Setelah seharian tidur, Starlee terjaga karena suara berisik yang mengusik ketenangannya. Ia membuka mata, meregangkan otot-ototnya. Ia tidak pernah bisa tidur siang selama ini sebelumnya, karena ia memiliki jadwal yang padat. Terkadang ia hanya memiliki waktu 3 jam untuk tidur di malam hari. Ia harus bepergian ke berbagai tempat pemotretan, tapi meski begitu Starlee tidak mengeluh. Ia menyukai pekerjaannya. Ia harus mendedikasikan seluruh hidupnya jika ia hing bertahan lama di industri permodelan.
"Ah, lihatlah pemalas ini. Dia baru bangun tidur di jam seperti ini. Aku pikir kau mati tadi." Stancy mengoceh dengan wajah penuh kebencian.
Starlee mengubah posisi tidurnya jadi duduk. "Ada apa? Kau bermasalah dengan itu, Ibu?"
Stancy yang sudah emosi kini semakin merasa emosi. Bisa-bisanya Starlee bertanya seperti itu. Tentu saja itu masalah baginya. Tidak ada yang menyiapkan makan malam untuk mereka. Terlebih piring-piring kotor bertumpuk, serta cucian yang belum digosok. Mereka bisa saja membayar pekerja, tapi mereka sengaja ingin membuat Starlee yang mengerjakan segalanya.
"Dasar pemalas! Makan malam belum ada, dan piring kotor bertumpuk! Kau masih bertanya apakah aku bermasalah dengan itu? Di mana otakmu, hah! Cepat ke dapur dan bereskan segalanya."
Starlee memainkan jemarinya yang montok. Ia melihat ke kuku-kukunya yang tidak cantik sama sekali. Starlee saja merasa ngeri dengan tubuhnya saat ini. Ah, ia harus melakukan banyak hal untuk mengurangi berat badannya. Jika ia berusaha dengan keras, ia pasti bisa mencapai berat badan yang seimbang. Tinggi tubuh pemilik tubuh sebelumnya kira-kira 170 cm, itu cukup baginya jika ia ingin kembali ke dunia modeling.
Perutnya tiba-tiba berbunyi. Baru saja ia berpikir untuk menguruskan badan, dan sekarang perutnya sudah keroncongan. Yang benar saja. Jika ia terus mengikuti keinginan perutnya, maka ia kan menjadi babi yang paling montok. Tidak, Starlee tidak ingin jadi seperti itu. Ia tidak akan bisa mengenakan gaun seksi dengan beratnya saat ini, apalagi jika bertambah.
Akan tetapi, saat ini ia benar-benar lapar. Ia harus makan jika tidak ia akan mati. Lapar ini sangat menyiksa. Tidak apa-apa, kali ini saja. Ia akan makan sedikit saja, lalu akan diet selanjutnya.
"Lalu kenapa Ibu masih di sini? Cepat siapkan makan malam, aku lapar. Dan ya, aku ingin daging panggang yang pedas. Sediakan juga jus orange yang tidak terlalu manis. Dan ya, aku ingin makanan penutup puding."
Rahang Stancy jatuh. Matanya membulat tidak percaya. Apakah baru saja menantu sampahnya tengah memerintahnya?
"Apa kau kerasukan setan?!" desis Stancy.
"Ibu, aku baru saja sembuh dari sakit. Aku tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Bukankah Ibu adalah mertua yang perhatian? Jadi, siapkan saja apa yang aku mau. Cepatlah, aku lapar." Ucapan Starlee tidak terdengar seperti meminta tolong, dan ia memang tidak sedang meminta tolong. Selama ini pemilik tubuh sebelumnya melakukan segalanya meski dalam keadaan sakit, tapi saat ini berbeda, ia adalah Starlee Alyssandra bukan Florence Starlee. Tak akan ia biarkan ada orang yang memanfaatkannya.
Stancy menggeram. "Berani-beraninya kau memberi perintah padaku! Menantu tidak berguna, cepat turun dari ranjang, atau kau akan menyesal.
Starlee terkekeh kecil. Mertua pemilik tubuh sebelumnya bukan hanya jahat tapi juga tidak punya otak. Apakah wanita tua itu tidak mengerti bahasa manusia, kenapa dia masih di sini dan bukannya memasak.
"Apa yang ingin Ibu lakukan padaku? Melaporkannya pada Asher? Atau Ibu tidak akan memberikan aku makan?" tanya Starlee dengan berani. Matanya terlihat begitu tenang, berbeda sekali dengan tatapan pemilik tubuh sebelumnya yang tampak selalu takut dengan sang mertua.
Stancy merasa terkena serangan jantung ringan. Apa yang salah dengan menantu sialannya? Kenapa sampah itu tidak takut lagi padanya dan berani menentangnya. Apakah hampir mati membuatnya kehilangan rasa takut?
"Ada apa ini, Bu?" Asher datang. Pria itu terlihat segar. Dahulu, setiap kali melihat Asher, pemilik tubuh sebelumnya pasti akan merasa deg-degan. Tatapan matanya tak akan lepas dari Asher, ia begitu memuja Asher. Sedang sekarang, dengan Starlee yang memegang kendali atas tubuh itu, tak ada lagi tatapan penuh memuja, yang ada hanya tatapan dingin.
"Pemalas ini memerintahkan ibu untuk masak! Dia sungguh keterlaluan!" adu Stancy pada Asher.
"Aku baru saja kembali dari rumah sakit, Ibu. Tubuhku masih lemah, bagaimana jika aku salah memasukan bumbu ke masakan. Mungkin saja aku akan memasukan racun, atau yang lainnya." Starlee menatap Stancy sejenak kemudian berpindah pada Asher. Ia bisa melihat raut wajah Asher menjadi kaku.
Starlee tertawa renyah. "Aku hanya bercanda. Jangan menanggapinya terlalu serius."
"Bu, Starlee belum sembuh, saat ini Ibu bisa memasak dahulu sampai dia sembuh." Asher bicara pada ibunya dengan nada lembut.
Stancy menatap Asher tidak terima. Bagaimana mungkin ia yang harus masak untuk Starlee. Ia tidak sudi!
"Pesan saja makanan. Ibu sedang tidak enak badan." Stancy kemudian membalik tubuhnya dan pergi.
Asher kini tinggal berdua saja dengan Starlee, suasana ruangan itu menjadi tidak enak. Starlee dengan rasa muak terhadap Asher, serta Asher yang terlalu jijik pada Starlee. Keduanya seperti dua orang asing yang tidak pernah saling kenal sebelumnya.
"Ada apa, Sayang? Kenapa kau melihatku seperti itu? Kau ingin meminta aku melayanimu? Maafkan aku, saat ini aku tidak bisa melakukannya." Starlee sengaja mengucapkan kalimat menjijikan itu agar Asher semakin membencinya. Semakin sedikit ia berinteraksi dengan Asher maka itu semakin bagus untuknya. Bukan karena takut jatuh cinta pada pria itu, tapi takut jika ia lepas kendali dan menghajar pria itu hingga babak belur.
Asher menahan rasa jijiknya. Meminta pelayanan dari seorang Starlee? Ia bahkan tidak bergairah dengan tubuh gemuk itu lagi. Entah sudah berapa lama ia tidak menyentuh Starlee. Dan Starlee pun tidak pernah meminta padanya. Entah setan apa yang merasuki Starlee saat ini hingga bisa bicara seperti itu. Dari pada ia meniduri Starlee, ia lebih baik menghabiskan waktunya sendirian dengan berkas-berkas kerjaannya.
"Angel akan memanggilmu setelah makanan siap." Asher hanya mengucapkan kalimat itu kemudian pergi lagi. Pria itu tidak pernah betah berdekatan dengan Starlee. Ia merasa sangat pengap sampai merasa tercekik. Melihat wajah Starlee juga membuatnya penat.
Asher tidak pernah menyadari bahwa dahulu Starlee tidak seperti saat ini. Dirinyalah yang sudah membuat Starlee tidak bisa merawat diri. Starlee sibuk bekerja, memperhatikan keluarganya, serta mencukupi semua kebutuhan mereka sampai melupakan diri sendiri. Dan setelah semua itu, Asher bahkan tidak berterima kasih. Ia malah menyebut Starlee seperti babi yang hanya tahu makan saja.
Starlee turun dari ranjang. Ia mencuci wajahnya, dan kemudian terkejut sendiri. Ia masih belum terbiasa melihat wajahnya sendiri yang jauh berbanding terbalik dengan wajah aslinya. Sebisa mungkin Starlee ingin menghindari kaca, karena setiap ia melihat kaca ia merasa sesak. Ia tidak tahu kenapa pemilik tubuh sebelumnya begitu betah dengan badan gemuk yang tidak terawat sama sekali.
Starlee saja merasa sangat gerah. Ia ingin membenahinya segera, tapi ia tahu itu tidak akan mudah. Lagi-lagi Starlee menghela napasnya, ia harus memulai dari nol.
"Tidak apa-apa, Star. Kau pasti bisa. Kau bintang, kau akan bersinar seperti biasanya." Starlee menguatkan dirinya sendiri.
Setelah mencuci wajahnya, sembari menunggu panggilan dari Angelica, Starlee memeriksa pakaian yang dimiliki oleh pemilik tubuh sebelumnya. Ia menghela napas kemudian menutupnya lagi. Pakaian jenis apa itu, meski ia tidak pintar dengan fashion, setidaknya sebagai istri CEO pemilik tubuh sebelumnya harus memiliki beberapa barang bermerk. Dan yang ia lihat tadi, tidak ada keluaran bermerk di sana. Benar-benar layak dipakai oleh seorang pelayan.
Frustasi, Starlee memutuskan untuk duduk di sofa. Ia melihat ada toples berisi cemilan, kemudian ia menyantapnya. Tanpa ia sadari toples itu kosong. "Astaga! Siapa yang menghabiskan cemilan di toples ini?" Starlee terkejut sendiri.
Ia benar-benar tidak bisa percaya bahwa yang menghabiskan cemilan itu adalah dirinya. Tidak mungkin. Sangat tidak mungkin.
Starlee menatap toples itu horor. Bagaimana ia bisa mengurangi berat badannya jika nafsu makannya saja sangat mengerikan.
"Kau ini perut atau tempat pembuangan. Kenapa besar sekali muatanmu?" gerutu Starlee.
Setelah beberapa menit kemudian, perut Starlee kembali keroncongan. Starlee merasa akan gila. Kenapa cepat sekali ia kembali lapar? Starlee meremas rambutnya frustasi. Ia tidak bisa mengabaikan perutnya. Pada kenyataannya ia begitu tersiksa karena lapar.
"Kenapa lama sekali? Apakah mereka membeli makanan di Afrika!" kesal Starlee.
TBC
Dengusan kasar muncul dari hidung Starlee, jadi orang-orang rumah ini ditambah dengan Olivia telah makan terlebih dahulu tanpa memanggilnya. Mereka benar-benar cocok untuk menjadi sebuah keluarga. Starlee tak akan menemukan keluarga yang lebih sempurna dari ini.Brengsek!Ia menahan lapar yang menyiksa, sedang di meja makan semua orang sedang menyantap makanan tanpa memikirkannya sedikitpun. Hah, enak saja. Ia tidak akan tinggal diam saja.Starlee melangkah menuju meja makan. "Starlee?" Olivia menatap Starlee penuh tanda tanya. "Kenapa kau ada di sini? Bukannya kau tidak ingin makan?" tanya Olivia.Tidak ingin makan? Kapan ia mengatakannya? Keiinginan makannya bahkan kini bertambah 10 kali lipat ketika melihat hidangan lezat di atas meja. Ia sudah tidak sabar untuk menyantap makanan-makanan itu."Aku berubah pikiran." Starlee mendekat ke meja makan, duduk di salah satu kursi yang kosong lalu mulai makan tanpa peduli pada tatapan orang sekitarnya yang tampak terganggu.Tadinya Angel d
Matahari telah meninggalkan tempatnya cukup lama, tapi Starlee masih berada di bawah selimut. Tidur dengan mulut menganga serta mata sedikit terbuka, ini adalah kebiasaan yang Starlee bawa hingga ke tubuh barunya. Jika ia merasa lelah maka ia akan tidur dengan gaya yang tidak elegan sama sekali untuk dirinya yang sekarang.Jika gaya tidur itu dipakai saat ia masih di tubuh lamanya maka itu akan menjadi hal yang biasa saja. Wanita cantik bebas melakukan apapun. Lagipula bagi Starlee tidur seperti itu sangat manusiawi. Ia hanya manusia biasa, bukan dewi yang akan cantik tiap detiknya.Di atas ranjang itu, Starlee memakan lebih dari setengahnya. Ia seperti tidak ingin mengajak orang lain tidur dengannya."Aku lapar." Starlee memiringkan tubuhnya, meringkuk sembari memegang perutnya yang mulai minta diisi lagi. Matanya masih terpejam seperti tadi. Ia lapar tapi terlalu malas untuk bangun.Namun, detik selanjutnya ia terpaksa harus bangun karena seember air disiramkan ke kepalanya. Starlee
"Apa lagi yang kau mau darimu, Anton!" Amber bersuara jengah. Ia sangat tidak menyukai lintah yang ada di depannya saat ini.Anton menyeringai. Pria penggila judi dan alkohol itu datang dengan maksud yang harusnya sudah Amber tahu. "Aku butuh 1 juta dollar.""Kau gila!" bentak Amber. "1 juta dollar bukan uang yang sedikit. Dan beberapa hari lalu aku sudah memberikanmu 500.000 dollar. Aku bukan bank, Anton!""Ayolah, Amber. Jumlah itu tidak banyak untuk supermodel sepertimu.""Aku tidak akan memberikan kau uang sepeserpun!"Wajah Anton berubah dingin. "Kalau begitu aku akan memberitahu semua orang bahwa kau yang sudah membunuh Starlee. Kau memasukan obat ke dalam minuman Starlee, kemudian membayarku untuk mencari orang untuk menabraknya."Amber mengepalkan tangannya kuat. Ia harus melenyapkan Anton secepatnya. Pria sialan ini akan selalu datang padanya untuk memerasnya. Ini adalah kebodohannya karena menggunakan jasa Anton. Harusnya ia sadar, pria pecandu alkohol itu akan jadi lintah
Berat badan Starlee semakin menyusut. Wanita itu kini tengah memandangi pantulan dirinya di cermin, kini ia sudah menghilangkan berat badannya sebanyak 20 kg. Dan hanya tinggal beberapa minggu lagi ia bisa mencapai berat badan yang ia inginkan. Keinginan Starlee semakin lama semakin meningkat ketika ia melihat internet ada kabar tentang Amber yang menjadi supermodel dengan bayaran termahal. Starlee kini mengerti. Amber menyingkirkannya karena ingin menjadi yang nomor satu di dunia modeling. Amber menginginkan posisinya. Kala memikirkan itu darah Starlee mendidih, hanya demi popularitas Amber tega membunuhnya. Amber bahkan lebih buruk dari mereka yang mencapai popularitas dari melayani beberapa petinggi agensi. Wajah Starlee yang dulunya bulat kini menirus. Ia menggunakan beberapa produk kecantikan yang membuat kulitnya menjadi lebih halus dan kencang. Mungkin, jika Starlee keluar saat ini, mertua dan dua adik iparnya tak akan mengenali dirinya lagi. Namun, ini bukan saat yang tepat
Waktu yang Starlee tunggu sudah tiba. Ia telah melacak keberadaan Asher melalui gps ponsel Asher. Pemilik tubuh sebelumnya diam-diam memasang aplikasi tersembunyi di ponsel Asher. Entah untuk apa wanita itu melakukannya, mungkin ia ingin melihat ke mana saja Asher pergi. Starlee merasa itu semua percuma saja, toh pada akhirnya pemilik tubuh sebelumnya tidak melakukan apa-apa. Wanita itu hanya menyakiti dirinya sendiri dengan memperhatikan ke mana saja Asher pegi.Saat ini Starlee berada di sebuah hotel mewah berbintang 5, yang pasti ini bukan salah satu hotel Asher karena hotel pria itu masih belum mencapai bintang 5. Dengan menggunakan kacamata hitam, Starlee mengikuti Asher dan Olivia yang saat ini sedang menuju ke sebuah lift. Di pin yang ada di dress Starlee terdapat sebuah alat perekam. Starlee masuk ke dalam lift yang sama dengan Asher dan Olivia. Keduanya tampak seperti biasa saja, tak ada adegan yang bisa menjadi bukti perselingkuhan. Tentu saja mereka akan menjaga tingkah me
Apa yang Starlee katakan memang benar. Ia bisa memuaskan Arshaka sampai benar-benar puas. Selama ini Arshaka hanya melakukannya satu kali, tapi dengan Starlee ia ingin melakukannya lagi setelah tadi mencapai puncak. Akan tetapi, sebuah panggilan mengganggu kesenangan Arshaka."Ada apa?" tanya Arshaka tidak senang."Maafkan aku, Ars. Kupu-kupu yang harusnya datang padamu mengalami kecelakaan. Dia baru memberiku kabar."Tatapan Arshaka kini beralih pada Starlee yang terbaring di ranjang sembari memperhatikannya."Aku akan mengirimkan wanita lain padamu. Aku benar-benar minta maaf atas ketidaknyamanan ini."Arshaka menutup panggilan itu tanpa membalas. Ia meraih dagu Starlee dengan tangannya, mencengkramnya sedikit kuat. "Siapa kau?"Starlee tersenyum santai. "Hanya seorang wanita yang salah masuk kamar. Dan ya, aku bukan wanita bayaran."Tatapan Arshaka semakin dingin. Pria itu tampak seperti ingin menguliti Starlee hidup-hidup. "Kau bukan seorang perawan."Starlee menganggukan kepalany
Di sebuah ruangan yang diisi sedikit properti, Starlee tengah menjalani pelatihan bersama dengan beberapa model pendatang baru lainnya. Ruangan itu terletak di lantai 30 bersebelahan dengan sebuah studio pemotretan. Di lantai itu terdapat beberapa ruangan selain dari tempat latihan dan studio, ada juga ruangan penata rambut, ruangan make up dan ruang busana. Saat ini yang melatih Starlee adalah Maggie, seorang pria kemayu yang sangat handal dalam bidang ini selain Alex. Maggie bukan pribadi yang mudah didekati, pria ini terkesan menjaga jarak. Ia pelatih yang serius dan juga galak. Terkadang ada beberapa model yang menangis karena mulut pedas Maggie. Pria ini tidak memandang bulu, jika anak didiknya melakukan kesalahan maka ia akan mencecarnya tanpa ampun.Namun, Starlee tidak pernah merasakan ocehan Maggie. Meskipun pada awal pelatihan ia tidak mengetahui apapun tentang dunia model, ia bukan gadis yang lamban. Ia bisa mengikuti arahan Maggie hanya dengan satu kali pengulangan. Dan s
Asher kembali ke kediamannya setelah seharian sibuk bekerja, ditambah dengan 'pekerjaan lainnya' dengan Olivia. Ketika ia baru mencapai anak tangga pertama, ia menghentikan laju langkahnya dan membawa Asher menjauh dari sana. "Ada apa, Ibu?" tanya Asher. Stancy tidak tahu harus memulai dari mana, tapi kata yang keluar dari mulutnya adalalah, "Sampah itu berubah drastis." "Maksud Ibu?" Asher tidak mengerti. "Istrimu, entah apa yang ia lakukan pada tubuhnya selama beberapa bulan terakhir ini, tapi dia berubah menjadi sangat kurus dan cantik." "Jangan mengucapkan omong kosong, Bu." Asher tidak percaya. Bagaimana mungkin istrinya yang menjijikan bisa berubah seperti yang ibunya katakan. Mustahil. "Ibu serius, Asher. Awalnya Ibu juga tidak percaya, tapi dia memang benar istrimu." Asher mengerutkan keningnya. Tidak tampak raut bercanda di wajah sang ibu. Dan ya, lagipula ibunya tidak akan menjadikan Starlee bahan pembicaraan mereka jika itu bukan sesuatu yang penting. Namun, untuk m