucapannya tadi. Esra yakin, Rayhan mulai terpancing dan sebentar lagi akan masuk dalam perangkapnya. Dia tidak akan bisa melepaskan mangsa yang sudah dia incar sejak lama dan sudah sangat didambakannya itu.“Bagus, Esra! Kau sangat pandai dan lihai dalam hal ini,” ucapnya pada diri sendiri, lalu berjalan ke arah kamar yang saat ini dia tempati, yaitu di lantai atas di dekat kamar Rayhan dan Vero.Esra melintasi kamar Vero dan Rayhan yang sudah tertutup rapat, padahal hanya selang beberapa menit sejak dia menyusul naik ke lantai atas. Esra tidak melihat Richard di kamar bayinya dan sudah bisa dia pastikan bahwa bayi itu dibawa tidur bersama di dalam kamar utama.Hatinya masih geram karena Rayhan masih saja bersikap baik pada Vero saat dia sudah mengatakan hal
Saat Alesha dan Petrus masuk ke ruang tengah rumah mewah itu, mereka melihat pemandangan yang sudah lama tidak terlihat di sana. Rayhan dan Vero bermesraan sambil menuruni anak tangga. Bersenda gurau layaknya pengantin baru yang masih hangat dalam memadu cinta.“sayang, apa kau lihat itu?” tanya Alesha pada Petrus dengan suara berbisik ke Alesha.“Tentu saja, Sayang. Penglihatanku masih sangat bagus untuk wanita seusia diriku.” Alesha menjawab dengan suara yang tak kalah halusnya lagi.“Kalau begitu, apa menurutmu kita akan tetap ke sana?”“Menurutku itu bukanlah pertanyaan yang harus dijawab, Sayang.”“Kalau begitu, mari kita kembali lagi ke rumah.”“Baiklah, Sayang.”Pasangan yang harmonis dan tampak awet muda itu pun berniat untuk berbalik kembali ke rumah mereka. Sejatinya, mereka tidak ingin mengganggu pasangan yang sedang di mabuk cinta untuk kedua kalinya itu. Meski usia mereka sudah tidak lagi muda, tapi semangat cinta jelas tampak masih sangat membara.Tanpa keduanya sangka,
Rayhan dan Vero menghabiskan waktu sekitar satu jam di dalam kamar untuk melepaskan kerinduan belasan tahun yang mereka tahan dan pendam. Tentu saja tidak satu pun dari orang yang ada di rumah itu berani mengganggu keduanya. Mereka tentu mengerti apa yang terjadi di dalam kamar pengantin baru itu.Di pavilliun tempat Alesha dan Petrus selama ini tinggal dan mengawasi William juga Vero selama Rayhan tidak ada bersama mereka.“Sayang, apa yang terjadi sebenarnya? Ke mana selama ini Rayhan pergi? Apa kau sungguh-sungguh tidak tahu ke mana dia pergi dan menghilang?” tanya Alesha dengan tatapan serius pada suaminya.“Aku benar-benar tidak tahu, Sayang. Apa kau tidak percaya padaku?”Rayhan justru balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Alesha. Dia tidak menyangka jika itu adalah pertanyaan yang akan pertama dipertanyakan oleh Alesha saat mereka sampai di rumah.Meskipun begitu, tetap saja Petrus tidak bisa menyalahkan istrinya. Dia justru merasa bangga kepada Alesha. Setelah sekian lama
“Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?”Pria yang sedang mengamati Rayhan dan Vero dari kejauhan itu pun terkejut mendengar suara wanita di dekatnya. Satu tangan juga terasa menyentuh pundaknya dengan sangat lembut. Pria itu tak lain adalah orang kepercayaan Rayhan yang tidak ingin lagi terjadi apa-apa pada majikannya yang baru saja kembali setelah belasan tahun pergi.“Sayang! Kau mengejutkanku,” kata Petrus pada istrinya – Alesha.“Kenapa kau harus terkejut? Memangnya, apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alesha dengan kening berkerut.“Aku sedang menjaga tuan muda dan istrinya, Sayang.”“Apa yang terjadi pada mereka? Di mana mereka sekarang?” tanya Alesha yang justru menjadi cemas.“Mereka ada di dalam mobil. Sepertinya, suasana sedang tidak bersahabat jika kita berada di sekitar mereka,” jawab Petrus yang sudah melihat dengan jelas semua hal yang terjadi di dalam aula tadi.“Aku mengerti, Sayang. Tentu saja kita tidak boleh mengganggu sepasang pengantin baru itu,” kata Ales
Rayhan tidak menyangka jika ternyata reaksi Vero akan seperti itu. Tadinya, dia sudah merasa bahagia karena akhirnya bisa kembali dan berkumpul lagi bersama Vero dan juga William. Namun, karena percakapannya bersama William barusan, ternyata Vero langsung marah.“Dad, tidak apa-apa. Aku sangat mengenal mami dan aku tahu dia hanya sedang syok saja. Sebaiknya, kita biarkan mami sendiri dulu,” jelas William kepada Rayhan dengan santai.“Tidak, Nak. Aku yang lebih mengenal mami-mu itu terlebih dahulu sebelum kau. Aku akan pulang bersamanya.” Rayhan membantah saran dari William.“Daddy benar juga. Tentu saja Daddy yang lebih mengenal mami dari pada aku, karena aku baru ada setelah kalian bersama.” William tersenyum menggoda pada ayahnya itu.Rayhan yang masih saja tampan seperti dulu, menyaingi ketampanan putra semata wayangnya dan jelas mencuri perhatian semua orang yang ada di sana. Apalagi, ketika tadi nama Vero dan Rayhan dipanggil untuk menemani William ke atas panggung, semua orang m
“Bolehkah aku bertanya padamu, Sayang?” tanya Rayhan dengan nada serius.“Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan padaku? Aku akan menjawabnya dengan senang hati,” jawab Vero dengan senyuman yang cerah.Rayhan menggenggam tangan Vero dengan lembut tapi sangat erat. Mereka berdua sedang duduk di kursi undangan dan menyaksikan acara kelulusan putra semata wayang mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada hari ini bagi Veronica Sweet.Hari ini putranya di wisuda dan itu pertanda bahwa putranya itu benar-benar sudah dewasa. Selain itu, di hari yang istimewa ini pula Rayhan kembali pulang setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar dan membuat Vero terus menunggu dalam ketidak berdayaan bersama dengan harapan-harapan yang tinggi.“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau terus menatapku seperti itu sejak tadi.” Rayhan berkata dengan suara setengah berbisik dan membuat Vero tersipu malu pada awalnya.“Kau ingin tahu kenapa?” tanya Vero pula dan Rayhan mengangguk pelan.Sebuah tarikan napas
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget