Di waktu yang sama, Elios tertidur di samping ranjang menunggu sang ibu bangun dari tidurnya, sebelumnya ia sangat terkejut ketika Tuannya, Edward membawa pulang tubuh ibunya dengan kondisi luka yang cukup parah di bagian kepalan. Seketika perasaan bersalah pun muncul di dalam lubuk hatinya, karena jika bukan dirinya yang merengek untuk di belikan ice cream , mungkin hal buruk tak akan menimpa ibunya seperti ini.Edward yang menyadari hal tersebut, langsung menenangkan Elios dan mengatakan bahwa apa yang menimpa ibunya bukanlah salahnya melainkan takdir." Tapi. . . " Dari pada merasa bersalah seperti ini, lebih baik kamu menjaganya setelah Dokter Alvin menyelesaikan tugasnya. "Kepala Elios mendongkak menatap wajah Edward, seketika raut wajahnya berubah ceria, dengan penuh semangat berlari menghampiri Dokter Alvin yang hampir selesai mengobati luka ibunya, menanyakan apakah ada yang bisa di bantu? Sekaligus menanyakan kondisi dari ibunya.Dokter Alvin pun tersenyum melihat ting
Meski sudah tahu, namun Alona masih tidak nyaman dengan kehadiran Lipe, Gerald termasuk Viona yang paling mengganggu di antara lainnya, terlebih lagi pakaian minim yang dikenakannya hingga memperlihatkan belahan dada dan setiap lekuk tubuhnya yang berisi, sangat berbanding balik dengan tubuh kering kurus miliknya yang hampir menyerupai tengkorak. Adapun Lipe yang tidak banyak bicara membuat suasana selalu terasa canggung setiap kali berada di dekatnya berbeda dengan Gerald yang memiliki sifat humble dan juga ramah, meski terkadang pria itu memiliki sifat narsis tingkat dewa yang selalu menganggap bahwa wajahnya adalah pria paling tampan di kerajaan Vampir.Meski tak ingin mengakui, tapi Gerald memang memiliki wajah yang manis dan juga tatapannya yang begitu hangat hingga bisa melelehkan hati wanita manapun termasuk dirinya sendiri." Ada apa Nona? Apa kamu begitu sangat mengagumi ketampanan milik ku ini hingga kedua mata mu tidak berkedip sedikit pun menatap ku? " Tanya Gerald yang
Selama berjalan-jalan bersama dengan Gerald, Alona tampak tidak bahagia sama sekali, wajahnya tampak murung dan juga gelisah, seperti tengah memikirkan sesuatu bahkan beberapa kali tubuhnya tersenggol oleh orang yang berlalu-lalang hingga tubuhnya kehilangan keseimbangannya dan hampir terjatuh.Hal ini langsung di sadari oleh Gerald yang berhasil menjaga tubuh wanita itu tetap berdiri di sampingnya, melihat wajahnya yang tampak pucat membuatnya khawatir." Apa kamu merasa pusing? Bagaimana kalau kita sudahi saja jalan-jalan ini lalu pulang? " Tanyanya.Alona menoleh, dengan pelan ia menggelengkan kepalanya dan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, hanya saja dirinya sedang memikirkan benda apa untuk ia bawa pulang untuk Elios.Kedua mata Gerald menyipit, menyadari akan kebohongan yang dilakukan oleh Alona. Namun dirinya memilih menutup mata dengan berpura-pura tak menyadarinya kemudian tersenyum." Baiklah, tapi berjanjilah jika kamu merasa pusing atau sesuatu, jangan sungkan u
Zaiden pov.Setelah pengaruh obat bius itu habis, Zaiden pun akhirnya tersadar, perlahan ia membuka kedua matanya dan meringis kesakitan di bagian kepalanya yang terasa sangat pusing, di tambah kedua tangan dan kakinya terasa mati rasa. Kedua matanya mulai mengamati setiap sudut tempat itu yang begitu gelap dan juga lembab dan menyadari bahwa dirinya tengah berada di penjara bawah tanah.Ia kemudian mencoba mengingat kejadian sebelumnya yang membawanya ke tempat itu, hingga tak lama kemudian sebuah ingatan muncul di dalam benaknya dan menyadari bahwa dirinya telah terperangkap oleh Berto yang sudah di siapkan sejak awal Di sebrang ruang selnya, Zaiden bisa melihat Gilang yang kondisinya sama persis dengannya, kedua tangan dan kakinya di borgol dengan sebuah kalung besi yang melingkar di lehernya. Ia kemudian menggeser pandangannya ke samping ruang Sel Gilang.Seketika kedua bola matanya terbeliak ketika mendapati sekelompok anak Vampir jalanan yang di kurung dalam satu sel de
Mendengar perkataan Berto membuat Zaiden semakin murka, bagaimana bisa dia memperlakukan rakyatnya dengan sangat keji, apa dia tak memiliki hati? Berto kembali tertawa merasa sangat puas dengan ekspresi wajah Zaiden, ia pun tertawa terbahak-bahak, lalu memanggil beberapa bawahannya lagi untuk memindahkan anak-anak itu ke tempat yang baru.Tak lama kemudian, enam orang pria pun datang dengan membawa rantai, mereka mengaitkannya pada ke setiap borgol yang melingkar di leher anak-anak itu.Zaiden pun meronta, berteriak pada Berto untuk menghentikannya." Memangnya kamu siapa hah?! Menyuruhku seperti itu! " Teriak Berto yang murka sembari menampar wajah Zaiden hingga meninggalkan jejak di kulitnya yang putih, " kamu hanyalah anjing rendahan yang setia pada kerajaan hanya untuk sepotong sampah, " tambahnya lalu pergi meninggalkan penjara ruang bawah tanah itu.Zaiden menundukkan kepalanya, ia kemudian memusatkan seluruh kekuatannya dan berusaha menghancurkan borgol di kedua tangannya.Seke
Berto pov Nafas Berto begitu tersengal-sengal sembari menggertakkan giginya, karena luka fatal yang di terimanya membuatnya merasa telah kehilangan sebagian dari kehidupannya, terlebih lagi kekuatan teleportasinya terlalu banyak menguras energinya, di tambah dirinya juga membawa dua gadis kecil bersamanya, karena jika tidak, Shora pasti akan membunuhnya.Sebelumnya. . . Setelah ke enam pengawalnya dikalahkan dengan mudah oleh musuh, Berto yang merasa sangat kesal pun langsung menyerang Zaiden dengan kekuatan penuh, mengirim pria itu ke dalam dunia dimensi dan menjebaknya di sana selamanya. Berto pun langsung menyunggingkan bibirnya setelah melihat kerja kerasnya, kemudian menarik rantai yang terhubung dengan anak-anak Vampir itu. Akan tetapi, saat dirinya baru berjalan menaiki dua anak tangga, salah satu tangan yang memegangi rantai itu, telah terpisah dari tangannya. Seluruh tubuh Berto pun membeku, kedua bolanya terbeliak, ketika darah segar mengalir dari tangannya, di d
Meski tak tahu kemana kedua langkah kaki membawanya pergi, namun Alona tetap setia mengikuti kemana mereka membawanya pergi sembari mencari keberadaan Timi, adik Tomi.Sebelumnya, setelah pingsan kemudian tersadar kembali untuk waktu yang cukup lama.Tomi yang berusaha keras mempertahankan kesadarannya, meminta Alona untuk menyelamatkan adiknya dari genggaman Wali Kota Alvis, yaitu Berto.Ia berjanji akan membayar berapa pun bahkan jika harus memberikan nyawanya, asalkan adiknya bisa kembali dan selamat.Alona yang mengerti perasaan Tomi, langsung menarik bocah lelaki itu ke dalam pelukannya, mendekapnya sembari mengatakan bahwa dirinya bersedia membantu menemukan Timi, hanya saja ia tak yakin dengan kondisinya saat ini, ia tak bisa menjanjikan apapun pada Tomi. Bocah lelaki itu pun terdiam mendengarkan ucapakan Alona." Kalau begitu, aku akan. . ." Tapi, setidaknya aku akan berusaha keras agar bisa menemukan Timi apapun yang terjadi, " sela Alona sembari menarik tubuh Tomi kembali k
Alona tak pernah menduga bahwa dirinya akan kembali bertemu dengan Zaiden untuk ke tiga kalinya, namun rasa terkejutnya hilang, berganti dengan rasa cemas ketika melihat luka di tubuh pria itu. Sepertinya, pria itu telah mengalami pertarungan yang cukup sulit. Pastinya begitu, mengingat ledakan serta melihat lukanya yang masih belum sembuh." Bagaimana kamu bisa mengenal Timi? Apa dari Tomi? Dimana dia sekarang? " Tanya Zaiden secara berturut-turut.Bukannya menjawab, Alona malah menarik tangan Zaiden dan membawanya pergi ke sebuah taman yang berada tak jauh dari kantor keamanan.Sesampainya di sana, ia membawa pria itu duduk di sebuah kursi, kemudian mengeluarkan sebuah salep yang selalu di bawanya kemana-mana, tangannya begitu telaten mengoleskan salep obat pada luka yang ada di wajah Zaiden, tanpa di sadari ia menatapnya dengan tatapan sedih.Entah kenapa, tiba-tiba ia merasa dejavu, sepuluh tahun yang lalu pria itu selalu datang dengan keadaan terluka dan Alona yang selalu me