Nabila bertekad untuk meninggalkan keluarga Robinson. Ia pun sedikit demi sedikit berkemas diri dan menyusun rencana. Wanita muda itu tidak mau kalau rencananya itu nanti sampai diketahui oleh Zack ataupun Veronica. Ia harus menyusunnya dengan sangat rapi.
"Kamu mau ke mana, Nabila?" tanya Veronica ketika melihat istri siri suaminya itu hendak pergi keluar rumah."Eh, Kak." Nabila terkesiap, padahal tadinya ia kira Veronica sudah akan berangkat kerja, karena sudah menuju mobilnya. "Aku ... mau jalan-jalan ke taman. Kakak belum berangkat?" tanya wanita muda itu sembari berusaha untuk bersikap normal."Ada yang ketinggalan," jawab Veronica seraya menunjukkan sebuah map di tangannya, rupanya ia sudah mengambilnya dari kamar, "kamu jangan lupa kunci pintu itu, oke?" pesan wanita itu sembari berlalu menuju pintu luar dan segera menguncinya. Sementara Nabila melewati pintu samping rumah tersebut.Nabila hanya menaikkan alisnya saja. Ia lalu menutup pint"Oke ...," lirih Nabila seraya mengangguk-anggukkan kepala. Ia kemudian mengemaskan piring-piring kotor bekas mereka makan. Zack pun turut membantunya berkemas. Ya, memang pria itu masih mau ikut membereskan rumah mereka, hanya saja ia sudah jarang mengajak Nabila untuk sekadar mengobrol. Nabila pun enggan untuk berbicara dengan pria itu sejak mereka saling menghindar. Wanita muda itu sebenarnya ingin menghapus Zack dari dalam hatinya. Akan tetapi, entah mengapa sampai saat ini, pria itu masih saja sering hadir di dalam mimpi-mimpinya. Itu yang ia sesalkan.***"Iya, kandungannya sudah semakin besar. Jadinya tentu saja terasa semakin cepat lelah ...." Dokter Steve yang berusia 35 tahun itu menjelaskan. "Jangan banyak pikiran ya, jangan stress, kamu dan Veronica mesti jaga perasaannya, Zack," lanjutnya mengingatkan."Ah, iya, Steve. Oke ...," sahut Zack sembari melirik sebentar ke arah Nabila. Ia berpikir, apakah sikapnya yang menghindar
"Kamu pasti lelah." Bibir pria itu tersenyum tipis."I–iya ...." Entah mengapa Nabila merasa gugup kali ini. Ya, bagaimana tidak. Sentuhan seperti ini sudah lama ia tidak rasakan dari pria tampan tersebut. Degup jantungnya pun berdebar semakin kencang.Zack memijat kaki Nabila dengan perlahan-lahan. Namun, tanpa ia sadari sentuhan telapak dan jari-jarinya itu menimbulkan getaran di tubuh sang wanita. Bahkan sebenarnya di dirinya sendiri. Ya, pria itu juga menikmati sentuhannya pada kulit halus Nabila yang sudah pernah ia rasakan sebelumnya. Di sudut hati terdalam sang pria entah mengapa seakan terpercik suatu gairah. Ia teringat kejadian di malam panjang ketika dirinya menyentuh Nabila untuk pertama kalinya. Wanita muda itu memang masih benar-benar tidak berpengalaman. Akan tetapi, justru hal itu menimbulkan kesan tersendiri bagi pria dewasa seperti Zack. Berbeda dengan ketika ia menyentuh Veronica ketika mereka berada di malam pertama
Tanpa sadar bulir air mulai menggelantung di pelupuk mata Nabila. Kaca-kaca bening pun kini memburamkan pandangannya. Ia tidak menyangka Zack bisa membentak dirinya dengan begitu keras seperti itu demi membela wanita yang bahkan telah mengkhianati cinta tulusnya."Tapi ... tapi itu benar ...," ujar Nabila dengan suara bergetar dan ia pun mulai terisak.Zack menarik napas panjang. Jujur saja ia tidak sampai hati melihat seorang wanita menangis. Akan tetapi, ia benar-benar tidak terima jika Nabila berkata yang tidak-tidak tentang wanita yang selama ini sangat ia cintai. Pria itu memutuskan untuk pergi dari ruangan tersebut dengan langkah lebar, meninggalkan sang wanita menangis sendiri.Nabila pun berjalan ke arah kamarnya dengan hati yang patah. Percuma saja ia bicara. Zack benar-benar tidak percaya dengan apa yang dirinya sampaikan. Bahkan mendengar tentang hal itu pun lelaki itu tidak sudi."Aku akan pergi dari sini," bisik Nabila dengan geram. I
"Mmm ... aku nggak begitu yakin, sih. Soalnya tadi aku sibuk nyiapin sarapan," jawab Veronica atas pertanyaan sang suami.Zack mencebik. "Mungkin dia sedang jalan-jalan pagi ke taman," jawab pria itu cuek.Veronica menghela napas. Ia lalu mengambil duduk di salah satu kursi di samping sang suami. "Setelah sarapan, kamu mandi. Nanti cari Nabila," suruhnya seraya mulai menyuap makanan ke dalam mulut."Oke," sahut Zack datar.***Zack saat ini tengah memindai lapangan bermain di hadapannya. Ini akhir pekan, jadi di sana cukup ramai karena anak-anak tidak bersekolah. Ia mulai berjalan mengitari taman tersebut dan mencari-cari. Siapa tahu ada Nabila di antara orang-orang yang ada di sana."Hi, Mr. Robinson. How are you?" tanya seorang lelaki yang Zack kenal sebagai Nicky Jayden."Fine, Mr. Jayden." Zack menjabat tangan tetangganya yang terlihat sedang memperhatikan anak perempuannya itu. Si anak sedang asyik bermain perosotan
Seorang wanita yang berpenampilan anggun baru saja keluar dari ruang rapat dengan para pekerjanya sebelum mereka semua bubar dan pulang. Ya, hari ini mereka semua habis lembur. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Wanita itu pun kembali ke ruang kerja pribadinya di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan. Wanita anggun itu mendaratkan bokong di kursi kebesarannya.Baru saja ia ingin memeriksa file-file yang masih tersisa sedikit lagi di meja kerja, terdengar dering ponsel pintar dari saku blazernya. Ia lalu merogoh dan mengangkat panggilan itu."Assalamualaikum, Ve. Apa kabar? Tumben jam segini nelepon?" sapanya riang."Wa alaikumus sallam, Hana! Nabila kabur!" Ya, itu Veronica yang berada di belahan dunia sana."Apa?!" Hana terperanjat. "Kabur gimana maksud kamu?" tanyanya cemas."Aku nggak ngerti, Han. Sebenarnya ada masalah apa dengan dia. Akhir-akhir ini memang dia kayak menghindar untuk mengobrol bersama kami. Ngg
Wanita muda itu bingung, apakah ia mesti menceritakan semuanya kepada Hana? Bukankah Hana sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri? Bahkan karena Hana-lah ia mengenal Zack, pria yang kini masih bertahta di lubuk hatinya. Melalui perantara kakaknya itu, ia bisa memperoleh uang yang banyak yang bahkan tidak pernah ia dapatkan sebelumnya meski bekerja di mana pun."Gimana kabar kandungan kamu ini?" Hana membelai perut buncit Nabila dengan sebelah tangannya dengan lembut.Nabila melihat ke arah tangan hangat sang kakak yang menyentuh perutnya itu. "Alhamdulillah, sehat, Kak," jawabnya lirih."Aku harap kamu juga sehat," ujar Hana dengan nada datar, tidak seperti ketika beberapa waktu lalu Nabila dan wanita itu berbicara tentang penawaran menjadi surrogate mother. Begitu kekeluargaan dan hangat."Ya, alhamdulilah ...," jawab Nabila lagi."Tapi aku sangsi, kalau pikiranmu juga sehat," sindir Hana sembari tersenyum kecut.Nabila hanya b
