Dariel tersenyum, mengambil ancang-ancang, melompat ke bawah tanpa ragu. Tubuhnya melesat turun. Rasa penasarannya pada Davis mengalahkan ketakutannya jika ia tidak selamat.Dariel mengulurkan tangan di saat jaraknya dengan Davis sudah cukup dekat.Davis merasa waktu melambat. Tubuhnya tidak bergerak, tetapi tangan Dariel justru semakin mendekat padanya. Di saat yang sama, sistem terus memberikan peringatan.Dariel tersenyum di balik topengnya. Ia melihat cincin Davis terus bersinar merah. Jika topengnya, cincin, dan ponselnya kembali rusak saat menyentuh Davis, maka dugaannya benar dan kesimpulan timnya salah.Davis tersadar ketika listrik mendadak mengalir dari arah cincinnya. Pria itu segera bergeser ke samping di saat Dariel akan menangkapnya. Ia menyemprotkan cairan yang diberikan Jacob.Dariel terkejut dan dengan cepat menendang cairan hingga jatuh ke tanah. Pria itu tersenyum saat Davis berhasil lolos. Ia menggapai salah satu anak tangga, bergelantungan sesaat, menjatuhkan dir
Daisy terdorong agak jauh hingga terjatuh. Senyum bahagianya dengan cepat pudar, berganti dengan kekesalahan. “Astaga.”Daisy memelotot tajam, menatap lubang pagar dengan tatapan tak percaya. “Davis mendorongku dan meninggalkanku dengan keadaan menyedihkan seperti ini.”Daisy meremas rok dengan sangat kencang. “Dia benar-benar menyebalkan!”Daisy ingin berteriak sekeras mungkin, tetapi ia takut jika hantu merasa terganggu dan muncul serempak di dekatnya. Ketika akan berdiri, wanita itu melihat kain kemeja di tanah.Daisy berdiri, mengamati kemeja selama beberapa waktu. Ia tersenyum ketika mengingat kain itu dipakai Davis saat akan menolongnya.Daisy memungut kain itu, mencium baunya. Seluruh tubuhnya mendadak bergetar ketika mengingat aroma dan bau Davis ketika mereka nyaris berpelukan. “Ini kemeja yang Davis pakai. Dia menjatuhkannya di sini.”Daisy tersenyum semakin lebar, kembali mencium kemeja. Ia mencium bau parfum Davis. “Davis memiliki selera yang cukup bagus dalam memilih parf
“Dariel, Deric,” gumam Davis seraya memacu mobil lebih cepat.Davis tersenyum. “Apa kau tahu nama pria yang memakai topeng rubah merah?”Jacob diam sesaat. “Jika melihat gestur wanita bernama Daisy, pria bertopeng rubah merah itu bernama Dariel. Aku bisa melihat mereka cukup jelas karena mereka berkumpul di dekat tiang listrik.”“Jadi, nama asli Roxy adalah Dariel.” Davis mencengkeram kemudi lebih erat. “Aku sudah pernah melihat wajah asli Roxy dan sekarang mengetahui nama aslinya. Aku hanya tinggal mengetahui tujuan aslinya menangkapku. Apa Roxy maksudku Dariel sekadar ingin mengalahkanku seperti The Street Boss atau dia memiliki tujuan lain?”Davis menoleh pada cincinnya sesaat. “Aku masih penasaran kenapa sistem tidak mengeluarkan gelombang merah seperti waktu itu.”Davis mengembus napas panjang, melirik Jacob yang sudah tertidur. “Aku sebaiknya beristirahat sekarang.”Davis dan Jacob tiba di rumah sakit, mendapatkan perawatan. Mereka keluar dari ruangan, bersiap untuk pulang.“Kau
“Kesetiaan Jacob terus meningkat,” gumam Davis, tersenyum.Jacob memejamkan mata erat-erat, mengembus napas panjang. Pria itu seperti mendapatkan cahaya yang menerangi hidupnya yang kelam, dan sebuah jalan untuk tetap menikmati hidup yang selama ini ia anggap tidak adil.“Aku akan pergi ke Galatown siang nanti. Aku ingin kau fokus pada perbaikan rumah sakit dan persiapan membangun perusahaan. Kita akan terus saling bertukar kabar.”“Aku mengerti.” Jacob mengangguk beberapa kali, tersenyum lebar. “Apa aku harus memanggilmu dengan panggilan bos mulai sekarang?”Davis tertawa. “Itu tidak perlu. Kita bisa berbincang seperti seorang teman.”Davis dan Jacob meninggalkan hotel, pergi ke klinik.“Aku sangat menantikan kabar baik darimu, Jacob,” ujar Davis sesaat sebelum pamit.“Aku akan melakukan yang terbaik.”Davis melajukan mobil dengan cukup cepat, meninggalkan Jacob.Jacob mengembus napas panjang, tetap berada di sisi jalan sampai akhirnya mobil Davis menghilang. Pria itu memasuki klinik
