Ramon tidak lagi bersemangat untuk menyentuh Vero karena terlanjur kesal mendengar ucapan wanita itu. Tadinya, Ramon membawa Vero ke gudang dokumen ini karena sudah tidak tahan lagi menanggung rindu. Semalaman mereka tidak bertemu dan Vero bahkan pergi minum-minum entah dengan siapa yang Ramon tidak ketahui.“Kau menghabiskan uang untuk minum-minum semalam bukan?” tanya Ramon kasar dengan mencengkram rahang Vero.“Apa itu tidak boleh? Aku lupa membawa kartu kreditku, dan aku akan mengganti uang yang terpakai di kartu kreditmu tadi malam,” jawab Vero dengan susah payah dan menahan sakit.“Ganti? Kau pikir aku meminta ganti untuk uang yang bahkan tidak seberapa bagiku itu?” tanya Ramon lagi dengan nada setengah berteriak.“Lalu apa, Tuan? Kau memberikannya padaku dan selama ini aku tidak pernah menggunakannya. Semalam aku menggunakannya dan sekarang kau membahasnya. Sebaiknya, kau tidak pernah memberikan itu padaku!” ungkap Vero lagi dengan nada bergetar dan mata berkaca-kaca.“Aku memb
Vero tidak bisa berkata apa-apa dan memilih untuk mengalihkan pandangannya dari Ramon yang masih berdiri di depan pintu ruangannya. Ramon yang kesal juga langsung meninggalkan tempat itu karena Miana sudah lebih dulu pergi. Dia tidak ingin membuat gadis itu marah lagi dan mengacaukan semua pekerjaannya dengan mengadu.“Vero, apa yang kau liat di luar sana? Apakah ada sesuatu di sana?” tanya Laura dan memutar kepalanya.Laura memandang ke arah di mana Ramon dan Miana sempat berdiri tadi. Namun, tidak ada siapapun atau apapun di sana. Sehingga Laura langsung menatap Vero dengan heran. “Tidak ada apa-apa di sana, tapi kau terus menatap ke sana sejak tadi,” lanjut Laura dengan heran.“Aku hanya sedang berpikir, Laura. Kenapa aku harus mendapatkan kesialan seperti ini dalam hidupku,” ucap Vero pula dengan nada sedih.“Maafkan aku, Vero. Aku sudah menjebakmu untuk ikut bergabung bersamaku dan kau ditiduri oleh pria bayaran. Tapi, kau tahu bukan kalau dia wanita yang kejam dan aku tidak bera
“Kalian sedang membahas apa?” tanya Ramon yang benar-benar masuk ke dalam ruangan Rayhan.“Biasa, Kak. Aku kan lagi belajar jadi CEO yang baik dari Markus,” jawab Rayhan dengan entengnya.“Memangnya Markus ini CEO?” tanya Ramon lagi dan mendadak membuat Rayhan tak bisa berkata-kata. Begitu pula dengan Markus yang langsung mati kutu.“Kamu! Ke ruangan aku sekarang juga!” titah Ramon kepada Rayhan dengan tegas seraya mengarahkan telunjuknya pada Rayhan.“Siap, Tuan Muda!” sahut Rayhan dengan sedikit formal tapi juga bercanda.Markus tidak berani menjawab atau berbicara lagi pada Ramon. Sampai pria itu keluar lagi dari ruangan Rayhan, barulah Markus bisa bernapas lega dan mengelus dadanya. Melihat tingkah Markus itu, tentu saja Rayhan langsung tertawa geli karena memang Markus terlihat sangat lucu sekali dengan gayanya itu.“Heh, Markus! Apa kau CEO?” tanya Rayhan sengaja menggoda Markus dengan mengulangi ucapan Ramon tadi.“Sialan! Kau mengejekku? Liat saja nanti kalau kau butuh bantuan
