" Hei! Siapa kamu?! " Tanya Geta." Bos, dia adalah pria yang kemarin mengganggu kami, jika bukan karenanya, toko kita sekarang pasti lebih ramai lagi dan juga Laon pasti tak akan mati, " ungkap salah satu bawahan Geta yang merupakan salah satu pria yang menyerang Alona waktu itu.Kedua bola Geta melotot marah, ia melirik wajah Zaiden dengan perasaan murka." Jadi dia orangnya, kalau begitu dia harus mati di tangan ku hari ini, " Geta pun kemudian mengeluarkan sebuah tongkat besi berduri dari telapak tangannya, tanpa ragu ia menyerang Zaiden dengan sangat brutal.Di sisi Zaiden, Karena harus melindungi bocah lelaki di pelukannya serta harus menangkis serangan musuh yang terus datang secara bertubi-tubi, membuat Zaiden kelelahan, bahkan di serangan berikutnya ia tak mampu menangkisnya, tubuhnya pun terpental keluar bar hingga punggungnya mengenai tembok yang berada di sisi jalan dan membuat retakan yang cukup besar di sana.Kendati begitu, ia masih memeluk dan melindungi bocah
Tangan Zaiden gemetar ketika menyadari ketika kepala Alona mengeluarkan banyak darah, bahkan dengan poison yang ia miliki tak membuat darahnya berhenti.Karena aroma darah milik Alona yang begitu menggoda, membuat Geta yang tengah hilang kendali semakin menggila, dia menyerang Zaiden dengan pemukul berduri di tangannya." Darah, darah darah! Aku ingin meminum darahnya! " teriak Geta.Meski tubuhnya sudah babak belur, namun Zaiden masih bisa menghindari serangan Geta, namun karena rasa kekhawatirannya terhadap luka yang di alami Alona membuatnya memutuskan untuk mengamankan wanita itu terlebih dahulu.Di tengah pertempurannya, ia melemparkan sebuah gas ke arah Geta untuk membawa Alona ke tempat yang lebih aman, sebelum kembali ke medan pertempuran Zaiden memberikan semua cairan poison yang ia punya pada Alona.Beberapa saat kemudian, pendarahan Alona pun sudah mulai berhenti, Zaiden yang merasa lega pun langsung memasang penghalang agar tak ada siapapun yang bisa mengambil wanitanya,
Di kediaman Wali Kota Berto.Seorang pria berbadan gemuk tengah memakan hidangan mewah berbahan dasar daging di atas meja dengan sangat rakus. Di bawah meja, dua anak perempuan tengah terduduk dengan sebuah rantai yang mengikat leher mereka, sembari menatap makanan yang tengah Berto kunyah dengan tatapan lapar, bahkan sesekali keduanya meneteskan air liur setiap kali aroma daging itu tercium.Namun, di tengah acara makannya, seorang pria berbaju hitam datang mendatanginya secara tiba-tiba." Tuan, saya ingin melaporkan bahwa Geta telah tewas. ' " Apa?! Siapa yang melakukannya?! " Teriak Geta dengan perasaan marah, ia pun menjatuhkan semua makanan yang tersaji di atas meja hingga membuat semua hidangan itu jatuh berserakan di lantai. Sontak hal itu membuat kedua anak perempuan itu saling memperebutkan makanan yang berserakan di lantai. " Soal itu saya belum mengetahuinya, tapi. . .Plak!! Sebuah tamparan keras mendarat di wajah pria itu berbaju serba hitam. Pria itu terdiam menga
Di waktu yang sama, Elios tertidur di samping ranjang menunggu sang ibu bangun dari tidurnya, sebelumnya ia sangat terkejut ketika Tuannya, Edward membawa pulang tubuh ibunya dengan kondisi luka yang cukup parah di bagian kepalan. Seketika perasaan bersalah pun muncul di dalam lubuk hatinya, karena jika bukan dirinya yang merengek untuk di belikan ice cream , mungkin hal buruk tak akan menimpa ibunya seperti ini.Edward yang menyadari hal tersebut, langsung menenangkan Elios dan mengatakan bahwa apa yang menimpa ibunya bukanlah salahnya melainkan takdir." Tapi. . . " Dari pada merasa bersalah seperti ini, lebih baik kamu menjaganya setelah Dokter Alvin menyelesaikan tugasnya. "Kepala Elios mendongkak menatap wajah Edward, seketika raut wajahnya berubah ceria, dengan penuh semangat berlari menghampiri Dokter Alvin yang hampir selesai mengobati luka ibunya, menanyakan apakah ada yang bisa di bantu? Sekaligus menanyakan kondisi dari ibunya.Dokter Alvin pun tersenyum melihat ting
Meski sudah tahu, namun Alona masih tidak nyaman dengan kehadiran Lipe, Gerald termasuk Viona yang paling mengganggu di antara lainnya, terlebih lagi pakaian minim yang dikenakannya hingga memperlihatkan belahan dada dan setiap lekuk tubuhnya yang berisi, sangat berbanding balik dengan tubuh kering kurus miliknya yang hampir menyerupai tengkorak. Adapun Lipe yang tidak banyak bicara membuat suasana selalu terasa canggung setiap kali berada di dekatnya berbeda dengan Gerald yang memiliki sifat humble dan juga ramah, meski terkadang pria itu memiliki sifat narsis tingkat dewa yang selalu menganggap bahwa wajahnya adalah pria paling tampan di kerajaan Vampir.Meski tak ingin mengakui, tapi Gerald memang memiliki wajah yang manis dan juga tatapannya yang begitu hangat hingga bisa melelehkan hati wanita manapun termasuk dirinya sendiri." Ada apa Nona? Apa kamu begitu sangat mengagumi ketampanan milik ku ini hingga kedua mata mu tidak berkedip sedikit pun menatap ku? " Tanya Gerald yang
Selama berjalan-jalan bersama dengan Gerald, Alona tampak tidak bahagia sama sekali, wajahnya tampak murung dan juga gelisah, seperti tengah memikirkan sesuatu bahkan beberapa kali tubuhnya tersenggol oleh orang yang berlalu-lalang hingga tubuhnya kehilangan keseimbangannya dan hampir terjatuh.Hal ini langsung di sadari oleh Gerald yang berhasil menjaga tubuh wanita itu tetap berdiri di sampingnya, melihat wajahnya yang tampak pucat membuatnya khawatir." Apa kamu merasa pusing? Bagaimana kalau kita sudahi saja jalan-jalan ini lalu pulang? " Tanyanya.Alona menoleh, dengan pelan ia menggelengkan kepalanya dan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, hanya saja dirinya sedang memikirkan benda apa untuk ia bawa pulang untuk Elios.Kedua mata Gerald menyipit, menyadari akan kebohongan yang dilakukan oleh Alona. Namun dirinya memilih menutup mata dengan berpura-pura tak menyadarinya kemudian tersenyum." Baiklah, tapi berjanjilah jika kamu merasa pusing atau sesuatu, jangan sungkan u
Zaiden pov.Setelah pengaruh obat bius itu habis, Zaiden pun akhirnya tersadar, perlahan ia membuka kedua matanya dan meringis kesakitan di bagian kepalanya yang terasa sangat pusing, di tambah kedua tangan dan kakinya terasa mati rasa. Kedua matanya mulai mengamati setiap sudut tempat itu yang begitu gelap dan juga lembab dan menyadari bahwa dirinya tengah berada di penjara bawah tanah.Ia kemudian mencoba mengingat kejadian sebelumnya yang membawanya ke tempat itu, hingga tak lama kemudian sebuah ingatan muncul di dalam benaknya dan menyadari bahwa dirinya telah terperangkap oleh Berto yang sudah di siapkan sejak awal Di sebrang ruang selnya, Zaiden bisa melihat Gilang yang kondisinya sama persis dengannya, kedua tangan dan kakinya di borgol dengan sebuah kalung besi yang melingkar di lehernya. Ia kemudian menggeser pandangannya ke samping ruang Sel Gilang.Seketika kedua bola matanya terbeliak ketika mendapati sekelompok anak Vampir jalanan yang di kurung dalam satu sel de
Mendengar perkataan Berto membuat Zaiden semakin murka, bagaimana bisa dia memperlakukan rakyatnya dengan sangat keji, apa dia tak memiliki hati? Berto kembali tertawa merasa sangat puas dengan ekspresi wajah Zaiden, ia pun tertawa terbahak-bahak, lalu memanggil beberapa bawahannya lagi untuk memindahkan anak-anak itu ke tempat yang baru.Tak lama kemudian, enam orang pria pun datang dengan membawa rantai, mereka mengaitkannya pada ke setiap borgol yang melingkar di leher anak-anak itu.Zaiden pun meronta, berteriak pada Berto untuk menghentikannya." Memangnya kamu siapa hah?! Menyuruhku seperti itu! " Teriak Berto yang murka sembari menampar wajah Zaiden hingga meninggalkan jejak di kulitnya yang putih, " kamu hanyalah anjing rendahan yang setia pada kerajaan hanya untuk sepotong sampah, " tambahnya lalu pergi meninggalkan penjara ruang bawah tanah itu.Zaiden menundukkan kepalanya, ia kemudian memusatkan seluruh kekuatannya dan berusaha menghancurkan borgol di kedua tangannya.Seke