Ya, di mana saja dia berada, Nabila selalu merasa diabaikan. Dirinya merasa selalu dianggap bodoh dan tidak pantas untuk didengarkan. Ia berpikir keras, bagaimana caranya agar ia bisa pergi dari rumah itu. Apalagi mendengar kalau Zack dan Veronica akan datang menyusul ke Indonesia. Ia sudah tidak mau lagi melihat kedua orang itu. Biar saja mereka hilang dari hidupnya. Begitu pikirnya sekarang. Nabila hanya ingin bersama bayinya saja. Ya, hanya bayinya itu yang merupakan teman setianya. Tidak ada orang lain ....Tak lama Hana pun pergi untuk bekerja."Ini camilannya, Mbak. Silakan ...," tawar Mbok Tarni kepada Nabila yang sedang duduk-duduk di teras belakang rumah Hana sembari meletakkan satu nampan berisi sepiring bollen pisang dan secangkir teh hangat.Tawaran itu mengembalikan Nabila ke dunia nyata. Pikirannya terasa sedang kusut masai karena memikirkan ke mana ia akan pergi selanjutnya. Tidak ada seorang pun yang bisa ia harapkan di
Veronica terkejut bukan kepalang mendengar informasi dari Hana. "I'm sorry, Ve ... aku udah lalai ngejagain dia ...," keluh Hana menyesal."Gi–Gimana ini, Haan? Kok, bisa kabur lagi, sih!" Veronica terdengar kesal sekaligus sedih. "Aku udah bicara dengan dia. Dan kupikir dia bakal tenang di rumahku. Nyatanya dia kabur lagi tanpa sepengetahuan orang-orangku di rumah," jelas Hana."Sialan banget tu anak! Gemess aku! Dia bawa anak kami! Kalau udah ngelahirin dan anak itu ada sama kami, nggak masalah. Ini ... aaargh!" cetus Veronica. Emosinya sudah sampai di ubun-ubun rasanya. "Maunya apa sih, tuh bocah, Han?! Aku percaya, karena dia rekomendasi dari kamu. Kamu sahabat baikku! Nyatanya malah kayak gini. Padahal udah dikasih semua kebutuhan dia, bahkan sudah aku anggap seperti keluarga sendiri!" omel wanita itu lagi."Ve, kamu ada hubungan apa dengan investormu, hhh?" tanya Hana akhirnya. Ia teringat, kalau karena hal itulah Nabila ingin kab
Nabila melirik sebentar ke arah Zack. Ia sama sekali tidak mau menyahuti. Wanita muda itu lalu menoleh ke arah Hana dan mengulurkan tangan sembari meringis kesakitan."Kamu nggak apa-apa, Nabila?" tanya Hana cemas seraya membantu memapah adiknya."Sakit, Kaak ...," rengek wanita muda itu sembari bangkit perlahan."Zayn ...." Tiba-tiba Zack tersadar akan putra kecilnya yang terlihat khawatir pada ibunya itu. Zayn menoleh ke arah ayahnya. Ia terlihat tengah mengingat-ingat. "Dad ... Daddy ...," ucapnya ketika ingatannya mulai terbuka. Zack tersenyum, kemudian memeluk putra kecilnya itu dengan perasaan membuncah dan penuh keharuan. Ia sangat merindu."Kaaak ...!" Tiba-tiba Nabila kembali merengek pada Hana.Zack menoleh ke arah Nabila dan pandangan matanya mengikuti pandangan wanita muda itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat air bercampur darah yang mengalir ke lantai."Nabila! Kita mesti ke UGD!" ujar Hana panik, "Zack, tolong panggil perawat!" suruhnya pada Zack."O–oke!" Zack den
"Pak, cepat ya!" seru Zack kepada supir mobil taksi yang ia tumpangi. Sungguh hatinya merasa gelisah karena sudah tiga hari ini—sejak ia sampai di LA dan bahkan sampai kembali ke Indonesia— handphone Nabila tidak bisa dihubungi. Ia yakin Nabila saat ini kembali menghindar darinya. Bahkan ia tahu dari Max, kalau wanita muda itu kini sudah tidak lagi berada di rumah mereka. "Baik, Mister. Saya usahakan!" jawab sang supir sembari memutar roda mobil, kemudian membawa kendaraan itu keluar dari area parkir airport. Arus lalulintas di jalanan terlihat ramai lancar.Tak berapa lama kemudian terdengar suara dering ponsel milik Zack. Pria itu lekas merogoh benda segi empat tersebut dari saku jaket kulitnya. Tertera nama Max di sana."Ya, Max! Aku sudah sampai di bandara Soetta dan sekarang lagi on the way pulang ke Bekasi," jelas Zack kepada sang sahabat."Oh, iya. Gimana? Nabila sudah bisa dihubungi?" tanya Max. Semenjak Zack tidak bisa menghubungi kontak sang istri, ia mengerahkan siapa saja