Hari ini begitu banyak hal dan kejadian yang membuat Vero lemas serta tidak bisa berkonsentrasi dengan baik. Mulai dari bangunnya dia di sebuah kamar hotel dan mendapati bahwa dia pasti sudah bercinta dengan seorang pria dalam keadaan mabuk. Lalu, Ramon yang mungkin mendengar pembahasannya itu dengan Laura. Belum lagi, Rayhan yang bersikap aneh dan membuat Vero menduga kalau dia adalah pria yang menidurinya semalam.“Vero! Kau ingin pulang bersamaku?” tanya Laura menghampiri Vero dan suaranya sedikit berteriak.“Hmm ... sepertinya tidak. Aku harus pergi ke suatu tempat,” jawab Vero menolak dengan sangat halus. Sejujurnya, Vero masih belum tahu kenapa dia berbohong seperti itu kepada Laura.“Kau ingin pergi ke mana? Apa kau tidak ingin mengajakku bersamamu?” tanya Laura lagi.“Maaf, Lau. Tapi, aku ada keperluan mendadak dan ini sangat pribadi. Kau bisa ikut lain kali saat aku memang pergi bermain atau kita bisa minum lagi kapan-kapan.”“Benarkah? Kau tidak trauma dengan kejadian semala
Ramon menghentakkan tangannya dengan keras dan kasar karena merasa geram mendengar ucapan Vero. Dia tak mengira jika Vero sangat berani mengatakan hal itu kepadanya, dan terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.“Apakah kau merasa tidak perlu menjaga perasaanku, Vero?” tanya Ramon dan menaikkan sebelah alisnya.“Untuk apa, Ramon? Kita tidak terikat apapun dan tidak ada kontrak di antara kita. Kita bahkan sudah setuju untuk tidak pernah melibatkan perasaan dalam hubungan ini,” jawab Vero dengan santai dan mengulas senyum pada Ramon. Jari jemarinya menjalar dari kening Ramon hingga sampai ke bagian bibir, menyentuh bibir Ramon dengan gerakan yang mampu memancing gairah.Ramon dengan cepat menahan jari itu dengan menggigitnya pelan. Vero sempat meringis tertahan, tapi cepat dia ubah dengan senyuman lagi. Hingga Ramon akhirnya mengulum jari itu keluar masuk dari dalam mulutnya. Vero mengikuti permainan yang dilakukan oleh lelaki perkasa milik wanita lain itu.“Kau sudah tidur dengan pri
Vero menangis sejadi-jadinya saat mobil sudah kembali berjalan. Dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya saat ini, karena sudah sejak tadi menahan sebak di dadanya. Vero sudah terlalu berani dan tegar berbicara seperti tadi pada Ramon, hingga saat ini dia harus melepaskan tangisnya sendirian. Wanita itu bahkan tidak lagi peduli pada sopir taksi yang pasti mendengar tangisnya saat ini.“Ini tisu untukmu, Nona. Hapuslah air matamu karena kau terlihat berantakan saat menangis,” ucap sopir yang tak terlihat wajahnya itu.Selain dia mengenakan masker, pria itu juga memakai topi hitam yang menutupi sebagian wajah bagian atasnya. Hingga sama sekali tidak bisa dipandang oleh Vero meski dari kaca depan mobil. Namun, aroma parfumnya seperti pernah dihidu oleh indera penciuman Vero meski dia tetap saja tidak ingat kapan dan di mana dia menciumnya.“Terima kasih,” balas Vero singkat dan mengambil tisu itu dengan sedikit kasar.“Kau kasar sekali, Nona. Ada apa? Apa yang membuatmu menangis?” tany
Sepasang manusia itu kini berdiri di tepi jembatan dan menatap laut yang gelap. Hanya berkat cahaya bulan sabit yang juga tidak terlalu terang itu saja, mereka dapat melihat keindahan laut yang sedang berombak. Vero tidak lagi merasa terancam dengan kehadiran Rayhan karena sejak tadi pria itu tidak pernah benar-benar menyakitinya.“Apa yang kau pikirkan saat kau menjadi simpanannya? Atau ... ada kata yang lebih lembut dari pada itu yang bisa aku ucapkan? Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan posisi dan statusmu saat ini!” ungkap Rayhan yang masih menatap laut dengan kedua bola matanya yang terang.Vero memang tidak bisa menyangkal ucapan Rayhan itu, karena dia sendiri sadar bahwa sekarang posisinya hanyalah sebagai wanita simpanan saja. Namun, bukankah semua baru saja berakhir?“Kau tidak akan menggangguku bukan? Atau mungkin, kau berniat untuk mengancamku setelah tahu semua kebenaran ini?” tanya Vero dan menatap pada Rayhan dengan sangat intens.“Aku mengancamu? Untuk apa aku melaku
Keduanya menjadi dekat dan akrab begitu saja tanpa adanya paksaan dan juga kepalsuan. Namun, Vero tetap tidak bisa terlalu akrab dengan pria muda yang kini berbaring di sampingnya itu. Mereka berdua berbaring di atas kap mobil sport mewah milik Rayhan.“Kau tidak melanjutkan study-mu?” tanya Vero penasaran sembari terus memandang langit yang penuh dengan bintang.“Aku sudah selesai dengan study-ku dan kau pasti tidak percaya dengan gelar yang aku punya,” jawab Rayhan santai dan terdengar natural.“Apa?”“Sepertinya tidak perlu aku sebutkan.”“Jika kau tidak menyebutkannya, bagaimana aku bisa tahu akan percaya atau tidak?”“Anggap saja seperti itu. Aku sedang tidak ingin membahas tentang study atau gelarku saat ini. Semuanya hanya formalitas saja bagiku,” ungkap Rayhan dan hal itu membuat Vero tertawa ringan.Suara tawa Vero tentu saja mengundang pertanyaan dalam hati Rayhan. Wanita itu tertawa tepat saat dia mengatakan jika study dan gelar hanyalah formalitas baginya. Vero pasti mener
Saat Alesha dan Petrus masuk ke ruang tengah rumah mewah itu, mereka melihat pemandangan yang sudah lama tidak terlihat di sana. Rayhan dan Vero bermesraan sambil menuruni anak tangga. Bersenda gurau layaknya pengantin baru yang masih hangat dalam memadu cinta.“sayang, apa kau lihat itu?” tanya Alesha pada Petrus dengan suara berbisik ke Alesha.“Tentu saja, Sayang. Penglihatanku masih sangat bagus untuk wanita seusia diriku.” Alesha menjawab dengan suara yang tak kalah halusnya lagi.“Kalau begitu, apa menurutmu kita akan tetap ke sana?”“Menurutku itu bukanlah pertanyaan yang harus dijawab, Sayang.”“Kalau begitu, mari kita kembali lagi ke rumah.”“Baiklah, Sayang.”Pasangan yang harmonis dan tampak awet muda itu pun berniat untuk berbalik kembali ke rumah mereka. Sejatinya, mereka tidak ingin mengganggu pasangan yang sedang di mabuk cinta untuk kedua kalinya itu. Meski usia mereka sudah tidak lagi muda, tapi semangat cinta jelas tampak masih sangat membara.Tanpa keduanya sangka,
Rayhan dan Vero menghabiskan waktu sekitar satu jam di dalam kamar untuk melepaskan kerinduan belasan tahun yang mereka tahan dan pendam. Tentu saja tidak satu pun dari orang yang ada di rumah itu berani mengganggu keduanya. Mereka tentu mengerti apa yang terjadi di dalam kamar pengantin baru itu.Di pavilliun tempat Alesha dan Petrus selama ini tinggal dan mengawasi William juga Vero selama Rayhan tidak ada bersama mereka.“Sayang, apa yang terjadi sebenarnya? Ke mana selama ini Rayhan pergi? Apa kau sungguh-sungguh tidak tahu ke mana dia pergi dan menghilang?” tanya Alesha dengan tatapan serius pada suaminya.“Aku benar-benar tidak tahu, Sayang. Apa kau tidak percaya padaku?”Rayhan justru balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Alesha. Dia tidak menyangka jika itu adalah pertanyaan yang akan pertama dipertanyakan oleh Alesha saat mereka sampai di rumah.Meskipun begitu, tetap saja Petrus tidak bisa menyalahkan istrinya. Dia justru merasa bangga kepada Alesha. Setelah sekian lama
“Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?”Pria yang sedang mengamati Rayhan dan Vero dari kejauhan itu pun terkejut mendengar suara wanita di dekatnya. Satu tangan juga terasa menyentuh pundaknya dengan sangat lembut. Pria itu tak lain adalah orang kepercayaan Rayhan yang tidak ingin lagi terjadi apa-apa pada majikannya yang baru saja kembali setelah belasan tahun pergi.“Sayang! Kau mengejutkanku,” kata Petrus pada istrinya – Alesha.“Kenapa kau harus terkejut? Memangnya, apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alesha dengan kening berkerut.“Aku sedang menjaga tuan muda dan istrinya, Sayang.”“Apa yang terjadi pada mereka? Di mana mereka sekarang?” tanya Alesha yang justru menjadi cemas.“Mereka ada di dalam mobil. Sepertinya, suasana sedang tidak bersahabat jika kita berada di sekitar mereka,” jawab Petrus yang sudah melihat dengan jelas semua hal yang terjadi di dalam aula tadi.“Aku mengerti, Sayang. Tentu saja kita tidak boleh mengganggu sepasang pengantin baru itu,” kata Ales
Rayhan tidak menyangka jika ternyata reaksi Vero akan seperti itu. Tadinya, dia sudah merasa bahagia karena akhirnya bisa kembali dan berkumpul lagi bersama Vero dan juga William. Namun, karena percakapannya bersama William barusan, ternyata Vero langsung marah.“Dad, tidak apa-apa. Aku sangat mengenal mami dan aku tahu dia hanya sedang syok saja. Sebaiknya, kita biarkan mami sendiri dulu,” jelas William kepada Rayhan dengan santai.“Tidak, Nak. Aku yang lebih mengenal mami-mu itu terlebih dahulu sebelum kau. Aku akan pulang bersamanya.” Rayhan membantah saran dari William.“Daddy benar juga. Tentu saja Daddy yang lebih mengenal mami dari pada aku, karena aku baru ada setelah kalian bersama.” William tersenyum menggoda pada ayahnya itu.Rayhan yang masih saja tampan seperti dulu, menyaingi ketampanan putra semata wayangnya dan jelas mencuri perhatian semua orang yang ada di sana. Apalagi, ketika tadi nama Vero dan Rayhan dipanggil untuk menemani William ke atas panggung, semua orang m
“Bolehkah aku bertanya padamu, Sayang?” tanya Rayhan dengan nada serius.“Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan padaku? Aku akan menjawabnya dengan senang hati,” jawab Vero dengan senyuman yang cerah.Rayhan menggenggam tangan Vero dengan lembut tapi sangat erat. Mereka berdua sedang duduk di kursi undangan dan menyaksikan acara kelulusan putra semata wayang mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada hari ini bagi Veronica Sweet.Hari ini putranya di wisuda dan itu pertanda bahwa putranya itu benar-benar sudah dewasa. Selain itu, di hari yang istimewa ini pula Rayhan kembali pulang setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar dan membuat Vero terus menunggu dalam ketidak berdayaan bersama dengan harapan-harapan yang tinggi.“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau terus menatapku seperti itu sejak tadi.” Rayhan berkata dengan suara setengah berbisik dan membuat Vero tersipu malu pada awalnya.“Kau ingin tahu kenapa?” tanya Vero pula dan Rayhan mengangguk pelan.Sebuah tarikan napas
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget