Keesokan harinya.Kota Alvis di gegerkan dengan penemuan abu yang terletak di dekat air mancur yang berada di pusat kota, warga meyakini bahwa abu tersebut adalah milik Berto, mengingat pakaian serta aksesoris yang sering dikenakannya sama persis dengan aksesoris yang terletak di atas abu tersebut.Tak hanya itu saja yang membuat warga kota Alvis percaya bahwa abu itu milik Berto, kerena di samping jasadnya terdapat setumpuk bukti berupa dokumen yang berisikan catatan penggelapan dana negara yang telah dilakukannya semasa hidup. Adapun dalam catatan dokumen itu, menyebutkan bahwa dana tersebut tak hanya di gunakan oleh dirinya sendiri melainkan memberikannya pada anggota keluarganya termasuk kepada calon istrinya.Mengetahui hal tersebut, maka ketua keamanan kota Alvis mengeluarkan surat penangkapan kepada semua orang yang menerima dana pemberian dari Berto untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, tentunya pemeriksaan ini akan di lakukan secara terbuka untuk membangun
Di waktu yang bersamaan, di sebuah ruang bawah tanah, Gerald tengah terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang dengan kain perban yang menutupi luka di seluruh tubuhnya akibat pertarungan sengitnya melawan Berto yang membututi mereka untuk bisa menerobos masuk kedalam kastil.Beruntung saat itu Gerald bisa menyadari keberadaan Berto dan membuat keduanya berakhir pada sebuah pertempuran.Di awal pertarungan, Gerald menguap lebar karena kemampuan Berto yang begitu lemah dan tingkat kekuatannya yang biasa saja, dirinya bahkan tak perlu repot-repot berkeringat untuk menghajar wali kota itu, hanya dengan jentikkan jarinya ia mampu membuat pria itu kewalahan. Meski kekuatan teleportasi milik Berto cukup mengesankan, namun kekuatannya masih belum cukup untuk menyamai kekuatan Gerald saat itu. Akan tetapi, tak lama kemudian situasi pun berbalik tiga ratus enam puluh derajat saat Berto memasukkan pil hitam ke dalam mulutnya. Tak hanya mampu beregenerasi dengan cepat, kekuatan serang
Di Istana kerajaan Maraham.Setelah berhasil kembali ke kerajaan tanpa di sadari siapapun, Zaiden memutuskan langsung menemui sang Ayah, Raja Orland yang kini masih terbaring di atas ranjang. Sedangkan Gilang, pria itu langsung di tugaskan untuk menyelidiki menteri Renar dan beberapa mentri lainnya yang berhubungan dengan wali kota Berto, karena Zaiden menduga bahwa bukan hanya ada satu menteri saja yang terlibat dalam insiden kota Alvis.Setibanya di depan pintu kamar sang Ayah, Zaiden langsung mengetuk pintu tersebut, dan hanya dalam tiga ketukan, sang Ayah langsung memerintahkannya masuk ke dalam.Zaiden pun secara perlahan masuk ke dalam dan langsung berlutut di hadapan sang Ayah yang tengah terduduk di atas ranjang dengan sebuah buku di tangannya, tampaknya kondisinya sudah mulai membaik dari biasanya. Mengesampingkan perasaan lega dan bahagianya, Zaiden langsung mengatakan maksud dari kedatangannya kali ini, " Wali kota Berto dari kota Alvis telah meninggal dunia, seb
" Sayang? Kamu pulang? " Teresa sedikit terkejut ketika mendapati sang suami yang tengah berjalan masuk kedalam rumah. Dengan perasaan senang dan juga bahagia ia berjalan setengah berlari menuruni tangga untuk menyambut kepulangan sang suami yang sudah hampir sepekan tidak pulang ke rumah. " Akhirnya pekerjaan mu selesai juga, kamu tahu? Clarissa sudah sangat merindukan mu dia pasti akan senang mengetahui kepulangan mu ini, oh iya apa kamu ingin pergi mandi terlebih dahulu atau mungkin kamu menginginkan sesuatu yang lain misalnya. . .Secara spontan, Zaiden mencengkram tangan Teresa yang berusaha menggerayangi bagian area sensitifnya, kedua matanya menatap sang istri dengan perasaan benci dan juga jijik, " bukankah aku sudah memperingatkan mu untuk jangan pernah berani menyentuh barang ku? " Ujarnya sembari menghempas tangan itu dengan cukup kasar kemudian berjalan menuju ruangan kerja miliknya.Meski mereka sudah resmi menikah beberapa tahun yang lalu, namun hubungan keduanya
