Betapa terkejutnya Nabila menerima perlakuan intim seperti saat ini. Namun, ia benar-benar tidak dapat menolak. Bukankah hal seperti ini yang selalu ia idam-idamkan di dalam kesendiriannya selama ini?Dua detik. Tiga detik. Empat detik.Zack begitu intens memainkan bibir yang belum pernah dijamah seorang pria mana pun itu. Nabila pun kian terlena.Setelahnya, seakan tersadar, sang pria pun langsung meng-cut aktivitasnya. "So–sorry ...," lirih pria itu dengan mata yang berlari ke sana kemari. Entah mengapa ia malah menjadi gugup seperti itu.Nabila terpaku. Diam membisu. Hanya detak jantungnya yang seakan memburu. Bahkan napasnya terasa tersekat, hatinya tak ingin semua berlalu begitu saja.Zack lantas bangkit dan gegas melangkah ke luar kamar Nabila dan menutup pintunya tanpa berkata-kata lagi. Meninggalkan Nabila dalam ketermanguan. Ya, wanita muda itu seakan tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Zack ... Zack yang sangat mencintai dan sangat memuja Veronica baru saja mencium bi
Sebelumnya wanita muda itu terbiasa melihat kemesraan mereka. Namun, rasanya kini ia benar-benar tidak rela Zack berlaku manis kepada wanita yang ia tahu telah mengkhianati suaminya tersebut."I miss you too," sahut Veronica sembari menyambut kecupan sang suami.Keduanya tidak sadar, ada sepasang mata dan sepasang telinga yang mengawasi kegiatan intim mereka dengan hati yang panas terbakar.Akhirnya Nabila memutuskan untuk kembali masuk ke kamarnya. Ia benar-benar muak dengan pemandangan yang ada di depannya itu. Sebelum-sebelumnya ia memang sudah terbiasa melihat kemesraan kedua kekasih tersebut dengan sembunyi-sembunyi. Ia dulu berharap Zack bisa memberi hati juga kepada dirinya dan membagi menjadi dua. Untuk Veronica sebagian, untuknya sebagian. Ia tidak mengharap Zack memberi seluruh hati kepadanya seorang.Akan tetapi, tidak untuk saat ini. Semenjak ia mengetahui kalau Veronica bermain api di luar sana. Wanita tersebut telah mengkhianati cinta tulus seorang Zack. Ia sungguh-sung
Tiba-tiba terdengar suara seorang anak kecil dari sebelah Nabila. Ternyata ada gadis kecil yang berusia sekitar empat tahun yang kini duduk di sampingnya di bangku panjang itu. Bocah tersebut terlihat sangat lucu. Matanya yang bulat besar menatap lekat ke arah perut wanita muda di sampingnya.Suara kecil nan lucu itu menarik Nabila dari lamunan. Ia refleks menoleh ke arah datangnya suara. Kedua ujung bibirnya serta-merta terangkat ke atas. "Yes, there is a baby in here," jawab Nabila sambil membelai kembali perutnya."How the baby out of it?"Nabila terdiam sesaat ketika pertanyaan polos itu terlontar begitu saja dari mulut kecil makhluk lucu itu. Sedetik kemudian, ia tertawa. "Kamu lucu sekali, Sayang ...," tuturnya sambil mencubit kecil dagu gadis mungil berpipi gembil tersebut.Gadis kecil itu menautkan alis pirangnya. Bertambah imutlah di mata Nabila."Merry ... you are here! I was looking for you over there ...."T
