Naomi berjalan dengan menggunakan kacamata hitam dan syal yang dililitkan di kepalnya, berusaha untuk menyembunyikan jati dirinya. Pakaian yang ia kenakan pun hanya celana jeans dan kaos oversize, Naomi berusaha untuk menutupi jati dirinya dari incaran wartawan dan orang-orang yang tidak segan-segan untuk mendekatinya, kemudian meminta foto, tanda tangan atau sekedar basa basi busuk. Naomi sedang tidak ingin melakukan itu semuanya, lelah rasanya terus menerus tersenyum. Kram.
Ekor mata Naomi langsung menemukan Burhan Bule yang sedang duduk dan menikmati vodka dingin dan membaca koran dengan santai. Naomi tidak habis pikir, manusia macam apa yang minum vodka jam dua siang? Pantas saja dia dipecat dari pekerjaannya dulu.
“Pak Burhan,” panggil Naomi sembari menarik kursi dan duduk di hadapan Burhan.
Tak perlu waktu lama Burhan mengalihkan pandangannya dari koran miliknya ke arah wajah cantik Naomi yang ditutupi kaca mata hitam extra besar. Ya ... memang
Joya menatap layar ponselnya dengan mata yang tidak berkedip sama sekali, sudah sejak tadi pagi hingga sore ini, Joya kaget dengan banyaknya notifikasi sosial media, chat, pesan dan telepon yang masuk ke dalam ponselnya. Semuanya seperti menggila, Joya bersumpah seandainya ponselnya ini seorang manusia mungkin dia akan menjerit meminta tolong karena terlalu banyak notifikasi yang masuk.“Astaga ... ini gila!” ucap Joya sambil menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal, notifikasinya benar-benar membeludak. Dengan cepat dia mengubah semua akun sosial medianya menjadi pribadi dan berjuang untuk tidak membaca satu pun kata yang ada di sana. Sakit.Setelah berhasil ia langsung melemparkan ponselnya ke sembarang arah, dia ingin menjauh dari benda itu sejenak. Seram.Joya mengambil remote TV berusaha untuk mencari hiburan lain, saat ia menyalakan TV-nya kupingnya langsung mendengar suara salah satu host Infotainment yang sedang membahas skandal dirinya, Fa
Plak!?Joya merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, sialnya Fajar menampar bokongnya dengan menyingkap mini dress miliknya yang mau tidak mau tamparan Fajar mengenai kulitnya langsung. Perih.“Fajar, sakit,” ringis Joya sambil berusaha memutar tubuhnya namun lengan Fajar menahannya hingga Joya harus pasrah menempel di kulkas empat pintu milik Fajar.“Kamu kalau dikasih tahu suka banget ngelawan,” bisik Fajar lagi sambil menampar bokong Joya dengan keras, bahkan membuat bokong Joya memerah.“Jar,” pekik Joya sambil menggigit bagian bawah bibirnya karena entah kenapa dia tiba-tiba merasakan hasratnya meledak saat merasakan rasa perih di bokongnya itu. Sinting, tapi, itulah yang Joya rasakan saat ini gelenyar nikmat menjalar dari rasa sakit di bokongnya ke seluruh tubuhnya.“Kenapa, Joy?” bisik Fajar sambil mengelus bokong Joya pelan, jemari Fajar bergerak dari bokong ke arah garis ceruk kenikmatan mili
Setelah mereka bercinta dengan panas di dapur, Fajar menggendong Joya yang sudah kelelahan dan tak berdaya itu ke dalam kamarnya. Sepanjang malam mereka hanya berbincang, saling menggoda dan mencumbu dengan penuh cinta dan kasih sayang. "Mulai detik ini, nggak ada ponsel atau nonton TV. Kamu pake telepon penthouse sama nonton TV langganan atau Kabel TV aja," ucap Fajar sambil menarik-narik kuping Joya pelan. "Lah, kalau gitu aku liat jadwal kerja aku gimana? Besok pembagian jadwal terbang, Jar," protes Joya. "Liat di website dan cuman liat itu aja nggak ada yang lain," ucap Fajar sambil mengambil ponsel milik Joya dan menyimpannya di atas nakas. "Aku kok kaya di penjara sih?" tanya Joya gemas, ia merasa kemerdekaannya sebagai seorang manusia terambil dengan semena-mena oleh
