Gerakan tubuh keduanya langsung membuat air dalam bak mandi itu beriak dan bahkan sampai melimpah keluar. Seperti orang yang baru saja menikmati kehidupan dan cinta yang baru dalam hidup, mereka tak berhenti mengumbar cinta dan mencurahkan semua perasaannya dalam setiap gerakan dan desahan yang terkadang mengerang penuh kenikmatan.“Ouugghh ... nikmat sekali, Sayang. Aku akan sampai lagi!” erang Rayhan dan mempercepat gerakannya pada tubuh Vero.Kini, posisi mereka sudah berganti dari yang pertama tadi saat Rayhan menaikkan tubuh semok Vero ke atas pangkuannya. Saat ini posisi Vero menahan tubuh dengan lutut dan tangannya terlipat pada kepala bak itu. Seperti menyandar tapi tidak menyandar sepenuhnya dan Rayhan berlutut pula di belakangnya untuk bekerja keras menghasilkan desahan dan gairah cinta.“Lebih cepat, Ray! Aku sudah tidak tahan lagi sekarang, lututku sakit.” Vero merengek dengan nada yang memelas dan terdengar sangat manja.“Ini sudah sampai, Sayang. Oouuugghh ... yeaaahh!”
Rayhan masih tak bisa berhenti terkekeh karena berhasil membuat Vero merasa kesal. Semua itu hanya karena satu kata saja yaitu ‘sahabat’ yang mana saat mereka bicara tadi, Rayhan menyebut Vero sebagai sahabat. Tentu saja hal itu membuat Vero merasa kesal dan tak berhenti untuk mengomel sepanjang perjalanan.Saat ini, sepasang calon suami istri itu sedang menuju sebuah butik terkenal dan sangat mahal di negaranya. Tidak ada yang bisa masuk kecuali pelanggan VVIP yang salah satunya adalah Rayhan. Itu semua karena mereka akan melakukan pengukuran dan pencocokan baju pengantin tentunya.“Bisakah kau berhenti tertawa, Ray? Itu sudah terlalu lama dan kau tidak merasakan keram pada mulutmu?” tanya Vero yang masih dengan nada kesal.“Tidak. Aku masih terbayang wajah lucumu yang menggemaskan saat marah. Apalagi seperti yang sekarang ini,” jawab Rayhan yang seperti sedang berusaha untuk berhenti terkekeh.“Kalau kau tidak berhenti tertawa dan terkekeh seperti itu, aku tidak akan turun dari mobi
Vero mendengarnya dan merasa sedikit terluka, tapi dia sadar bahwa penampilannya saat ini memang jauh dari kata mewah. Vero hanya mengenakan hotpants pendek dan juga kaos oblong berwarna putih. Sendal jepit dan sebuah tas kecil yang disandangnya untuk menyimpan dompet beserta ponselnya.Jelas dua benda itu tidak bisa jauh dari Vero, meskipun dia pergi bersama dengan Rayhan saat ini. Namun, dompet menyimpan banyak kartu penting yang mungkin saja diperlukannya nanti. Selain itu, Vero juga tidak bisa jauh dari ponsel apalagi saat berada di luar rumah seperti sekarang. Dia tidak bisa tenang jika dalam setengah jam tidak mendapatkan foto atau video terbaru putranya.“Jangan dengarkan yang mereka katakan. Biarkan saja karena aku sendiri tidak merasa tersinggung,” bisik Vero saat mengetahui bahwa Rayhan juga mendengarnya dan ingin menegur wanita itu.“Kau tidak tersinggung dengan yang dia katakan?” tanya Rayhan setengah tak percaya.“Tidak sama sekali. Semua itu pasti dia liat dari penampila
