[Ding][Quest Utama (1) sudah dibuat][Tingkat kesulitan : Sangat sulit][Quest : Menyelamatkan Henry Tolando dari pasukan Ryan Buldone dan Larry][Durasi : 1 Jam][Hadiah : 2000 EXP + $20.000.000][Catatan : Host tidak akan bisa menggunakan kemampuan cari dan pindai selama quest berlangsung] “Sebuah quest baru,” gumam Davis ketika melihat informasi di layar hologram. “Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”“Kita memiliki waktu selama dua jam untuk bisa menyelamatkan Henry Tolando dari pasukan Ryan Buldone dan pasukan Larry,” ujar Davis.Sammy dan Don saling bertatapan, sedangkan Dave memacu mobil lebih kencang.Davis mengepalkan tangan erat-erat. “Kita tidak boleh terlibat langsung dalam pertarungan dan hanya fokus untuk menyelamatkan Henry Tolando sesuai rencana.”“Di mana Henry Tolando sekarang?” tanya Sammy.“Henry Tolando kemungkinan masih berada dalam perjalanan menuju tempat pertemuan. Sammy pertintahkan Levi, Stevan, dan Ramos untuk mengawasi Henry Tolando, lalu peri
Ini bukan kali pertama Henry Tolando berada dalam situasi berbahaya. Banyak orang yang membencinya dan ingin menghabisinya. Akan tetapi, ia berhasil selamat hingga saat ini. “Aku merasakan firasat buruk kali ini. Apa aku akan mati?”Henry Tolando mengepalkan tangan erat-erat. Ia bergabung bersama dua temannya dan berbincang kembali. Firasat buruknya tidak menghilang meski ia sudah mendapatkan laporan mengenai penjagaan yang diperketat.Henry Tolando mendongak ke langit. Ia ingin segera mengakhiri pertemuan ini secepat mungkin, tetapi ia harus memikirkan alasan yang tepat. Ia mulai menduga-duga apakah kedua temannya terlibat dalam masalah ini.“Aku berharap jika pertemuan kita malam ini berlangsung lama, tetapi kedua putriku memintaku pulang sekarang karena istriku terjatuh.” Salah satu teman Henry Tolando memilih pamit, meninggalkan rooftop bersama beberapa pengawalnya.“Apa kau juga akan pergi?” tanya Henry Tolando seraya tertawa.“Kaulah yang tampaknya ingin segera pergi, Henry. Aku
Suasana pusat kota semakin ramai dari waktu ke waktu. Pasukan Ryan Buldone dan Larry sudah tersebar di berbagai lokasi. Di saat yang sama, para tiruan Henry Tolando bergerak ke berbagai arah untuk mengecoh musuh.Henry Tolando tengah mengamati pemandangan kota, mengepalkan tangan erat-erat. Jantungnya berdebar sangat kencang, tetapi ia justru tersenyum. “Aku sudah pernah melewati hari-hari yang buruk dan menakutkan, tetapi aku tidak pernah merasa setegang ini sebelumnya. Ini benar-benar menarik.”Henry Tolando tertawa. “Aku penasaran dengan apa yang akan terjadi nanti. Apa aku masih bisa melihat matahari esok?”Henry menoleh ke arah pintu, berbaring di ranjang. Begitu matanya tertutup, ponselnya berbunyi dengan keras. Ia segera bangkit, memegang ponselnya.Seorang pengawal mengetuk pintu dengan cepat. “Keadaan darurat. Musuh datang menyerang. Kita harus segera pergi dari tempat ini secepatnya, Tuan. Ikuti aku sekarang.”Henry Tolando berdecak. “Dasar brengsek! Mereka berhasil mengetah
Seluruh bagian pusat kota mendadak gelap gulita. Beberapa ruas jalan tiba-tiba macet. Suara klakson mendadak bersahutan. Beberapa pengemudi terlibat kecelakaan hinga menimbulkan perkelahian di jalana. Sementara itu, para penjalan kaki mulai bertanya-tanya mengapa listrik cadangan tidak kunjung menyala.Ryan Buldone tertawa terbahak-bahak melihat Guilthonia menjadi gelap. Ia menghabiskan minuman dalam beberapa tegukan. “Ini pasti akan menjadi pesta yang menyenangkan. Henry, apa yang akan kau lakukan agar selamat dari penyerangan ini?”Ryan Buldone menerima panggilan dari Lucas. “Kenapa kau menghubungiku, Lucas? Bukankah kau sangat sibuk dengan pekerjaanmu sekarang?”“Aku ingin memastikan jika kau mengerjakan pekerjaanmu dengan benar,” ketus Lucas seraya mengamati laporan dari para bawahannya. “Aku tidak ingin membuang-buangku.”“Aku sudah terbiasa menyingkirkan beberapa orang yang bermasalah. Kau tentu tahu bagaimana hasil pekerjaanku selama ini.” Ryan Buldone tertawa. “Aku akan memast
Rombongan mobil melaju sangat cepat di jalan yang lurus, melewati pepohonan di sisi kiri dan kanan. Suasana nyaris gelap gulita. Lampu mobil menjadi satu-satunya sumber cahaya. Listrik masih belum menyala di seluruh kota.Di saat yang sama, rombongan pasukan Ryan Buldone mengejar dari belakang, sedang pasukan Larry sudah menunggu di depan. Sementara itu, Davis dan pasukannya sudah menyebar ke berbagai arah, termasuk kawasan sungai dan hutan.Henry Tolando berdecak ketika mengamati layar. “Aku sudah terjebak, sedangkan pasukan bantuan masih tertahan perbatasan. Jika musuh menjebakku di daratan, aku hanya perlu melarikan diri melalui udara atau sungai. Aku tampaknya akan masuk angin malam ini.”Henry Tolando tersenyum ketika mendapatkan informasi jika pasukannya sudah bergerak dan berada cukup dekat dengan lokasinya saat ini. “Aku hanya perlu bertahan beberapa menit lagi sampai pasukannya menghalahkan pasukan musuh.”Suara ledakan tiba-tiba terdengar, disusul oleh suara dentuman yang cu
“Dasar brengsek!” Henry Tolando bergegas berlari bersama beberapa pengawalnya. Ia mengawasi keadaan sekeliling, meringis kesakitan. “Kepala dan bahuku berdarah, dan kaki kiriku terkilir. Aku pasti akan membalas siapa pun yang melakukan ini padaku.”Henry Tolando menoleh ke belakang sesaat, menaiki sepeda listrik di belakang salah satu pengawalnya. Ia melihat helikopter mulai terbang ke hutan.“Tenanglah, Tuan. Anda pasti akan selamat. Aku janji ….” Pengawal Henry Tolando tiba-tiba terjatuh hingga sepeda listrik ambruk.“Sial!” Henry Tolando meringis ketika kaki kirinya tertimpa pengawalnya. Ia berusaha menarik kakinya, terkejut ketika para pengawalnya mulai berjatuhan dan tidak sadarkan diri. “Dasar brengsek! Jangan mendekat!”Henry Tolando mengarahkan pistol ke sekeliling. Ia melihat para pengawalnya terus berjatuhan ke tanah. “Menjauh dariku sekarang! Aku akan”Henry Toland tiba-tiba tidak sadarkan diri, terbaring di tanah. Sekelompok orang tiba-tiba muncul dari persembunyian, lalu
“Apa yang sebenarnya kau rencanakan, Davis?” tanya Henry Tolando saat melihat sosok tiruannya di layar ponsel.“Aku membutuhkan kerja samamu untuk menyukseskan rencana ini. Kau bisa menganggap ini adalah kerja sama pertama kita.” Davis duduk di kotak kayu. “Aku sudah mempersiapkan seseorang yang akan berperan sebagai dirimu di rumah sakit. Para anggotaku akan menjadi sosok tiruanmu selama berada di rumah sakit. Kita akan mengecoh Lucas Frangkrut dan Ryan Buldone.”“Apa kau pikir rencana itu akan berhasil?” Henry Tolando tersenyum sinis.“Kita tidak akan tahu sebelum kita mencobanya, bukan?” Davis tersenyum. “Selama sosok tiruanmu berada di rumah sakit, kau akan bersembunyi di sebuah tempat.”Henry Tolando tertawa. “Kau tampak yakin dengan rencanamu. Kau harus tahu jika Lucas Frangkrut dan Henry Tolando sudah menyusupkan penyusup ke dalam pasukanmu. Kalaupun aku pergi, mereka akan melaporkan rencana kita.”“Salah satu pasukanku berhasil mendapatkan ponsel salah satu pengawal Ryan Buldo
Ryan Buldone mengamati pusat kota yang kembali normal. Ia menerima panggilan dari pengawal setianya. “Aku tidak ingin mendengar kabar buruk sedikit pun.”Pengawal itu terdiam sesaat. “Aku memiliki kabar baik dan kabar buruk, Tuan.”Ryan Buldone mendengkus kesal. “Katakan.”“Kita sudah menemukan keberadaan Henry Tolando. Dia berada di salah satu rumah sakit yang berada di Prindatown. Kondisinya sangat kritis. Pasukanku sudah memasuki rumah sakit dan siap untuk menghabisinya. Sayangnya, pasukanny sedang bersiaga di sana.”“Lalu, apa berita buruknya?”“Salah satu bawahanku kehilangan ponselnya saat pertarungan. Pasukan Henry Tolando tampaknya mengambil ponselnya.”“Dasar brengsek!” bentak Ryan Buldone, “Henry Tolando bisa mengetahui jika aku adalah pelaku penyerangan malam ini. Dia juga bisa mendapatkan banyak informasi penting mengenai aktivitasku.”“Aku sudah mengirimkan pesan pada Tim IT untuk memblokir ponsel tersebut.”“Awasi Henry Tolando dengan ketat. Jika memungkinkan, habisi di
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m