Rayhan bukannya marah, tapi dia justru tertawa renyah mendengar pertanyaan dan juga kalimat polos dari Laura itu. Dia bukan pria yang gila hormat dan jabatan pada intinya, dan Rayhan sama seperti kebanyakan anak muda pada umumnya. Yang dia butuhkan hanyalah kesenangan dan kebebasan, hidup tanpa aturan dan kekangan.“Aku bukan pria seperti itu asal kau tahu saja, Laura!” ucap Rayhan yang kemudian terdengar tegas dan wajahnya serius.“Dia benar, Lau. Kau tidak perlu khawatir karena Rayhan sepertinya sama seperti kita. Dia sangat cepat akrab dan dia tidak tegang seperti kakaknya,” ungkap Vero pula yang memilih untuk membela Rayhan saat ini.“Wah, benarkah begitu? Aku akan sangat bersyukur jika memang ada boss yang seperti dia,” kata Laura dengan rona wajah yang bisa dikatakan cukup bahagia.“Ya. Kalian bisa menjadi sahabatku jika kalian mau, dan aku tidak akan membuat hubungan di antara kita terbatas pada atasan dan bawahan saja,” ungkap Rayhan sekali lagi membuka dirinya kepada Vero dan
Suasana hati Vero semakin memburuk saat dia mendengar rekaman suara Ramon dan Miana yang berbicara tentang dirinya itu. Mana mungkin Ramon hanya sekedar menyenangkan hati Miana saja dengan mengatakan semua itu. Vero sadar diri siapalah dia dan memang dia berasal dari keluarga yang tidak punya apa-apa.“Sudahlah. Sebaiknya kau kerjakan semua yang tadi tuan muda itu katakan. Jangan sampai kau membuatnya marah, karena sepertinya beberapa hari ini suasana hatinya sedikit buruk,” ungkap Laura yang memang melihat Ramon tidak seperti biasanya.“Terima kasih, Laura. Aku akan segera menyiapkan semuanya sekarang juga. Kau kembalilah bekerja,” ucap Vero dengan tulus dan melempar senyum pada sahabatnya itu.“Baiklah. Jangan memikirkan yang mereka katakan, karena kita akan menjadi wanita yang tepat untuk pria yang tepat.”“Tentu saja, Sayang. Aku tidak akan memikirkan hal itu karena juga tidak ada untungnya bagiku.”“Bagus, Babe. Kau memang wanita yang tangguh dan pemberani.”Vero hanya tersenyum
“Sudahlah. Itu tidak penting,” ucap Vero dengan suara bergetar hebat.“Aku ... sungguh aku tidak bermaksud seperti itu,” sesal Ramon yang terlihat sangat lemah saat ini di depan Vero.“Ada apa dengan Anda, Tuan Muda? Apakah Anda sudah lupa? Aku sudah tidur dengan pria lain dan itu seharusnya membuat Anda merasa jijik menyentuhku,” ungkap Vero dengan hati yang sangat terluka.“Tidak, Sayang. Aku tidak pernah jijik kepadamu. Aku sendiri tidak tahu kenapa dan apa yang terjadi padaku. Sepertinya ... apa aku harus mengatakan kalau aku jatuh cinta padamu?” tanya Ramon dengan penuh keraguan.“Maaf, apa aku tidak salah dengar? Jatuh cinta padaku? Tentu saja itu tidak mungkin, Tuan.”“Kenapa kau begitu yakin kalau itu tidak mungkin?”“Anda mencintai nona Miana dan dia setara dengan dirimu. Aku hanya wanita biasa yang berasal dari kalangan bawah dan tidak pantas dicintai oleh pria sehebat dirimu.”“Apa yang baru saja kau katakan, Vero!” bentak Ramon tidak suka mendengar ucapan Vero tadi.Sunggu