"Mmm ... sorry, Nabila ...." Zack tiba-tiba tersadar ketika sudut matanya melihat reaksi Nabila yang seperti ketakutan dengan sikapnya. Ya, memang baru kali ini ia merasa sangat kesal seperti ini kepada Veronica. "Eng ... nggak apa-apa, Zack," sahut Nabila dengan raut wajah tidak seperti biasanya. Degup jantungnya berdebar kencang karena terkejut dengan sikap Zack kali ini. Wanita muda itu langsung bangkit dan menuju ke arah dapur, lalu meraih sebuah sapu dan pengki.Ketika Nabila kembali dan hendak membersihkan beling-beling kaca gelas yang berserakan, tiba-tiba sapu di pegangannya disambar oleh Zack. "Sini! Biar aku yang bersihkan!" Pria itu pun langsung menyapu kekacauan yang telah ia perbuat.Nabila terpaku di sana. Pengki yang berada di tangan kirinya pun kini telah berpindah ke tangan pria di hadapannya.Seakan tersadar dari lamunan, Nabila lalu menyingkir tidak mau menghalangi Zack yang sedang membersihkan lantai. Ia kemudian kembali duduk
Entah mengapa seketika saja Nabila merasa takut dan berusaha mendorong keras pria tersebut. Tidak seperti waktu itu, ia menikmati sentuhan bibir sang pria. Namun, kali ini ia justru menjadi ciut. Karena sang pria melakukannya dengan cukup kasar.Zack melepas sejenak tautan bibir mereka karena tubuhnya sedikit tersentak ke belakang karena dorongan keras dari Nabila. Namun, kemudian ia kembali merapat dan menautkan kembali bibir mereka. Awalnya masih dengan kasar. Sehingga Nabila kelabakan. Ia merasa sedikit trauma, teringat pernah dilecehkan oleh Alex, adik angkatnya. Namun, karena menyadari ketidaknyamanan Nabila, dengan perlahan Zack pun mulai melembutkan gerakannya, sehingga pada akhirnya wanita muda itu berubah turut menikmati tautan intens tersebut. Zack mengangkat tubuh Nabila ke atas meja makan dan terus mencumbu wanita muda di hadapannya. Mereka seakan hanyut dalam arus gairah membara di sana.Kemudian Zack menggendong wanita muda itu dan
Veronica kembali mendelik. "Come on ... Andrew! Don't say like that anymore. Kamu tahu aku mencintai suamiku," protes Veronica, "hubungan kita hanya sebatas bisnis, okee? Lagi pula kamu juga sudah punya istri dan anak.""But, i love you, Veronica. Aku cemburu jika membayangkan kamu bersama suamimu itu," keluh Andrew."Jangan bicara omong kosong, Sayang ...." Veronica membelai wajah Andrew gemas, "aku tidak akan pernah melepaskan suamiku dan jadi simpananmu saja. Kamu bisa terus bersama istrimu dengan ... what ever about the reason." Veronica menghempas telapak tangannya ke udara. Andrew menatap lekat ke arah wanita cantik itu."Untuk apa aku mencari surrogate mother jauh-jauh ke tanah kelahiranku kalau ujungnya aku mesti berpisah dengan suamiku? Hhh, intinya aku tidak mau berpisah dengan Zack. Hanya dia yang orang tuaku terima. Hanya dia yang mencintaiku dengan tulus. Bahkan sekarang, aku yang malah mengkhianatinya. Huuuft ...." Veronica mengembu
Semenjak hari itu, jarak di antara Zack dan Nabila terasa semakin jauh. Yang awalnya jarak itu hanya disebabkan oleh Zack seorang, tetapi kini ditambah juga oleh Nabila. Wanita muda itu merasa sakit hati dengan sikap dan perkataan Zack di hari itu. Apalagi saat ini Veronica sudah kembali. Melihat wanita itu, Nabila menjadi semakin merasa terpinggirkan. Sekali lagi, untuk ke sekian kalinya ia merasa sebagai orang yang selalu dan selalu terbuang."Ya Allah ... tidak pantaskah aku dicintai dengan tulus? Tidak pantaskah aku mendapat kebahagiaan ...?" lirihnya di dalam kesendirian.***"Hari ini jadwal kamu periksa ke dokter, 'kan, Nabila?" tanya Veronica di sela-sela sarapan mereka semua."Iya, Kak," sahut Nabila singkat sembari berusaha tersenyum. Usia kandungannya kini sudah memasuki bulan ke enam."Aku ada pekerjaan mendadak. Maaf, tidak bisa ikut." Zack tersenyum kaku di sana.Nabila hanya melirik sebentar ke arah pria