Fajar terbangun di malam hari saat merasakan tubuh Joya yang menggigil dan panas. Dengan sigap Fajar menyentuh kening Joya, rasa panas menjalar dari kening Joya ke telapak tangannya, Joya sakit. "Hei, Joy, Sayang kamu panas banget," ucap Fajar sambil menyentuh kening dan pipi Joya, rona merah terlihat di wajah Joya. Kekasihnya ini sakit. "Hmm ... dingin Jar," ucap Joya sambil menarik selimutnya lebih rapat lagi untuk menutupi tubuhnya yang hanya berbalut lingerie tipis berwarna hitam. Fajar turun dari ranjang dan mengambil minyak kayu putih juga sweter miliknya dari lemari, dia yakin Joya FLU karena dari kemarin Joya sudah mulai gatal hidung ditambah Joya selalu bersin. "Joy, pake sweter aku dulu," pinta Fajar. Dalam keada
"Joy, aku sakit ini, tega kamu yah. Aku lagi sakit butuh susu malah kamu tinggal kaya tadi," ucap Fajar sambil membuka mulutnya lebar-lebar saat sesuap bubur hangat masuk ke mulutnya. "Kamu tuh sakit, butuh minum obat bukan minum susu, Jar," ucap Joya geram sambil menyuapkan sesendok bubur lagi ke mulut Fajar. Detik ini Fajar benar-benar seperti anak kecil yang sakit dan disuapi oleh ibunya, "Joy, wajar kalau sakit minum susu." "Wajar kalau susu sapi, susu kental manis, susu murni. Itu baru wajar, nah ... masalahnya kamu tuh maunya susu yang lain," cerocos Joya sambil menyuapkan sesuap bubur bersama potongan ayam yang lumayan besar ke mulut Fajar. Menerima potongan ayam yang lumayan besar membuat Fajar tersedak, "Uhuk ... uhuk ...."
Napas Joya memburu saat dirinya memompa pinggulnya, bergerak naik dan turun meraup kenikmatan duniawi saat batang kenikmatan Fajar menghunjamnya. Payudara Joya yang bergoyang dengan sensual memecut birahi Fajar ke puncaknya, bibir Fajar sibuk menyesap dan menggigiti puting Joya dengan penuh nafsu. Desahan demi desahan berloncatan dari mulut Joya yang mungil, kuku-kuku tangannya menancap di bahu Fajar berusaha menahan deburan kenikmatan yang ia rasakan dari tiap hunjaman yang Fajar berikan pada dirinya rasanya memenuhi tubuhnya. Nikmatnya bukan main. Plak .... Joya merasakan bokongnya di remas juga ditampar oleh Fajar, sensasi sakit dibokong dan nikmat di bagian intinya membuat Joya menggila, dia bergerak makin cepat naik dan turun sambil mengangkat wajah Fajar yang sed
"Kamu nggak bisa redam itu berita?" tanya Fajar sambil menatap Byan dengan tatapan kesel, rasanya kesabarannya sudah hampir habis karena menunggu Byan bergerak dan menyelesaikan masalah yang ada. Byan seperti kura-kura dalam menyelesaikan masalah Joya, mungkin dia terlalu terbuai dengan kenikmatan dada Szasza yang besarnya seperti semangka."Sabar astaga, kamu sangka redam masalah segede itu gampang," ucap Byan sambil memijat kepalanya yang tiba-tiba pusing, rasanya kepalanya ini akan meledak sebentar lagi karena menghadapi masalah dan tekanan dari Fajar. Seandainya Fajar bukan saudaranya mungkin sudah dia cekik detik itu juga.
Kesulitan Menyelesaikan Masalah"Aku coba." Fajar mengalihkan pandangannya dari jendela ke arah Szasza yang sedang menatapnya sendu."Oke, maaf kalau aku menggurui tapi, itu kenyataannya," ucap Szasza sambil berusaha tersenyum setulus mungkin. Szasza benar-benar tidak ingin Joya sengsara, itulah yang membuat dirinya mengatakan kelemahan terbesar dalam hidup Joya."Joya mana?" tanya Fajar."Ah ... tadi dia ke kamarnya, tapi, sampai sekarang dia belum keluar dari kamar," ucap Szasza.Mendengar perkataan itu Fajar bergegas berjalan ke kamar dia ingin menemui Joya. Namun, saat sampai di depan pintu Fajar kaget dengan kedatangan Byan yang tergopong-gopong wajahnya terlihat gusar dan kebingungan."Kena
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F