Vero segera mengenakan seragam baru yang diantarkan seorang wanita muda ke dalam ruangan Ramon. Sementara Vero menunggu di dalam kamar rahasia Ramon saat wanita tadi itu datang. Seragam itu sama persis dengan milik Vero yang robek, dan untung saja hanya kemejenya saja yang sudah menjadi sampah.“Aku permisi dulu, Tuan Muda.” Vero berkata dan membungkukkan badannya di depan Ramon.“Apa kau benar-benar tidak berniat mempertimbangkan persayaratan dariku tadi?” tanya Ramon masih mencoba untuk membujuk Vero.“Maafkan aku, Tuan Muda. Aku benar-benar tidak bisa menerima semua yang kau ajukan tadi,” jawab Vero dengan kesungguhan yang jelas terdengar oleh Ramon.“Aku masih menunggu, andai nanti kau berubah pikiran.”“Tunggulah sampai kau lelah dan bosan, hingga akhirnya melupakan semua itu.”“Aku yakin kau akan datang padaku suatu saat nanti.”“Sepertinya, rasa percaya diri Anda terlalu tinggi, Tuan Muda Ramon yang terhormat.”“Jangan melewati batasanmu saat bicara denganku, Vero! Kau ingin be
Ramon kembali tersadar dari lamunannya saat ponselnya berdering. Dia merasa enggan, tapi itu adalah dari ayahnya. Pria itu pasti akan bertanya tentang perkembangan hubungannya dengan Miana dan itu membuat Ramon merasa sedikit muak. Dia seperti malas membahas segala sesuatu tentang Miana saat ini.Yang ada dalam pikiran pria itu hanyalah Vero dan Vero, selalu saja Vero! Ramon bahkan tidak bisa berpikir tentang hal lain saat ini. Dia tidak bisa membagi fokusnya untuk hal lain karena jelas-jelas Vero sudah menolaknya.“Ada apa, Dad?” tanya Ramon dengan nada datar.“Pernikahanmu dengan Miana adalah besok. Kau sudah bersiap? Ini sudah mundur beberapa seperti yang kau minta. Segala sesuatunya sudah selesai dan jangan membuat drama lagi!” jawab Steve dengan nada tegas dan sedikit pengancaman.“Apakah benar-benar tidak bisa dibatalkan?” tanya Ramon dengan berani.“Ramon! Jangan membuatku murka! Kau sudah keterlaluan dan kau akan membuatku malu? Kau ingin semua usaha ini sia-sia dan kau ingin
“Mami, apakah semuanya sudah benar-benar siap?” tanya Miana pada Leny dengan khawatir.“Tentu saja, Sayang. Mami sudah mengurus semuanya dan Mami bisa pastikan bahwa semua akan berjalan sesuai dengan rencana,” jawab wanita paruh baya itu dengan senyum mengambang.“Baguslah kalau begitu. Aku tidak mau pernikahanku gagal karena wanita itu!”“Kau tenang saja, Sayang. Mami sudah mengutus orang untuk membuatnya tidak bisa datang ke pernikahanmu nanti.”“Terima kasih, Moms. Mami memang yang terbaik dan paling mengerti aku,” ungkap Miana memberikan sedikit pujian kepada wanita yang kini dipeluknya dengan erat itu.Miana dan Leny baru saja merencanakan sesuatu untuk Vero dan hal itu hanya karena Miana takut jika sekretaris tunangannya itu bisa membuat Ramon membatalkan pernikahan. Miana tidak pernah berpikir bahwa yang dia dan Leny lakukan akan membuat nyawa Vero dalam bahaya.Yang mereka kira hanyalah sekedar peringatan biasa, tapi ternyata hal itu juga semakin membuat Ramon membenci Miana.