Nabila bertekad untuk meninggalkan keluarga Robinson. Ia pun sedikit demi sedikit berkemas diri dan menyusun rencana. Wanita muda itu tidak mau kalau rencananya itu nanti sampai diketahui oleh Zack ataupun Veronica. Ia harus menyusunnya dengan sangat rapi."Kamu mau ke mana, Nabila?" tanya Veronica ketika melihat istri siri suaminya itu hendak pergi keluar rumah."Eh, Kak." Nabila terkesiap, padahal tadinya ia kira Veronica sudah akan berangkat kerja, karena sudah menuju mobilnya. "Aku ... mau jalan-jalan ke taman. Kakak belum berangkat?" tanya wanita muda itu sembari berusaha untuk bersikap normal."Ada yang ketinggalan," jawab Veronica seraya menunjukkan sebuah map di tangannya, rupanya ia sudah mengambilnya dari kamar, "kamu jangan lupa kunci pintu itu, oke?" pesan wanita itu sembari berlalu menuju pintu luar dan segera menguncinya. Sementara Nabila melewati pintu samping rumah tersebut.Nabila hanya menaikkan alisnya saja. Ia lalu menutup pint
Nabila melirik sebentar ke arah Zack. Ia sama sekali tidak mau menyahuti. Wanita muda itu lalu menoleh ke arah Hana dan mengulurkan tangan sembari meringis kesakitan."Kamu nggak apa-apa, Nabila?" tanya Hana cemas seraya membantu memapah adiknya."Sakit, Kaak ...," rengek wanita muda itu sembari bangkit perlahan."Zayn ...." Tiba-tiba Zack tersadar akan putra kecilnya yang terlihat khawatir pada ibunya itu. Zayn menoleh ke arah ayahnya. Ia terlihat tengah mengingat-ingat. "Dad ... Daddy ...," ucapnya ketika ingatannya mulai terbuka. Zack tersenyum, kemudian memeluk putra kecilnya itu dengan perasaan membuncah dan penuh keharuan. Ia sangat merindu."Kaaak ...!" Tiba-tiba Nabila kembali merengek pada Hana.Zack menoleh ke arah Nabila dan pandangan matanya mengikuti pandangan wanita muda itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat air bercampur darah yang mengalir ke lantai."Nabila! Kita mesti ke UGD!" ujar Hana panik, "Zack, tolong panggil perawat!" suruhnya pada Zack."O–oke!" Zack den
"Pak, cepat ya!" seru Zack kepada supir mobil taksi yang ia tumpangi. Sungguh hatinya merasa gelisah karena sudah tiga hari ini—sejak ia sampai di LA dan bahkan sampai kembali ke Indonesia— handphone Nabila tidak bisa dihubungi. Ia yakin Nabila saat ini kembali menghindar darinya. Bahkan ia tahu dari Max, kalau wanita muda itu kini sudah tidak lagi berada di rumah mereka. "Baik, Mister. Saya usahakan!" jawab sang supir sembari memutar roda mobil, kemudian membawa kendaraan itu keluar dari area parkir airport. Arus lalulintas di jalanan terlihat ramai lancar.Tak berapa lama kemudian terdengar suara dering ponsel milik Zack. Pria itu lekas merogoh benda segi empat tersebut dari saku jaket kulitnya. Tertera nama Max di sana."Ya, Max! Aku sudah sampai di bandara Soetta dan sekarang lagi on the way pulang ke Bekasi," jelas Zack kepada sang sahabat."Oh, iya. Gimana? Nabila sudah bisa dihubungi?" tanya Max. Semenjak Zack tidak bisa menghubungi kontak sang istri, ia mengerahkan siapa saja
"Gimana, sudah ada kabar?" Zack saat ini sedang dalam panggilan telepon dengan sahabatnya, Max. Tadi pria itu menghubungi Max untuk mencarikan chanel jet pribadi, agar ia bisa terbang menuju ke Amerika sesegera mungkin. Ia sangat khawatir akan kesehatan bayi kecilnya di rumah sakit."Oke, Bro. Sudah dapat, adikku selalu bisa diandalkan kalau soal ini," sahut Max dari seberang sana."Bagus. Aku sangat berterima kasih kepada kalian.""Jangan lebay!" Max mencandai Zack. "Ya sudah, kamu cepat ke bandara. Pilot sudah menuju ke sana.""Ok, Max. Thanks! Aku akan segera ke sana." Zack pun menutup teleponnya. "Gimana?" tanya Jennifer kepada putranya. Wanita tua itu jelas ingin sama-sama ikut ke Amerika."Sudah siap, Mom!" sahut Zack.Yasmin dan Surya sudah pulang ke rumahnya tadi. Mereka juga hendak bersiap-siap untuk berangkat dan melihat keadaan cucu kesayangan yang sedang sakit itu secara langsung.Zack terlihat memainkan ponselnya lagi. Ketika tersambung ...."Hallo, Pa. Jetnya sudah siap
Mendengar permintaan Nabila, Zack terpaku menatap nanar ke arah wanita muda itu. Tubuhnya terasa kaku seketika dan lidahnya pun kelu. Ia sudah mengira akan begini jadinya."Tidaaak ... tidak, Zack!" Yasmin menghambur ke arah menantunya sembari menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada. Air matanya kini telah mengalir deras menganak sungai, "tolong kalian jangan bercerai ....""Yasmin!" Tiba-tiba terdengar selaan suara Jennifer memanggil besan wanitanya dari muka pintu.Sontak semua orang menoleh ke arah sumber suara. Zayn tidak lagi berada bersamanya karena ia telah meletakkan balita kecil yang telah tidur nyenyak tersebut di ranjang di kamarnya."Jangan pengaruhi putraku lagi. Kamu tidak lihat apa yang telah anakmu perbuat, heh?" ujar Jennifer dengan suara yang datar tetapi begitu penuh penekanan. Ia jelas marah dengan perselingkuhan Veronica.Surya hanya terdiam di sana. Ia mewajarkan jika Nabila dan Jennifer bersikap seperti itu. Apa yang dilakukan putri tunggalnya itu meman
"Di–di ... dia ...." Nabila tergagap di sana dengan wajah yang kini telah basah karena air mata. "Kamu kenapa, Nabila?" tanya Jennifer panik sembari meraih cucunya dan dengan cepat memegang bahu Nabila yang saat ini terlihat aneh. Nabila terlihat pucat dan bibirnya gemetar di sana. "I–itu ...." Dahi Jennifer berkerut kencang melihat ke arah ponsel yang dilirik oleh Nabila. Dengan cepat wanita tua itu meraih benda segi empat tersebut sambil menggoyang-goyangkan badannya berusaha menenangkan sang cucu yang merengek di gendongannya. Akhirnya Zayn tampak mulai tenang dan hendak kembali tidur di dekapan sang nenek.Nabila terduduk di ranjang Zayn dengan wajah yang masih pias. Ia tertunduk sembari menyusut kedua matanya yang basah. Wanita muda itu terlihat sangat shock.Sementara Jennifer, ia membuka ponsel Zack yang layarnya memang sudah berada di perpesanan WA. Dengan cepat ia memutar video yang ada di sana. Betapa terkejutnya Jennifer melihat apa yang ada di video tersebut. Kedua mata
Hari ini Yasmin dan Surya mengunjungi rumah Zack juga Nabila. Mereka baru saja selesai makan malam bersama. Surya sudah diberitahukan oleh sang istri kalau sebenarnya Zayn bukanlah cucu mereka. Bahkan tidak ada hubungan darah sama sekali.Akan tetapi, Surya memutuskan untuk bersikap bijak. Ia tidak mau mempermasalahkan hal itu. Zayn adalah putra dari Zack, menantunya. Itu cukup mengartikan kalau Zayn sama saja dengan cucunya sendiri.Setelah berkomunikasi dengan sang suami, Yasmin merasa lebih lega. Pandangan suaminya sedikit banyak ikut mempengaruhi pikirannya yang tadinya terasa kusut dan runyam. Selama ini ia tidak menyukai Nabila, karena dianggap sebagai duri dalam rumah tangga putrinya. Akan tetapi, ia tidak sanggup untuk membenci Zayn. Dirinya sudah telanjur sayang, bahkan ia merasa rindu untuk selalu bertemu balita kecil tersebut."Zayn tetaplah cucu kami," ucap Surya sembari tersenyum hangat kepada semua orang, "kami menyayangi Zayn sama seperti kepada Thomas," lanjutnya.Zack
Zack pulang kerja cukup larut, pukul 22.05 WIB. Banyak hal yang mesti dia kerjakan tadi di kantor. Meskipun memang sebenarnya semua sudah selesai di pukul 20.00 tadi, tetapi pria itu memutuskan untuk lebih lama berada di tempat kerjanya. Hal itu karena ia merasa pikirannya sedang kalut dan tidak nyaman dengan keadaannya bersama sang istri keduanya saat ini.Ya, sejak Nabila marah kepadanya, pria itu selalu kepikiran. Ia khawatir kalau wanita muda itu kembali pergi darinya. Zack masuk ke dalam kamarnya. Kemudian ia membuka jas dan kemeja kerjanya, lalu meraih handuk, kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah selesai mandi, pria itu keluar. Ia tertegun sebentar di ambang pintu kamar mandi, karena ternyata ada Nabila yang tengah duduk di pinggir tempat tidurnya sekarang."Mmm, Zack ... kamu mau langsung istirahat ya?" tanya Nabila tampak kikuk."Iya. Ada apa, Nabila?" tanya sang suami heran."Oh, ya udah. Aku juga mau tidur. Besok aja," ujar Nabila sembari ban
"Ada apa kalian ini?" tanya Jennifer ketika menyadari kalau sepasang suami-istri di hadapannya tidak saling bicara satu sama lain. Hanya Zack yang tadi ia lihat mencoba mendekati sang istri ketika Nabila menyiapkan sarapan. Namun, wanita muda itu terlihat menghindar dan tidak mau menyahuti sang suami. Itu membuat Jennifer heran.Nabila masih diam sembari mengunyah makanannya dan juga membantu Zayn makan di tempatnya. Sementara Zack hanya melirik ke arah wanita muda itu."Nabila sudah tahu soal Zayn, Mom," jawab Zack datar, tetapi hatinya diselimuti rasa bersalah."Oh, jadi kamu sudah bicara?" tanya Jennifer memastikan, "bagus kalau begitu. Bukannya Nabila memang sudah dari dulu menganggap Zayn sebagai anak sendiri?""Tapi kenapa baru memberitahuku sekarang, Mom? Aku nggak terima selama ini Zack membohongiku sampai lebih dari dua tahun," sahut Nabila tidak terima."Nabila, maafkan aku ...," ucap Zack untuk ke sekian kalinya. Nabila mendengkus tak suka. Lantas ia bangkit berdiri, lalu
"Itu ...? Itu apa?" tuntut Nabila dengan raut penasaran.Zack mendekat dan duduk di samping Nabila. Ia meraih telapak tangan sang istri dengan degup jantung yang tidak keruan. "Nabila, sebenarnya ...."Wanita muda di hadapan Zack itu bersiap menyimak apa yang akan di sampaikan oleh sang suami. Sentuhan dari sang suami membuat darahnya sedikit berdesir hangat karena sudah cukup lama mereka tidak bertemu dan melakukan kontak fisik, tetapi dirinya berusaha mengabaikan rasa itu. Dengan melihat gelagat Zack yang mencurigakan seperti ini, Nabila merasa cemas dan muncul ketakutan tersendiri di lubuk hatinya. "Sebenarnya apa? Zack, kamu jangan buat aku khawatir!" tegas Nabila yang kini terlihat mulai kesal."Nabila, Zayn itu ... dia sebenarnya adalah anak kamu," jawab Zack dengan suara lirih, tetapi cukup jelas terdengar oleh telinga Nabila.Wanita muda di hadapan Zack mendengkus dan tertawa kecil. Ia heran dengan perkataan sang suami. "Zayn memang anakku!" serunya. Di dalam hatinya curiga ka