"Gimana, sudah ada kabar?" Zack saat ini sedang dalam panggilan telepon dengan sahabatnya, Max. Tadi pria itu menghubungi Max untuk mencarikan chanel jet pribadi, agar ia bisa terbang menuju ke Amerika sesegera mungkin. Ia sangat khawatir akan kesehatan bayi kecilnya di rumah sakit."Oke, Bro. Sudah dapat, adikku selalu bisa diandalkan kalau soal ini," sahut Max dari seberang sana."Bagus. Aku sangat berterima kasih kepada kalian.""Jangan lebay!" Max mencandai Zack. "Ya sudah, kamu cepat ke bandara. Pilot sudah menuju ke sana.""Ok, Max. Thanks! Aku akan segera ke sana." Zack pun menutup teleponnya. "Gimana?" tanya Jennifer kepada putranya. Wanita tua itu jelas ingin sama-sama ikut ke Amerika."Sudah siap, Mom!" sahut Zack.Yasmin dan Surya sudah pulang ke rumahnya tadi. Mereka juga hendak bersiap-siap untuk berangkat dan melihat keadaan cucu kesayangan yang sedang sakit itu secara langsung.Zack terlihat memainkan ponselnya lagi. Ketika tersambung ...."Hallo, Pa. Jetnya sudah siap
Mendengar permintaan Nabila, Zack terpaku menatap nanar ke arah wanita muda itu. Tubuhnya terasa kaku seketika dan lidahnya pun kelu. Ia sudah mengira akan begini jadinya."Tidaaak ... tidak, Zack!" Yasmin menghambur ke arah menantunya sembari menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada. Air matanya kini telah mengalir deras menganak sungai, "tolong kalian jangan bercerai ....""Yasmin!" Tiba-tiba terdengar selaan suara Jennifer memanggil besan wanitanya dari muka pintu.Sontak semua orang menoleh ke arah sumber suara. Zayn tidak lagi berada bersamanya karena ia telah meletakkan balita kecil yang telah tidur nyenyak tersebut di ranjang di kamarnya."Jangan pengaruhi putraku lagi. Kamu tidak lihat apa yang telah anakmu perbuat, heh?" ujar Jennifer dengan suara yang datar tetapi begitu penuh penekanan. Ia jelas marah dengan perselingkuhan Veronica.Surya hanya terdiam di sana. Ia mewajarkan jika Nabila dan Jennifer bersikap seperti itu. Apa yang dilakukan putri tunggalnya itu meman
"Di–di ... dia ...." Nabila tergagap di sana dengan wajah yang kini telah basah karena air mata. "Kamu kenapa, Nabila?" tanya Jennifer panik sembari meraih cucunya dan dengan cepat memegang bahu Nabila yang saat ini terlihat aneh. Nabila terlihat pucat dan bibirnya gemetar di sana. "I–itu ...." Dahi Jennifer berkerut kencang melihat ke arah ponsel yang dilirik oleh Nabila. Dengan cepat wanita tua itu meraih benda segi empat tersebut sambil menggoyang-goyangkan badannya berusaha menenangkan sang cucu yang merengek di gendongannya. Akhirnya Zayn tampak mulai tenang dan hendak kembali tidur di dekapan sang nenek.Nabila terduduk di ranjang Zayn dengan wajah yang masih pias. Ia tertunduk sembari menyusut kedua matanya yang basah. Wanita muda itu terlihat sangat shock.Sementara Jennifer, ia membuka ponsel Zack yang layarnya memang sudah berada di perpesanan WA. Dengan cepat ia memutar video yang ada di sana. Betapa terkejutnya Jennifer melihat apa yang ada di video tersebut. Kedua mata
Hari ini Yasmin dan Surya mengunjungi rumah Zack juga Nabila. Mereka baru saja selesai makan malam bersama. Surya sudah diberitahukan oleh sang istri kalau sebenarnya Zayn bukanlah cucu mereka. Bahkan tidak ada hubungan darah sama sekali.Akan tetapi, Surya memutuskan untuk bersikap bijak. Ia tidak mau mempermasalahkan hal itu. Zayn adalah putra dari Zack, menantunya. Itu cukup mengartikan kalau Zayn sama saja dengan cucunya sendiri.Setelah berkomunikasi dengan sang suami, Yasmin merasa lebih lega. Pandangan suaminya sedikit banyak ikut mempengaruhi pikirannya yang tadinya terasa kusut dan runyam. Selama ini ia tidak menyukai Nabila, karena dianggap sebagai duri dalam rumah tangga putrinya. Akan tetapi, ia tidak sanggup untuk membenci Zayn. Dirinya sudah telanjur sayang, bahkan ia merasa rindu untuk selalu bertemu balita kecil tersebut."Zayn tetaplah cucu kami," ucap Surya sembari tersenyum hangat kepada semua orang, "kami menyayangi Zayn sama seperti kepada Thomas," lanjutnya.Zack
Zack pulang kerja cukup larut, pukul 22.05 WIB. Banyak hal yang mesti dia kerjakan tadi di kantor. Meskipun memang sebenarnya semua sudah selesai di pukul 20.00 tadi, tetapi pria itu memutuskan untuk lebih lama berada di tempat kerjanya. Hal itu karena ia merasa pikirannya sedang kalut dan tidak nyaman dengan keadaannya bersama sang istri keduanya saat ini.Ya, sejak Nabila marah kepadanya, pria itu selalu kepikiran. Ia khawatir kalau wanita muda itu kembali pergi darinya. Zack masuk ke dalam kamarnya. Kemudian ia membuka jas dan kemeja kerjanya, lalu meraih handuk, kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah selesai mandi, pria itu keluar. Ia tertegun sebentar di ambang pintu kamar mandi, karena ternyata ada Nabila yang tengah duduk di pinggir tempat tidurnya sekarang."Mmm, Zack ... kamu mau langsung istirahat ya?" tanya Nabila tampak kikuk."Iya. Ada apa, Nabila?" tanya sang suami heran."Oh, ya udah. Aku juga mau tidur. Besok aja," ujar Nabila sembari ban
"Ada apa kalian ini?" tanya Jennifer ketika menyadari kalau sepasang suami-istri di hadapannya tidak saling bicara satu sama lain. Hanya Zack yang tadi ia lihat mencoba mendekati sang istri ketika Nabila menyiapkan sarapan. Namun, wanita muda itu terlihat menghindar dan tidak mau menyahuti sang suami. Itu membuat Jennifer heran.Nabila masih diam sembari mengunyah makanannya dan juga membantu Zayn makan di tempatnya. Sementara Zack hanya melirik ke arah wanita muda itu."Nabila sudah tahu soal Zayn, Mom," jawab Zack datar, tetapi hatinya diselimuti rasa bersalah."Oh, jadi kamu sudah bicara?" tanya Jennifer memastikan, "bagus kalau begitu. Bukannya Nabila memang sudah dari dulu menganggap Zayn sebagai anak sendiri?""Tapi kenapa baru memberitahuku sekarang, Mom? Aku nggak terima selama ini Zack membohongiku sampai lebih dari dua tahun," sahut Nabila tidak terima."Nabila, maafkan aku ...," ucap Zack untuk ke sekian kalinya. Nabila mendengkus tak suka. Lantas ia bangkit berdiri, lalu
"Itu ...? Itu apa?" tuntut Nabila dengan raut penasaran.Zack mendekat dan duduk di samping Nabila. Ia meraih telapak tangan sang istri dengan degup jantung yang tidak keruan. "Nabila, sebenarnya ...."Wanita muda di hadapan Zack itu bersiap menyimak apa yang akan di sampaikan oleh sang suami. Sentuhan dari sang suami membuat darahnya sedikit berdesir hangat karena sudah cukup lama mereka tidak bertemu dan melakukan kontak fisik, tetapi dirinya berusaha mengabaikan rasa itu. Dengan melihat gelagat Zack yang mencurigakan seperti ini, Nabila merasa cemas dan muncul ketakutan tersendiri di lubuk hatinya. "Sebenarnya apa? Zack, kamu jangan buat aku khawatir!" tegas Nabila yang kini terlihat mulai kesal."Nabila, Zayn itu ... dia sebenarnya adalah anak kamu," jawab Zack dengan suara lirih, tetapi cukup jelas terdengar oleh telinga Nabila.Wanita muda di hadapan Zack mendengkus dan tertawa kecil. Ia heran dengan perkataan sang suami. "Zayn memang anakku!" serunya. Di dalam hatinya curiga ka