“Kau dengar yang baru saja dia katakan? Su-suami?”“Iya. Aku mendengarnya dengan sangat jelas. Belanja sekian banyak, dia juga akan membayarnya sendiri? Aku tidak mengira kalau dia akan sekaya itu.”“Kau benar. Diliat dari penampilannya, dia seperti gembel yang sedang memoroti seorang pria kaya. Tapi, ternyata dia lebih kaya dari yang kita duga.”“Kalau begitu, cepat ambil pesanan kita dan segera pergi. Meskipun mungkin mereka tidak mendengar sejak tadi kita membicarakan mereka, tapi aku merasa malu sendiri jika mereka melihat kita.”“Baiklah. Ayo segera ke bagian kasir yang di sana.”Dua orang wanita itu berjalan dengan gugup dan tak menoleh ke kiri ataupun ke kanan. Di dalam butik itu, ada dua kasir yang berlawanan arah. Mereka lebih memilih ke kasir lain dari pada ke kasir yang sama dengan tempat Vero dan Rayhan berdiri sekarang.Pendengaran Vero yang tajam mendengar dengan jelas semua yang mereka berdua katakan dan wanita itu hanya bisa tersenyum dengan geli. Bagaimana orang selal
Semuanya memang terlalu cepat berlalu bagi Vero dan pagi ini jantungnya seakan sedang berpacu dengan keadaan. Tidak akan lama lagi, dia dan Rayhan akan mengikat janji suci di depan pendeta dan para saksi yang datang di acara pernikahan mereka itu. Tangan Vero bahkan berkeringat dingin karena terlalu gugup saat ini.“Apakah Anda gugup, Nyonya?” tanya Esra – pengasuh baby R yang kini menemaninya di dalam ruang rias.Beberapa orang MUA sedang memoles wajah dan tubuhnya dengan sangat indah. Itu membuat Vero terlihat semakin cantik di hari pernikahannya. Sementara itu, Rayhan sudah menunggu di depan altar dengan perasaan gugup juga tentunya.“Aku merasa sedikit gugup dan gemetar. Apakah seperti ini rasanya saat seorang wanita akan menikah, Esra? Aku tidak bisa membayangkan yang akan terjadi setelah ini,” jawab Vero dengan mata berkaca-kaca. Namun, dia tetap menjaga diri dan emosinya di saat yang seperti ini.“Itu alami, Nyonya. Semua orang yang akan menikah memang akan sangat gugup. Apalag
Vero berjalan dengan sangat elegant ke luar dari dalam kamar rias dan diiringi oleh Esra di sampingnya. Esra menggendong Baby R yang juga tampil sangat tampan dengan tuxedo senada dengan yang dikenakan oleh Rayhan di atas altar.Gaun putih sedada itu tampak sangat anggun membalut tubuh indah Veronica. Dengan beberapa mutiara di bagian dada yang membentuk huruf M dan menampilkan sedikit belahan dada yang putih dan tampak sangat kencang itu. Di lehernya, Vero juga menggunakan kalung mutiara yang besar dan berkilau.Bagian kepala menggunakan mahkota yang sangat indah dengan satu permata di bagian tengah. Tidak lupa, selayar panjang yang dipegangi oleh dua orang dayang-dayang.“Aku sangat deg-deg an, Esra.” Vero berbisik kepada Esra dan berusaha tetap tersenyum cerah di depan semua orang.“Nyonya, anggap saja semua orang yang menontonmu itu tidak ada. Hanya ada tuan muda Rayhan yang sedang menunggu di atas altar itu,” sahut Esra mencoba memberikan ketenangan kepada Vero.“Apakah kau rasa
“Sudah ... sudah. Nanti dilanjutkan lagi di kamar pengantin. Kalian jangan mengumbar kemesraan dan cinta di depan orang banyak seperti ini,” teriak Catrine dengan penuh semangat.Hal itu tentu saja membuat wajah Vero merona karena merasa malu dan dia terpaksa menunduk sambil tersenyum malu-malu. Sementara Rayhan hanya mengacungkan jempolnya ke arah semua orang dan kemudian menarik pinggang ramping Vero ke dalam dekapannya. Mereka kini berpelukan dan kemudian setengah membungkuk memberikan penghormatan kepada semua para tamu.“Silakan menikmati hidangan yang sudah disediakan, Para Tamu yang terhormat.” Seorang pembawa acara berkata dengan suara lantang kepada tamu yang hadir dalam resepsi pernikahan itu.“Sayang, kau lapar? Apa kau ingin aku ambilkan makanan dan minuman?” tanya Rayhan dengan lembut menawarkan hal itu kepada istrinya.“Hmm ... aku hanya sedikit haus. Bisakah kau mengambilkan air untukku? Aku juga rindu pangeran kecilku,” jawab Vero dengan suara serak dan terdengar sanga
“Kau baru saja menuduhku berselingkuh di hari pernikahan kita, Sayang?” tanya Rayhan justru mengabaikan pertanyaan Vero untuknya tadi.“Aku tidak menuduhmu, Ray! Aku bertanya sesuai dengan fakta yang terlihat di depan mata,” jwab Vero dengan mengalihkan pandangannya.Di depan sana, dia masih bisa melihat wajah Kenny yang tersenyum licik ke arahnya dan menaikkan gelas minumannya. Hal itu semakin membuat hati Vero terasa panas dan merasa bahwa memang ada sesuatu yang spesial antara wanita itu dengan Rayhan yang kini sudah resmi menjadi suaminya.“Apa kau sedang cemburu?” tanya Rayhan sedikit menggoda Vero.“Cemburu? Aku? Padamu? Mana mungkin! Aku bukan tipe wanita yang pencemburu, asal kau tahu saja!” bantah Vero menjawab pertanyaan Rayhan itu dengan ekspresi yang tampak sedikit gugup.“Benarkah tidak? Aku seperti mengendus aroma kecemburuan di sini. Kalau kau tidak cemburu, itu artinya kau tidak sayang padaku. Dan kau hanya terpaksa menikah denganku,” ucap Rayhan sengaja.Ucapan Rayhan
Saat Alesha dan Petrus masuk ke ruang tengah rumah mewah itu, mereka melihat pemandangan yang sudah lama tidak terlihat di sana. Rayhan dan Vero bermesraan sambil menuruni anak tangga. Bersenda gurau layaknya pengantin baru yang masih hangat dalam memadu cinta.“sayang, apa kau lihat itu?” tanya Alesha pada Petrus dengan suara berbisik ke Alesha.“Tentu saja, Sayang. Penglihatanku masih sangat bagus untuk wanita seusia diriku.” Alesha menjawab dengan suara yang tak kalah halusnya lagi.“Kalau begitu, apa menurutmu kita akan tetap ke sana?”“Menurutku itu bukanlah pertanyaan yang harus dijawab, Sayang.”“Kalau begitu, mari kita kembali lagi ke rumah.”“Baiklah, Sayang.”Pasangan yang harmonis dan tampak awet muda itu pun berniat untuk berbalik kembali ke rumah mereka. Sejatinya, mereka tidak ingin mengganggu pasangan yang sedang di mabuk cinta untuk kedua kalinya itu. Meski usia mereka sudah tidak lagi muda, tapi semangat cinta jelas tampak masih sangat membara.Tanpa keduanya sangka,
Rayhan dan Vero menghabiskan waktu sekitar satu jam di dalam kamar untuk melepaskan kerinduan belasan tahun yang mereka tahan dan pendam. Tentu saja tidak satu pun dari orang yang ada di rumah itu berani mengganggu keduanya. Mereka tentu mengerti apa yang terjadi di dalam kamar pengantin baru itu.Di pavilliun tempat Alesha dan Petrus selama ini tinggal dan mengawasi William juga Vero selama Rayhan tidak ada bersama mereka.“Sayang, apa yang terjadi sebenarnya? Ke mana selama ini Rayhan pergi? Apa kau sungguh-sungguh tidak tahu ke mana dia pergi dan menghilang?” tanya Alesha dengan tatapan serius pada suaminya.“Aku benar-benar tidak tahu, Sayang. Apa kau tidak percaya padaku?”Rayhan justru balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Alesha. Dia tidak menyangka jika itu adalah pertanyaan yang akan pertama dipertanyakan oleh Alesha saat mereka sampai di rumah.Meskipun begitu, tetap saja Petrus tidak bisa menyalahkan istrinya. Dia justru merasa bangga kepada Alesha. Setelah sekian lama
“Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?”Pria yang sedang mengamati Rayhan dan Vero dari kejauhan itu pun terkejut mendengar suara wanita di dekatnya. Satu tangan juga terasa menyentuh pundaknya dengan sangat lembut. Pria itu tak lain adalah orang kepercayaan Rayhan yang tidak ingin lagi terjadi apa-apa pada majikannya yang baru saja kembali setelah belasan tahun pergi.“Sayang! Kau mengejutkanku,” kata Petrus pada istrinya – Alesha.“Kenapa kau harus terkejut? Memangnya, apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alesha dengan kening berkerut.“Aku sedang menjaga tuan muda dan istrinya, Sayang.”“Apa yang terjadi pada mereka? Di mana mereka sekarang?” tanya Alesha yang justru menjadi cemas.“Mereka ada di dalam mobil. Sepertinya, suasana sedang tidak bersahabat jika kita berada di sekitar mereka,” jawab Petrus yang sudah melihat dengan jelas semua hal yang terjadi di dalam aula tadi.“Aku mengerti, Sayang. Tentu saja kita tidak boleh mengganggu sepasang pengantin baru itu,” kata Ales
Rayhan tidak menyangka jika ternyata reaksi Vero akan seperti itu. Tadinya, dia sudah merasa bahagia karena akhirnya bisa kembali dan berkumpul lagi bersama Vero dan juga William. Namun, karena percakapannya bersama William barusan, ternyata Vero langsung marah.“Dad, tidak apa-apa. Aku sangat mengenal mami dan aku tahu dia hanya sedang syok saja. Sebaiknya, kita biarkan mami sendiri dulu,” jelas William kepada Rayhan dengan santai.“Tidak, Nak. Aku yang lebih mengenal mami-mu itu terlebih dahulu sebelum kau. Aku akan pulang bersamanya.” Rayhan membantah saran dari William.“Daddy benar juga. Tentu saja Daddy yang lebih mengenal mami dari pada aku, karena aku baru ada setelah kalian bersama.” William tersenyum menggoda pada ayahnya itu.Rayhan yang masih saja tampan seperti dulu, menyaingi ketampanan putra semata wayangnya dan jelas mencuri perhatian semua orang yang ada di sana. Apalagi, ketika tadi nama Vero dan Rayhan dipanggil untuk menemani William ke atas panggung, semua orang m
“Bolehkah aku bertanya padamu, Sayang?” tanya Rayhan dengan nada serius.“Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan padaku? Aku akan menjawabnya dengan senang hati,” jawab Vero dengan senyuman yang cerah.Rayhan menggenggam tangan Vero dengan lembut tapi sangat erat. Mereka berdua sedang duduk di kursi undangan dan menyaksikan acara kelulusan putra semata wayang mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada hari ini bagi Veronica Sweet.Hari ini putranya di wisuda dan itu pertanda bahwa putranya itu benar-benar sudah dewasa. Selain itu, di hari yang istimewa ini pula Rayhan kembali pulang setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar dan membuat Vero terus menunggu dalam ketidak berdayaan bersama dengan harapan-harapan yang tinggi.“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau terus menatapku seperti itu sejak tadi.” Rayhan berkata dengan suara setengah berbisik dan membuat Vero tersipu malu pada awalnya.“Kau ingin tahu kenapa?” tanya Vero pula dan Rayhan mengangguk pelan.Sebuah tarikan napas
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget