“Dariel, Deric,” gumam Davis seraya memacu mobil lebih cepat.Davis tersenyum. “Apa kau tahu nama pria yang memakai topeng rubah merah?”Jacob diam sesaat. “Jika melihat gestur wanita bernama Daisy, pria bertopeng rubah merah itu bernama Dariel. Aku bisa melihat mereka cukup jelas karena mereka berkumpul di dekat tiang listrik.”“Jadi, nama asli Roxy adalah Dariel.” Davis mencengkeram kemudi lebih erat. “Aku sudah pernah melihat wajah asli Roxy dan sekarang mengetahui nama aslinya. Aku hanya tinggal mengetahui tujuan aslinya menangkapku. Apa Roxy maksudku Dariel sekadar ingin mengalahkanku seperti The Street Boss atau dia memiliki tujuan lain?”Davis menoleh pada cincinnya sesaat. “Aku masih penasaran kenapa sistem tidak mengeluarkan gelombang merah seperti waktu itu.”Davis mengembus napas panjang, melirik Jacob yang sudah tertidur. “Aku sebaiknya beristirahat sekarang.”Davis dan Jacob tiba di rumah sakit, mendapatkan perawatan. Mereka keluar dari ruangan, bersiap untuk pulang.“Kau
“Kesetiaan Jacob terus meningkat,” gumam Davis, tersenyum.Jacob memejamkan mata erat-erat, mengembus napas panjang. Pria itu seperti mendapatkan cahaya yang menerangi hidupnya yang kelam, dan sebuah jalan untuk tetap menikmati hidup yang selama ini ia anggap tidak adil.“Aku akan pergi ke Galatown siang nanti. Aku ingin kau fokus pada perbaikan rumah sakit dan persiapan membangun perusahaan. Kita akan terus saling bertukar kabar.”“Aku mengerti.” Jacob mengangguk beberapa kali, tersenyum lebar. “Apa aku harus memanggilmu dengan panggilan bos mulai sekarang?”Davis tertawa. “Itu tidak perlu. Kita bisa berbincang seperti seorang teman.”Davis dan Jacob meninggalkan hotel, pergi ke klinik.“Aku sangat menantikan kabar baik darimu, Jacob,” ujar Davis sesaat sebelum pamit.“Aku akan melakukan yang terbaik.”Davis melajukan mobil dengan cukup cepat, meninggalkan Jacob.Jacob mengembus napas panjang, tetap berada di sisi jalan sampai akhirnya mobil Davis menghilang. Pria itu memasuki klinik
“Itu pilihan yang menarik.” Rebecca menarik tangan Davis. “Kita bisa pergi sekarang.”“Rebecca.” Davis terkejut.Rebecca perlahan melepas tangan Davis meski tidak menginginkan hal itu. Ia merasa nyaman dan terlindungi ketika berada di dekat Davis.Davis, Susan, Rebecca, Emmely, Romeo, Gabriel, Joseph, dan Paul berkumpul di sisi pantai, memakai pelampung. Sebuah perahu pisang tak lama setelahnya menepi.Davis menaiki perahu lebih dahulu.“Davis, bisakah kau menolongku?” Rebecca mengulurkan tangan.Susan yang akan mengulurkan tangan menarik kembali tangannya.Davis meraih tangan Rebecca, menarik wanita itu ke perahu. Rebecca menggunakan kesempatan itu untuk memeluk Davis.Davis terkejut ketika Rebecca memeluknya. “Rebecca, kau bisa duduk sekarang.”“Rebecca benar-benar menjijikkan.” Emmely memutar bola mata. “Dia sudah benar-benar gila karena menyukai Davis.”“Kau harus melaporkan hal ini pada Paman Loius, Emmely. Rebecca tidak boleh sampai jatuh cinta pada pria tidak berguna seperti Da
Ethan terkejut ketika melihat Toba, Lexy, dan John di kantor polisi. Ketika ia sedang membersihkan halaman gedung penjara, seorang sipir tiba-tiba memanggilnya dan mengatakan jika ia bebas dari penjara.“Apa kalian yang membebaskanku dari penjara?” tanya Ethan seraya menoleh pada Toba, Lexy, dan John bergantian. Ia masih bingung dan canggung ketika berhadapan dengan tiga pria yang dikenal sebagai The Street Boss.“Ya, kau benar. Kamilah yang sudah membebaskanmu dari penjara dengan uang yang tidak sedikit,” kata Toba dengan tatapan tajam.“Ke-kenapa kalian melakukannya? Kita tidak saling mengenal secara pribadi.”“Ikuti kami. Kami akan menjelaskan semuanya di markas.” Toba meninggalkan ruangan. Lexy menyusul dari belakang.John melemparkan pakaian pada Ethan. “Pakailah dengan cepat dan jangan membuat kami menunggu.”Ethan melihat kepergian Toba, Lexy, dan John. Pria itu dengan cepat mengganti pakaian. “Apa tujuan mereka? Aku yakin mereka tidak membebaskanku dari penjara dengan gratis.
“Kita akan menculik wanita bernama Susan.” Ethan tersenyum bengis. “Davis mencintai wanita itu sejak lama, tapi dia mendapat penolakan. Jika kita menculik wanita itu, Davis pasti akan datang mencari kita. Saat dia datang, kita bisa menghabisi Davis sekaligus menikmati Susan sebagai hadiah.”Toba, Lexy, dan John tertawa terbahak-bahak.“Aku suka rencanamu. Lakukan dengan segera. Aku tidak sabar untuk menghajar Davis dan mengembalikan namaku,” ujar Toba.“Kami akan melakukan rencana itu secepatnya.”“Apa yang kalian butuhkan untuk rencana kalian?”“Uang dan kendaraan.”Toba menoleh pada Lexy. “Lexy akan memberikan yang kalian butuhkan.”“Dasar brengsek! Kenapa harus aku yang mengeluarkan uang?” Lexy melemparkan sebuah amplop dan kunci mobil pada Ethan.“Karena aku kalah taruhan, Lexy.” John tertawa.Etha, Rico, dan Felix keluar dari ruangan, menuruni tangga.”“Susan adalah wanita yang bodoh. Dia akan mudah menjadi target kita.” Ethan tertawa. “Aku terkejut ketika mengetahui Davis bisa m
Davis dengan cepat menggendong Sarah, melirik anak kecil itu yang tampak ketakutan. “Sarah, bisakah kau menutup mata?”Sarah mengangguk, menutup mata dengan kedua tangan.“Jangan mengintip dan membuka matamu sampai aku menyuruhmu. Kau mengerti?” Davis mengawasi sekeliling. “Jumlah mereka semakin banyak.”Davis tiba-tiba berlari ke arah kanan, menendang dua pria yang menghadangnya dari depan hingga tumbang, berkelit dari serangan yang datang dari samping dan berlakang.“Dasar sialan! Jangan biarkan pria itu kabur dan membawa barang kita,” perintah pria gondrong yang berbicara dengan Davis tadi.Davis berlari secepat mungkin, mengawasi keadaan sekeliling. “Jalanan sangat sepi. Aku tidak melihat kendaraan maupun orang-orang.”“Apa aku masih harus menutup mataku?” tanya Sarah.“Kau masih harus menutup matamu.” Davis belum melihat keberadaan pos polisi. Begitu menoleh ke belakang, ia tidak menemukan kelompok itu mengejarnya.Davis mengambil sebuah balok kayu, mengawasi sekitar. “Mereka pas
Davis segera pergi ke tempat festival. Suasana sudah sangat sepi. Ia memasuki lubang besar di pagar belakang, melewati rumput-rumput setinggi paha dan juga deretan barang-barang bekas.Davis bersembunyi di balik tumpukan kotak kayu besar ketika melihat lima orang pria di depan sebuah bangunan tua. Ia mengambil jalan memutar dan kembali menemukan empat pria yang berjaga.“Pria gondrong tadi berada di antara para berandalan itu. Dia sepertinya pemimpin para penculik.” Davis mengamati sebuah jendela yang bercahaya. “Aku sudah melaporkan kecurigaanku pada polisi. Aku harap mereka segera bertindak, tapi aku tidak boleh terlalu mengandalkan mereka.”Davis mendekat dengan gerakan senyap, bersembunyi di balik pohon. “Menurut informasi dari berita, anak-anak yang diculik adalah anak-anak dari kalangan ekonomi bawah dan anak-anak jalanan. Para penculik sengaja mengincar anak-anak dari kalangan ekonomi lemah karena mereka tahu jika orang tua mereka tidak akan bisa menebus anak-anak mereka. Para
Davis mengambil balok kayu dari balik pinggang, mengayunkan balok kayu ke arah pistol di tangan si pria botak. Akan tetapi, pria botak itu lebih dahulu mundur, kembali berlari.Suara ledakan tiba-tiba terdengar. Davis dan si pria botak berhenti untuk sesaat. Asap mengepul dari empat arah berbeda. Tak lama setelahnya, terdengar suara sirine polisi.“Dasar brengsek! Kenapa mereka bergerak ke tempat ini? Bukankah bos sudah menutup mulut mereka?” Pria botak mendengkus kesal, bergegas memasuki mobil, melajukan mobil meninggalkan bangunan tua.Davis segera menaiki sebuah pohon, mengawasi sekeliling. “Tidak ada rombongan mobil polisi yang datang ke tempat ini. Aku juga tidak menekan tombol petasan dan membunyikan suara mobil polisi. Siapa yang menyembunyikan sirine polisi dan meledakkan petasan?”Davis melompat turun, berlari menuju pintu masuk, mengawasi keadaan sekeliling. Pria itu terdiam ketika mendengar beberapa benda terjatuh.Davis membuka pintu lebar-lebar, berlari ke dalam ruangan.
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m