Di dalam ruangan kerjanya, Vero tidak langsung memulai apa yang seharusnya dia lakukan. Vero teringat pada ucapan Ramon saat di ruangan rapat tadi. Begitu mudah dan entengnya Ramon mengatakan semua itu kepada para rekan bisnisnya. Padahal, belum lama sebelum itu baru saja Ramon mengatakan cinta padanya. Memohon untuk menerima cinta dan bersedia menikah dengannya.Ramon menjanjikan segala hal yang terindah, tapi jelas dia tidak bisa memberikan yang semua wanita inginkan. Yaitu sebuah pengakuan. “Bagaimana aku bisa berbohong dengan mudahnya, padahal aku lebih dulu mencintaimu, Ramon?” tanya Vero dengan suara yang sendu dari tempat duduknya.“Aku tidak bisa dan tidak pernah ingin hanya sekedar menjadi bayang-bayang dalam hidupmu. Kau menjadikan aku istri, tapi kau mengakui wanita lain pada dunia sebagai istrimu. Lalu, apa artinya aku bagimu? Mungkin aku wanita miskin yang serakah, jika aku berkata menginginkanmu seutuhnya. Aku tidak ingin berbagi dengan wanita lain dalam hal apapun. Jadi
“Pergi ke mana maksudmu? Dengan siapa? Kau tahu apa yang terjadi di sini tadi, Lau ?” tanya Rayhan beruntun kepada Laura dengan mengguncang bahunya.“Vero hanya mengalami kram di perutnya atau mungkin asam lambungnya naik, jadi dia sedang dibawa ke rumah sakit terdekat, Tuan Muda.” Laura menjawab dengan yang dia ketahui.“Ke rumah sakit terdekat? Baiklah, terima kasih. Aku akan segera mengeceknya.”Rayhan pun berjalan dengan gegas menuju luar ruangan Vero. Namun, beberapa langkah saja dia baru berjalan, tubuhnya kembali berbalik. Laura yang masih berdiri di tempatnya langsung merasa tegang. Adik bosnya ini seperti sangat cemas dan khawatir pada keadaan Vero dan dia bisa menduga kalau ada perasaan yang khusus di hati Rayhan pada Vero.“Apa kau tahu siapa yang membawanya ke rumah sakit, Lau?” tanya Rayhan menyelidik dan sebelah matanya menyipit.“Aku tidak kenal dia, Tuan. Tapi, sepertinya dia memang orang yang bekerja pada tuan muda Ramon. Seragamnya sama dengan pengawal yang biasa ber
Saat Alesha dan Petrus masuk ke ruang tengah rumah mewah itu, mereka melihat pemandangan yang sudah lama tidak terlihat di sana. Rayhan dan Vero bermesraan sambil menuruni anak tangga. Bersenda gurau layaknya pengantin baru yang masih hangat dalam memadu cinta.“sayang, apa kau lihat itu?” tanya Alesha pada Petrus dengan suara berbisik ke Alesha.“Tentu saja, Sayang. Penglihatanku masih sangat bagus untuk wanita seusia diriku.” Alesha menjawab dengan suara yang tak kalah halusnya lagi.“Kalau begitu, apa menurutmu kita akan tetap ke sana?”“Menurutku itu bukanlah pertanyaan yang harus dijawab, Sayang.”“Kalau begitu, mari kita kembali lagi ke rumah.”“Baiklah, Sayang.”Pasangan yang harmonis dan tampak awet muda itu pun berniat untuk berbalik kembali ke rumah mereka. Sejatinya, mereka tidak ingin mengganggu pasangan yang sedang di mabuk cinta untuk kedua kalinya itu. Meski usia mereka sudah tidak lagi muda, tapi semangat cinta jelas tampak masih sangat membara.Tanpa keduanya sangka,
Rayhan dan Vero menghabiskan waktu sekitar satu jam di dalam kamar untuk melepaskan kerinduan belasan tahun yang mereka tahan dan pendam. Tentu saja tidak satu pun dari orang yang ada di rumah itu berani mengganggu keduanya. Mereka tentu mengerti apa yang terjadi di dalam kamar pengantin baru itu.Di pavilliun tempat Alesha dan Petrus selama ini tinggal dan mengawasi William juga Vero selama Rayhan tidak ada bersama mereka.“Sayang, apa yang terjadi sebenarnya? Ke mana selama ini Rayhan pergi? Apa kau sungguh-sungguh tidak tahu ke mana dia pergi dan menghilang?” tanya Alesha dengan tatapan serius pada suaminya.“Aku benar-benar tidak tahu, Sayang. Apa kau tidak percaya padaku?”Rayhan justru balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Alesha. Dia tidak menyangka jika itu adalah pertanyaan yang akan pertama dipertanyakan oleh Alesha saat mereka sampai di rumah.Meskipun begitu, tetap saja Petrus tidak bisa menyalahkan istrinya. Dia justru merasa bangga kepada Alesha. Setelah sekian lama
“Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?”Pria yang sedang mengamati Rayhan dan Vero dari kejauhan itu pun terkejut mendengar suara wanita di dekatnya. Satu tangan juga terasa menyentuh pundaknya dengan sangat lembut. Pria itu tak lain adalah orang kepercayaan Rayhan yang tidak ingin lagi terjadi apa-apa pada majikannya yang baru saja kembali setelah belasan tahun pergi.“Sayang! Kau mengejutkanku,” kata Petrus pada istrinya – Alesha.“Kenapa kau harus terkejut? Memangnya, apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alesha dengan kening berkerut.“Aku sedang menjaga tuan muda dan istrinya, Sayang.”“Apa yang terjadi pada mereka? Di mana mereka sekarang?” tanya Alesha yang justru menjadi cemas.“Mereka ada di dalam mobil. Sepertinya, suasana sedang tidak bersahabat jika kita berada di sekitar mereka,” jawab Petrus yang sudah melihat dengan jelas semua hal yang terjadi di dalam aula tadi.“Aku mengerti, Sayang. Tentu saja kita tidak boleh mengganggu sepasang pengantin baru itu,” kata Ales
Rayhan tidak menyangka jika ternyata reaksi Vero akan seperti itu. Tadinya, dia sudah merasa bahagia karena akhirnya bisa kembali dan berkumpul lagi bersama Vero dan juga William. Namun, karena percakapannya bersama William barusan, ternyata Vero langsung marah.“Dad, tidak apa-apa. Aku sangat mengenal mami dan aku tahu dia hanya sedang syok saja. Sebaiknya, kita biarkan mami sendiri dulu,” jelas William kepada Rayhan dengan santai.“Tidak, Nak. Aku yang lebih mengenal mami-mu itu terlebih dahulu sebelum kau. Aku akan pulang bersamanya.” Rayhan membantah saran dari William.“Daddy benar juga. Tentu saja Daddy yang lebih mengenal mami dari pada aku, karena aku baru ada setelah kalian bersama.” William tersenyum menggoda pada ayahnya itu.Rayhan yang masih saja tampan seperti dulu, menyaingi ketampanan putra semata wayangnya dan jelas mencuri perhatian semua orang yang ada di sana. Apalagi, ketika tadi nama Vero dan Rayhan dipanggil untuk menemani William ke atas panggung, semua orang m
“Bolehkah aku bertanya padamu, Sayang?” tanya Rayhan dengan nada serius.“Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan padaku? Aku akan menjawabnya dengan senang hati,” jawab Vero dengan senyuman yang cerah.Rayhan menggenggam tangan Vero dengan lembut tapi sangat erat. Mereka berdua sedang duduk di kursi undangan dan menyaksikan acara kelulusan putra semata wayang mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada hari ini bagi Veronica Sweet.Hari ini putranya di wisuda dan itu pertanda bahwa putranya itu benar-benar sudah dewasa. Selain itu, di hari yang istimewa ini pula Rayhan kembali pulang setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar dan membuat Vero terus menunggu dalam ketidak berdayaan bersama dengan harapan-harapan yang tinggi.“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau terus menatapku seperti itu sejak tadi.” Rayhan berkata dengan suara setengah berbisik dan membuat Vero tersipu malu pada awalnya.“Kau ingin tahu kenapa?” tanya Vero pula dan Rayhan mengangguk pelan.Sebuah tarikan napas
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget