Hans tampak tegang ketika memasuki ruangan Sebastian. Ia melihat Trex, Frans, Willy, Nathan, dan Paula berada di belakang pria tua itu.Paula berjalan melewati Hans, mengunci pintu, lalu kembali berdiri di belakang Sebastian bersama yang lain.Trex memberi anggukan pada Sebastian.Sebastian berdiri dari kursi roda. “Hans, aku mengenal kedua orang tuamu. Kami bekerja di tempat dan untuk tuan yang sama. Hanya saja kami memiliki pekerjaan yang berbeda.”“Benarkah?” Hans tersenyum lebar. Ia segera menutup mulut ketika Trex memberinya tanda untuk diam.“Trex, Frans, Willy, Nathan, Paula, Sammy, Don, Benjamin, dan orang-orang yang kau belum temui karena masih dalam tugas adalah orang-orang yang juga bekerja dengan tuan yang sama dengan kedua orang tuamu. Apa orang tuamu pernah bercerita mengenai tuan mereka yang tinggal di Oaktown?”“Ayah dan ibuku mengatakan bahwa mereka bekerja sebagai koki di sebuah keluarga kaya raya yang tinggal di Oaktown. Akan tetapi, mereka hanya bekerja selama bebe
Lucas dan Levon masih berada di ruangan, menunggu kedatangan si Dewa Kematian.“Kita harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit hanya untuk bertemu dengan si Dewa Kematian. Meski begitu, pertemuan ini tidak menjamin jika kita bisa merekrut si Dewa Kematian ke pihak kita. Untuk bisa merekrutnya kita harus melewati berbagai proses yang sangat panjang,” ujar Levon.“Aku yakin kita bisa merekrut si Dewa Kematian, Levon. Tempat ini adalah tempat ilegal yang sudah melanggar izin. Tidak sedikit orang yang mati di tempat ini. Jika pemilik tempat ini tidak memberikan si Dewa Kematian pada kita, aku bisa menyeretnya dan bahkan semua orang di tempat ini ke penjara.” Lucas mengepalkan tangan erat-erat.“Kau terlihat tidak yakin, Ayah.”Sementara itu, seorang berbusana rapi sedang berjalan mengikuti seorang pria. Ia hanya mendengarkan ocehan pria itu tanpa ingin membalas ucapannya.“Kau hanya perlu diam seperti sekarang di saat aku menjelaskan semuanya.” Pria itu berhenti di depan sebuah ruangan.
Davis seketika terbangun ketika Sammy dan Don melesatkan tendangan ke arahnya, menahan tendangan tersebut dengan kedua tangan. Ia terdorong mundur ketika Sammy dan Don kembali melayangkan tendangan susulan.“Waktumu habis, Davis. Kau bisa beristirahat,” ujar Sammy.Sammy dan Don meninggalkan ruangan.Davis berdiri, menyentuh cincin, mengamati layar hologrom yang menunjukkan statusnya saat ini. “Bukankah aku seharusnya naik ke level 19? Kenapa aku melihat pemberitahuan jika aku mencapai level 20? Aku juga melihat sistem melakukan pembaharuan secara otomatis.”[Nama Host: Davis][Keluarga: Miller][Status Pewaris: Level 19 (0000/1900)][Health Point: 34/39][Kekuatan: 35 | Pertahanan: 36 | Kecerdasan: 32 | Kelincahan: 35][Money Power: $1.050.270.000]Davis meneguk minuman dengan tatapan yang tak beralih dari layar. “Apa mungkin terjadi kesalahan pada sistem?”Davis menyentuh tombol history. “Tidak ada catatan mengenai pemberitahuan yang aku lihat barusan. Aku sepertinya keliru.”Davi
“Sial! Kenapa kebanyakan dari kita berakhir di tempat-tempat kumuh seperti ini?” tanya Levi seraya turun dari mobil.“Kau pernah mendengar soal kembali ke tempat asal? Dari jalanan kembali ke jalanan.” Stevan tertawa, menatap beberapa orang yang tengah mengawasinya dan Levi.“Kau yakin ini adalah tempat tinggal Chris?”“Tempat ini adalah tempat asal Chris. Aku sebenarnya pernah mengunjungi tempat ini beberapa kali sebelum aku bertemu denganmu dan yang lain. Sayangnya, aku tidak pernah bertemu dengannya.”“Lalu kenapa kau membawaku ke tempat ini, Stevan? Bukankah kita hanya membuang-buang waktu di sini?” ketus Levi.“Aku cukup yakin jika kita bisa mendapatkan petunjuk di tempat ini. Aku mencurigai seseorang karena dia mengawasiku ketika aku berada di sini.” Stevan mengawasi sekeliling, tersenyum. “Aku melihat orang itu sekarang. Dia sedang mengawasi kita. Dia berada di jalur kiri, bersembunyi di dinding rumah.”“Aku yang akan mengurus orang itu.”“Jangan membuat keributan di tempat ….”
[Nama Host: Davis][Keluarga: Miller][Status Pewaris: Level 19 (350/1900)][Health Point: 39/39][Kekuatan: 35 | Pertahanan: 36 | Kecerdasan: 32 | Kelincahan: 35][Money Power: $1.050.500.000]Waktu berjalan dengan cepat. Davis terus mencari anggota baru ke beberapa kota. Namun, ia belum menemukan orang yang cocok meski sudah mencari hingga lima hari lamanya. Beberapa di antara mereka justru terkesan ingin memanfaatkannya.Davis belum mendapatkan informasi mengenai Adrian, Vian, Ian, Lucky, serta Christoper hingga saat ini. Di saat yang sama, perekrutan anggota pasukan baru terus berlangsung hingga sekarang. Davis, Sammy, dan Don kembali ke Galatown. Malam ini adalah pertemuan Levon dengan Jack, Edwin, Russel, dan Roland.“Hans sudah pergi ke tempat kursus pagi tadi. Dia tampak bersemangat,” ujar Davis ketika melihat tayangan perpisahan Hans dengan Angela, Alex, Jacob, dan Sarah.Mobil tiba di hotel beberapa menit kemudian. Davis, Sammy, dan Don berkumpul di sebuah ruangan. Tak la
Jack, Edwin, Russel, Roland, dan satu pengawal mereka tiba di ruangan. Keempat pria itu duduk saling berhadapan, memilih menutup mulut masing-masing.Jack, Edwin, Russel, dan Roland tampak tegang. Mereka mempersiapkan pertemuan malam ini dengan sebaik mungkin, termasuk kemungkinan jika pertarungan terjadi. Pasukan mereka sudah berjaga di sekeliling lokasi pertemuan.Sebuah mobil melaju cepat di jalan. Levon mengamati sisi kiri dan kanan jalan, tersenyum ketika mendengar penjelasan dari bawahannya di telepon.“Orang-orang bodoh itu sangat waspada. Mereka menyiapkan pasukan mereka di sepanjang lokasi pertemuan.” Levon tertawa. “Mereka tampaknya lupa jika aku sudah mengetahui kekuatan mereka. Aku bisa mengalahkan mereka dengan mudah.”Mobil menepi di depan gedung. Levon turun dari mobil, mengikuti beberapa pelayan yang menyambut di lobi gedung. Ia tersenyum ketika melihat Jack, Edwin, Russel, dan Roland sudah berada di dalam ruangan.“Apa aku datang terlambat?” Levon duduk di kursi, meng
Levon segera menghubungi seseorang. “Segera retas sistem keamanan keluarga Smiledone sekarang juga, dan beri tahu aku hasilnya secepatnya. Jika Edwin memiliki hubungan dengan Dylan, maka aku semakin memiliki alasan kuat untuk menghancurkannya.”Levon mendengkus kesal, berjalan keluar ruangan dengan tergesa-gesa. “Kalian akan tahu akibatnya ketika berurusan denganku. Aku sudah cukup sabar menghadapi kalian, tapi kalian justru membuatku kesal.”Jack, Edwin, Russel, dan Roland meninggalkan gedung. Mereka berpencar ke empat arah yang berbeda.“Edwin, apa benar kau memiliki rekaman itu?” tanya Eslon.“Tutup mulutmu, brengsek!” ketus Edwin seraya menatap pemandangan kota. Ia merasakan jantungnya berdetak sangat kencang.“Aku sudah menduga jika kau hanya asal bicara karena emosi, Edwin. Kau sudah memilih pilihan yang salah. Aku sangat yakin Levon tidak akan melepaskanmu dengan mudah. Jika dia mengirim orang untuk mencelakaimu, aku dan yang lain akan kesulitan untuk melindungimu. Keselamatan
“Quest Rahasia?” gumam Davis ketika melihat pemberitahuan di layar hologram. “Apa itu Quest Rahasia?”[Quest Rahasia adalah sebuah quest yang bersifat rahasia. Host boleh menolak ataupun setuju dengan quest tersebut. Host tidak akan mendapatkan pengurangan EXP dan Money Power jika menolak Quest Rahasia. Jika Host setuju untuk melakukan Quest Rahasia, maka informasi mengenai quest dan reward akan terbuka][Ketika Host sudah setuju dan mengetahui informasi mengenai quest, lalu Host gagal melakasanakan quest, maka EXP dan Money Power akan dikurangi][Ketika Host menolak untuk menjalankan quest setelah informasi mengenai quest terbuka, maka Host akan kehilangan dua kali lipat EXP dan Money Power dari jumlah reward]“Quest nyaris selalu berhubungan dengan peristiwa yang terjadi dan berhubungan denganku. Aku harus bisa menerka quest apa yang akan sistem berikan padaku sekarang.”[Apakah Host setuju untuk menjalankan Quest Rahasia?][Ya/Tidak]“Ini pertama kalinya aku mendapatkan Quest Rahas
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m