Awalnya Alona hanya menemani Awan yang belum pernah masuk dan merasakan suasana di dalam sebuah klub yang terletak di pusat kota dekat kerajaan Maraham, karena ibunya, Emma melarangnya masuk ke tempat seperti itu dengan alasan usianya yang belum dewasa, padahal semua teman-teman seusianya selain dirinya, sering mengunjungi tempat yang di penuhi musik beat tersebut. Sebagai seorang anak, tentunya Awan tak berani melawan, apalagi ibunya akan sangat menakutkan jika sedang marah. Kendati begitu rasa penasarannya melebihi rasa ketakutan yang akan di hadapinya nanti, maka dari itu ia mengatakan pada Alona untuk tidak memberi tahu ibunya selepas pulang nanti.Karena sudah berjanji, Alona kemudian menganggukkan kepalanya sembari menautkan jari manisnya pada jari manis Awan.Saat pertama kali masuk, Awan sangat kegirangan dengan kedua mata yang terlihat berbinar, tanpa mempedulikan Alona, dia berjalan menuju lantai dansa yang berada di tengah-tengah klub, tanpa perasaan malu ia menari de
Esok paginya.Alona terbangun dengan kondisi kepala yang terasa berdenyut nyeri, pusing dan juga perutnya terasa mual, sembari memegangi kepalanya, ia berjalan turun dari ranjangnya kemudian berjalan menuju dapur untuk mengambil air.Setibanya di dapur, ia langsung berjalan menuju kulkas kemudian mengambil sebotol air dingin lalu menenggaknya hingga habis tak tersisa. Rasanya seperti nyawanya telah kembali kedalam tubuhnya, akan tetapi di detik berikutnya tubuhnya terdiam membeku teringat akan ucapan Awan yang menyuruhnya berjanji untuk tidak mengatakan bahwa mereka pergi ke klub, karena jika tidak ibunya akan membunuhnya.Akan tetapi dirinya malah memberitahu Emma dengan pulang dalam keadaan mabuk berat.Seketika tubuhnya merosot kebawah, menyadari akan kebodohan yang dilakukannya, seharusnya ia belajar menahan diri, jika sudah seperti ini apa yang harus ia lakukan sekarang? Mungkinkah Emma sudah memenggal kepala Awan? Dengan perasaan takut dan di penuhi perasaan menyesal,
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Alona dengan setia menemani Edward berkeliling ke sebuah pasar yang terletak tak jauh dari kediaman Emma, pria itu mengenakan dalaman turtleneck berwarna hitam yang kemudian di lapisi dengan blazer panjang berwarna coklat tua yang membuatnya terlihat tampan dan mempesona, sedangkan Alona hanya mengenakan dress panjang musim semi berwana Baby blue yang membuatnya terkesan manis namun tampak seksi dengan memperlihatkan bahunya yang jenjang nan indah.Seketika, keduanya menjadi pusat perhatian karena visualnya yang begitu enak di pandang.Namun, baik Alona maupun Edward, keduanya tak menyadari bahwa mereka telah menjadi pusat perhatian.Awalnya Alona tampak tidak terlalu menikmatinya, namun seiring berjalannya waktu, tanpa di sadari dirinya malah yang paling antusias menjelajahi pasar, membeli berbagai barang untuk di jadikan sebagai oleh-oleh nantinya, dia bahkan membeli sebuah bikini untuk Viona, padahal ia tak terlalu menyukai wanita karena si
Teresa pov.Seusai membeli hampir semua benda yang diinginkan oleh putri sulung sebagai kado ulang tahun, Teresa kemudian meminta izin pada sang ibu untuk pergi menemui seseorang.Tanpa menaruh rasa curiga apapun, Melina, ibu Teresa hanya menganggukkan kepalanya tanpa bertanya apapun lagi membiarkan dirinya menjaga sang cucu yang tengah asik memilah gaun untuk dikenakannya di hari pesta ulang tahunnya.Di sebuah bar bawah tanah, Teresa menemui pria misterius, ia menukarkan sejumlah uang banyak dengan sebotol wewangian yang katanya berfungsi untuk meningkatkan hasrat bercinta.Setelah mendapatkan benda yang diinginkannya, Teresa pun kembali menghampiri kedua orang tuanya dan juga putrinya yang ternyata sudah selesai memilih gaun mana yang akan dikenakan nanti.Sesampainya di rumah, Teresa meminta pada ibunya untuk menjaga Clarissa untuk sementara waktu. " Memangnya kamu mau kemana? " Tanya Melina.Dengan wajah malu-malu, Teresa hanya tersenyum penuh arti sebagai jawaban. Seaka
Tiga bulan kemudian.Semua keluarga kerajaan termasuk para menteri dan juga seluruh rakyat kota Maraham sangat antusias menyambut ulang tahun putri Clarissa, mereka berbondong-bondong menyiapkan kado spesial ulang tahun untuk sang putri untuk menarik perhatian sang Raja dan Pangeran.Hal ini bagaikan sebuah rutinitas wajib yang di lakukan setiap kelahiran anggota kerajaan, termasuk Ibu Suri Agung, Raja, Ratu, Pangeran dan Putri mahkota.Setiap hari spesial itu tiba, seluruh rakyat maraham dengan sengaja menutup toko-toko hanya untuk menghiasi jalanan dan mempersiapkan berbagai acara untuk bisa memenangkan hati anggota kerajaan. Sama halnya dengan yang mereka lakukan saat ini, seperti menghias jalan dengan bunga-bunga serta menyiapkan puluhan ribu lampion yang nantinya akan di terbangkan setelah sang putri meniup lilin.Di sisi lain, saat para rakyat tengah menyiapkan persiapan ulang tahun, di kediaman Zaiden. Clarissa sangat antusias menyambut pesta ulang tahunnya, ia sangat penas
Meski kedatangannya tidak di sambut dengan hangat, namun Alona cukup puas dengan melihat ekspresi Teresa dan juga ibunya yang tampak sangat terkejut sekaligus bingung tak tahu harus bersikap seperti apa padanya, ada tatapan khawatir yang terpancar dari sorot mata mereka.Berbeda dengan Enes Tikta, ayah Alona yang tampak senang namun juga terlihat bingung dan takut dengan perbuatannya di masa lalu. Takut jika putrinya akan membencinya dan tak lagi menganggapnya sebagai Ayahnya lagi karena ia menyadari bahwa dirinya memang pantas mendapatkannya. Menyadari apa yang tengah di pikirkan Ayahnya, Alona berjalan menghampiri sang Ayah sembari merentangkan kedua tangannya, " Setelah enam tahun kita tak bertemu, apa Ayah tak rindu padaku? "Enes Tikta terdiam sejenak, lalu di detik berikutnya ia menarik putrinya ke dalam dekapannya, memeluknya dengan erat sembari menangis, menyesali perbuatannya di masa lalu yang mungkin akan sulit di maafkan oleh siapapun termasuk dirinya sendiri. "
Karena Alona mengatakan bahwa dirinya tidur di sebuah penginapan, sebagai seorang Ayah, Enes Tikta mengajak Alona untuk kembali ke rumah.Namun, Alona tak langsung mengiyakan permintaan sang Ayah, ia terlebih dahulu mencuri-curi pandang pada ibu tirinya, Melina yang berdiri di samping Ayahnya.Seakan mengerti dengan sikap putrinya, Enes Tikta menatap istrinya, memintanya untuk menerima putrinya kembali ke rumah." Tentu saja, lagi pula rumah kita adalah rumah dia juga, kan Alona? "" Benarkah? Tapi bagaimana dengan masa laluku yang telah mencoreng nama baik keluarga? "" Sudahlah, yang lalu biarlah berlalu, Mama yakin orang-orang pasti telah melupakannya, jadi pulanglah bersama kami, " ucap Melina.Kedua sudut bibir Alona terangkat ke atas kemudian memeluk ibu tirinya, sebenarnya ia tahu bahwa ibu tirinya itu pasti sedang menahan amarah, kekesalan dan kebenciannya, tapi seperti dia lebih pandai menjaga imagenya di depan umum berbeda dengan Teresa yang tak bisa mengontrol ekspresi tak
Setelah menimbang-nimbang secara matang, Alona kemudian memutuskan untuk menerima tawaran tersebut dan seminggu kemudian mereka memutuskan untuk menikah dan tinggal bersama di samping rumah Emma beserta membawa Elios, Tomi, Timi dan juga Lipe. sedangkan Gerald yang sudah kembali di tugaskan untuk menjaga kastil bersama Viona meski wanita itu sempat menolak dan tak terima dengan pernikahan tuannya dengan Alona. Namun pada akhirnya ia hanya bisa pasrah menerima semuanya. Di awal minggu pertama pernikahan, Alona merasa sangat canggung dan juga mu berada di dekat Edward, terkadang tanpa di sadari ia menghindarinya.Namun seiring berjalannya menyusun rencana bersama-sama, Alona mulai terbiasa dengan kehadiran, kehangatan, perhatian Edwar padanya, bahkan tanpa di sadari dirinya selalu merindukan setiap sentuhan tangan sang suami, seperti yang tengah dilakukannya sekarang. Keduanya saling terhubung satu sama lain di bawah selimut untuk melepas rindu.Meski mereka baru berpisah be