Karena isi surat itu, membuat Alona tak bisa tidur sama sekali, bahkan untuk sekedar menutup kedua matanya saja terasa sangat sulit karena tubuhnya terus bergerak dengan gusar, kepalanya menoleh ke samping dan mendapati Putranya, Elios begitu terlelap bahkan terlihat tersenyum dalam tidurnya, menandakan bahwa tampaknya putranya tengah bermimpi indah, membuat Alona merasa sedikit iri. Tapi ia juga merasa senang melihat wajah bahagia putranya.Tak ingin mengganggu mimpi indah putranya, Alona kemudian memutuskan pergi keluar kamar untuk sekedar mencari udara segar.Tanpa di sadari, kedua kakinya membawanya ke tepi danau yang begitu terlihat bersinar di bawah indahnya cahaya sinar rembulan.Ia pun mendudukkan pantatnya di atas rumput sembari mengeluarkan surat pemberian Zaiden dan membacanya kembali, setelah membaca beberapa kali, Alona baru menyadari mengapa Zaiden mengatakan bahwa dia pernah menemukan jasadnya di tepi sungai padahal dirinya sendiri masih hidup dan bernafas? Dan kar
" Ibu, mereka sudah tiba! " Teriak seorang pemuda dari di depan pintu, pemuda itu bernama Awan yang usianya sekitar 17 tahun, dengan wajah sumringahnya ia menyambut dan mempersilahkan Edward dan Alona masuk ke dalam rumah kemudian membantu membawakan barang-barang yang ada di luar rumah.Saat masuk, tak lama kemudian seorang wanita paruh baya yang tampak berusia lima puluh tahunan yang bernama Emma, muncul dari arah dapur dengan menggunakan apron bercorak sapi tang melekat di tubuhnya yang agak berisi.Kedua sudut bibir Emma terangkat ke atas sambil berjalan menghampiri, kemudian menarik tubuh Alona ke dalam pelukannya,l sembari mengatakan, " akhirnya kamu datang juga dengan membawa seorang istri ke rumah ku, " ujarnya sembari melepas pelukannya, menatap Alona dengan tatapan penuh haru." Tunggu, aku bukan. . .Tiba-tiba ucapan Alona terhenti ketika perutnya berbunyi dengan cukup keras, semburat merah pun memenuhi wajahnya, spontan kedua tangannya menutupi seluruh wajahnya ka
" Melihat raut wajah mu yang tampak kelelahan, sepertinya kamu sangat menikmati malam mu bersama Ed, bagaimana? Bagus kan kamar yang aku siapkan untuk kalian berdua? " Tanya Emma sembari menaik turunkan kedua alisnya.Alona hanya tersenyum sembari menggerutu di dalam hati, kamarnya memang bagus dan nyaman, tapi ia tak bisa memejamkan kedua matanya bahkan untuk sedetik saja. Karena untuk pertama kalinya ia tidur satu ranjang dengan Edward.Sepanjang malam, jantungnya tak berhenti berdetak kencang, pipinya merona merah, di tambah otaknya bekerja memikirkan hal yang tidak-tidak, seperti tiba-tiba Edward bangun kemudian menerkamnya kemudian melakukan sesuatu yang ada dalam pikiran liarnya.Beberapa kali ia mengenyahkan pikiran itu dengan memikirkan Elios yang tengah asik bermain dengan Tomi Timi hingga pada akhirnya tanpa di sadari matahari telah terbit menggantikan sang rembulan.Di samping kursi Alona, Edward tiba-tiba merasa karena telah ikut andil mengerjai wanita di sampingnya,
Awalnya Alona hanya menemani Awan yang belum pernah masuk dan merasakan suasana di dalam sebuah klub yang terletak di pusat kota dekat kerajaan Maraham, karena ibunya, Emma melarangnya masuk ke tempat seperti itu dengan alasan usianya yang belum dewasa, padahal semua teman-teman seusianya selain dirinya, sering mengunjungi tempat yang di penuhi musik beat tersebut. Sebagai seorang anak, tentunya Awan tak berani melawan, apalagi ibunya akan sangat menakutkan jika sedang marah. Kendati begitu rasa penasarannya melebihi rasa ketakutan yang akan di hadapinya nanti, maka dari itu ia mengatakan pada Alona untuk tidak memberi tahu ibunya selepas pulang nanti.Karena sudah berjanji, Alona kemudian menganggukkan kepalanya sembari menautkan jari manisnya pada jari manis Awan.Saat pertama kali masuk, Awan sangat kegirangan dengan kedua mata yang terlihat berbinar, tanpa mempedulikan Alona, dia berjalan menuju lantai dansa yang berada di tengah-tengah klub, tanpa perasaan malu ia menari de
Esok paginya.Alona terbangun dengan kondisi kepala yang terasa berdenyut nyeri, pusing dan juga perutnya terasa mual, sembari memegangi kepalanya, ia berjalan turun dari ranjangnya kemudian berjalan menuju dapur untuk mengambil air.Setibanya di dapur, ia langsung berjalan menuju kulkas kemudian mengambil sebotol air dingin lalu menenggaknya hingga habis tak tersisa. Rasanya seperti nyawanya telah kembali kedalam tubuhnya, akan tetapi di detik berikutnya tubuhnya terdiam membeku teringat akan ucapan Awan yang menyuruhnya berjanji untuk tidak mengatakan bahwa mereka pergi ke klub, karena jika tidak ibunya akan membunuhnya.Akan tetapi dirinya malah memberitahu Emma dengan pulang dalam keadaan mabuk berat.Seketika tubuhnya merosot kebawah, menyadari akan kebodohan yang dilakukannya, seharusnya ia belajar menahan diri, jika sudah seperti ini apa yang harus ia lakukan sekarang? Mungkinkah Emma sudah memenggal kepala Awan? Dengan perasaan takut dan di penuhi perasaan menyesal,
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Alona dengan setia menemani Edward berkeliling ke sebuah pasar yang terletak tak jauh dari kediaman Emma, pria itu mengenakan dalaman turtleneck berwarna hitam yang kemudian di lapisi dengan blazer panjang berwarna coklat tua yang membuatnya terlihat tampan dan mempesona, sedangkan Alona hanya mengenakan dress panjang musim semi berwana Baby blue yang membuatnya terkesan manis namun tampak seksi dengan memperlihatkan bahunya yang jenjang nan indah.Seketika, keduanya menjadi pusat perhatian karena visualnya yang begitu enak di pandang.Namun, baik Alona maupun Edward, keduanya tak menyadari bahwa mereka telah menjadi pusat perhatian.Awalnya Alona tampak tidak terlalu menikmatinya, namun seiring berjalannya waktu, tanpa di sadari dirinya malah yang paling antusias menjelajahi pasar, membeli berbagai barang untuk di jadikan sebagai oleh-oleh nantinya, dia bahkan membeli sebuah bikini untuk Viona, padahal ia tak terlalu menyukai wanita karena si
Teresa pov.Seusai membeli hampir semua benda yang diinginkan oleh putri sulung sebagai kado ulang tahun, Teresa kemudian meminta izin pada sang ibu untuk pergi menemui seseorang.Tanpa menaruh rasa curiga apapun, Melina, ibu Teresa hanya menganggukkan kepalanya tanpa bertanya apapun lagi membiarkan dirinya menjaga sang cucu yang tengah asik memilah gaun untuk dikenakannya di hari pesta ulang tahunnya.Di sebuah bar bawah tanah, Teresa menemui pria misterius, ia menukarkan sejumlah uang banyak dengan sebotol wewangian yang katanya berfungsi untuk meningkatkan hasrat bercinta.Setelah mendapatkan benda yang diinginkannya, Teresa pun kembali menghampiri kedua orang tuanya dan juga putrinya yang ternyata sudah selesai memilih gaun mana yang akan dikenakan nanti.Sesampainya di rumah, Teresa meminta pada ibunya untuk menjaga Clarissa untuk sementara waktu. " Memangnya kamu mau kemana? " Tanya Melina.Dengan wajah malu-malu, Teresa hanya tersenyum penuh arti sebagai jawaban. Seaka
Tiga bulan kemudian.Semua keluarga kerajaan termasuk para menteri dan juga seluruh rakyat kota Maraham sangat antusias menyambut ulang tahun putri Clarissa, mereka berbondong-bondong menyiapkan kado spesial ulang tahun untuk sang putri untuk menarik perhatian sang Raja dan Pangeran.Hal ini bagaikan sebuah rutinitas wajib yang di lakukan setiap kelahiran anggota kerajaan, termasuk Ibu Suri Agung, Raja, Ratu, Pangeran dan Putri mahkota.Setiap hari spesial itu tiba, seluruh rakyat maraham dengan sengaja menutup toko-toko hanya untuk menghiasi jalanan dan mempersiapkan berbagai acara untuk bisa memenangkan hati anggota kerajaan. Sama halnya dengan yang mereka lakukan saat ini, seperti menghias jalan dengan bunga-bunga serta menyiapkan puluhan ribu lampion yang nantinya akan di terbangkan setelah sang putri meniup lilin.Di sisi lain, saat para rakyat tengah menyiapkan persiapan ulang tahun, di kediaman Zaiden. Clarissa sangat antusias menyambut pesta ulang tahunnya, ia sangat penas