Di kediaman Kastil Edward.Alona terdiam berdiri di sebuah balkon sembari menatap putranya yang tengah asik bermain dengan Tomi dan Timi, awalnya ke tiga bocah itu tampak malu-malu dan juga ragu, terutama Timi yang terlihat ketakutan setiap kakaknya, Tomi pergi untuk memenuhi panggilan Edward, tapi seiring berjalannya waktu, gadis itu mulai terbiasa dengan orang baru di sekitarnya dan sekarang, gadis itu telah berteman baik dengan Elios.Melihat ketiganya menjadi akrab, Alona kemudian berpikir bahwa keputusannya membawa Tomi dan Timi ke kastil adalah keputusan yang sangat tepat karena putranya kini tampak lebih bahagia dan ceria dari sebelumnya. Dulu ia pernah berpikir bahwa putranya, Elios akan tumbuh sendirian tanpa adanya teman sebaya yang menemaninya dan selamanya hidup dalam kesepian tanpa mengenal siapapun kecuali orang-orang yang ada di kastil ini, tapi semua kecemasannya terpatahkan oleh kehadiran Tomi dan Timi.Andai saja Gerald berada di sini sekarang, mungkin tempat i
Karena isi surat itu, membuat Alona tak bisa tidur sama sekali, bahkan untuk sekedar menutup kedua matanya saja terasa sangat sulit karena tubuhnya terus bergerak dengan gusar, kepalanya menoleh ke samping dan mendapati Putranya, Elios begitu terlelap bahkan terlihat tersenyum dalam tidurnya, menandakan bahwa tampaknya putranya tengah bermimpi indah, membuat Alona merasa sedikit iri. Tapi ia juga merasa senang melihat wajah bahagia putranya.Tak ingin mengganggu mimpi indah putranya, Alona kemudian memutuskan pergi keluar kamar untuk sekedar mencari udara segar.Tanpa di sadari, kedua kakinya membawanya ke tepi danau yang begitu terlihat bersinar di bawah indahnya cahaya sinar rembulan.Ia pun mendudukkan pantatnya di atas rumput sembari mengeluarkan surat pemberian Zaiden dan membacanya kembali, setelah membaca beberapa kali, Alona baru menyadari mengapa Zaiden mengatakan bahwa dia pernah menemukan jasadnya di tepi sungai padahal dirinya sendiri masih hidup dan bernafas? Dan kar
" Ibu, mereka sudah tiba! " Teriak seorang pemuda dari di depan pintu, pemuda itu bernama Awan yang usianya sekitar 17 tahun, dengan wajah sumringahnya ia menyambut dan mempersilahkan Edward dan Alona masuk ke dalam rumah kemudian membantu membawakan barang-barang yang ada di luar rumah.Saat masuk, tak lama kemudian seorang wanita paruh baya yang tampak berusia lima puluh tahunan yang bernama Emma, muncul dari arah dapur dengan menggunakan apron bercorak sapi tang melekat di tubuhnya yang agak berisi.Kedua sudut bibir Emma terangkat ke atas sambil berjalan menghampiri, kemudian menarik tubuh Alona ke dalam pelukannya,l sembari mengatakan, " akhirnya kamu datang juga dengan membawa seorang istri ke rumah ku, " ujarnya sembari melepas pelukannya, menatap Alona dengan tatapan penuh haru." Tunggu, aku bukan. . .Tiba-tiba ucapan Alona terhenti ketika perutnya berbunyi dengan cukup keras, semburat merah pun memenuhi wajahnya, spontan kedua tangannya menutupi seluruh wajahnya ka
" Melihat raut wajah mu yang tampak kelelahan, sepertinya kamu sangat menikmati malam mu bersama Ed, bagaimana? Bagus kan kamar yang aku siapkan untuk kalian berdua? " Tanya Emma sembari menaik turunkan kedua alisnya.Alona hanya tersenyum sembari menggerutu di dalam hati, kamarnya memang bagus dan nyaman, tapi ia tak bisa memejamkan kedua matanya bahkan untuk sedetik saja. Karena untuk pertama kalinya ia tidur satu ranjang dengan Edward.Sepanjang malam, jantungnya tak berhenti berdetak kencang, pipinya merona merah, di tambah otaknya bekerja memikirkan hal yang tidak-tidak, seperti tiba-tiba Edward bangun kemudian menerkamnya kemudian melakukan sesuatu yang ada dalam pikiran liarnya.Beberapa kali ia mengenyahkan pikiran itu dengan memikirkan Elios yang tengah asik bermain dengan Tomi Timi hingga pada akhirnya tanpa di sadari matahari telah terbit menggantikan sang rembulan.Di samping kursi Alona, Edward tiba-tiba merasa karena telah ikut andil mengerjai wanita di sampingnya,