“Itu pilihan yang menarik.” Rebecca menarik tangan Davis. “Kita bisa pergi sekarang.”“Rebecca.” Davis terkejut.Rebecca perlahan melepas tangan Davis meski tidak menginginkan hal itu. Ia merasa nyaman dan terlindungi ketika berada di dekat Davis.Davis, Susan, Rebecca, Emmely, Romeo, Gabriel, Joseph, dan Paul berkumpul di sisi pantai, memakai pelampung. Sebuah perahu pisang tak lama setelahnya menepi.Davis menaiki perahu lebih dahulu.“Davis, bisakah kau menolongku?” Rebecca mengulurkan tangan.Susan yang akan mengulurkan tangan menarik kembali tangannya.Davis meraih tangan Rebecca, menarik wanita itu ke perahu. Rebecca menggunakan kesempatan itu untuk memeluk Davis.Davis terkejut ketika Rebecca memeluknya. “Rebecca, kau bisa duduk sekarang.”“Rebecca benar-benar menjijikkan.” Emmely memutar bola mata. “Dia sudah benar-benar gila karena menyukai Davis.”“Kau harus melaporkan hal ini pada Paman Loius, Emmely. Rebecca tidak boleh sampai jatuh cinta pada pria tidak berguna seperti Da
Ethan terkejut ketika melihat Toba, Lexy, dan John di kantor polisi. Ketika ia sedang membersihkan halaman gedung penjara, seorang sipir tiba-tiba memanggilnya dan mengatakan jika ia bebas dari penjara.“Apa kalian yang membebaskanku dari penjara?” tanya Ethan seraya menoleh pada Toba, Lexy, dan John bergantian. Ia masih bingung dan canggung ketika berhadapan dengan tiga pria yang dikenal sebagai The Street Boss.“Ya, kau benar. Kamilah yang sudah membebaskanmu dari penjara dengan uang yang tidak sedikit,” kata Toba dengan tatapan tajam.“Ke-kenapa kalian melakukannya? Kita tidak saling mengenal secara pribadi.”“Ikuti kami. Kami akan menjelaskan semuanya di markas.” Toba meninggalkan ruangan. Lexy menyusul dari belakang.John melemparkan pakaian pada Ethan. “Pakailah dengan cepat dan jangan membuat kami menunggu.”Ethan melihat kepergian Toba, Lexy, dan John. Pria itu dengan cepat mengganti pakaian. “Apa tujuan mereka? Aku yakin mereka tidak membebaskanku dari penjara dengan gratis.
“Kita akan menculik wanita bernama Susan.” Ethan tersenyum bengis. “Davis mencintai wanita itu sejak lama, tapi dia mendapat penolakan. Jika kita menculik wanita itu, Davis pasti akan datang mencari kita. Saat dia datang, kita bisa menghabisi Davis sekaligus menikmati Susan sebagai hadiah.”Toba, Lexy, dan John tertawa terbahak-bahak.“Aku suka rencanamu. Lakukan dengan segera. Aku tidak sabar untuk menghajar Davis dan mengembalikan namaku,” ujar Toba.“Kami akan melakukan rencana itu secepatnya.”“Apa yang kalian butuhkan untuk rencana kalian?”“Uang dan kendaraan.”Toba menoleh pada Lexy. “Lexy akan memberikan yang kalian butuhkan.”“Dasar brengsek! Kenapa harus aku yang mengeluarkan uang?” Lexy melemparkan sebuah amplop dan kunci mobil pada Ethan.“Karena aku kalah taruhan, Lexy.” John tertawa.Etha, Rico, dan Felix keluar dari ruangan, menuruni tangga.”“Susan adalah wanita yang bodoh. Dia akan mudah menjadi target kita.” Ethan tertawa. “Aku terkejut ketika mengetahui Davis bisa m
Davis dengan cepat menggendong Sarah, melirik anak kecil itu yang tampak ketakutan. “Sarah, bisakah kau menutup mata?”Sarah mengangguk, menutup mata dengan kedua tangan.“Jangan mengintip dan membuka matamu sampai aku menyuruhmu. Kau mengerti?” Davis mengawasi sekeliling. “Jumlah mereka semakin banyak.”Davis tiba-tiba berlari ke arah kanan, menendang dua pria yang menghadangnya dari depan hingga tumbang, berkelit dari serangan yang datang dari samping dan berlakang.“Dasar sialan! Jangan biarkan pria itu kabur dan membawa barang kita,” perintah pria gondrong yang berbicara dengan Davis tadi.Davis berlari secepat mungkin, mengawasi keadaan sekeliling. “Jalanan sangat sepi. Aku tidak melihat kendaraan maupun orang-orang.”“Apa aku masih harus menutup mataku?” tanya Sarah.“Kau masih harus menutup matamu.” Davis belum melihat keberadaan pos polisi. Begitu menoleh ke belakang, ia tidak menemukan kelompok itu mengejarnya.Davis mengambil sebuah balok kayu, mengawasi sekitar. “Mereka pas
Langit sudah sepenuhnya gelap saat beberapa rombongan mobil mulai memasuki gerbang, menepi di depan sebuah bangunan mewah. Satu per satu anggota aliansi turun dari kendaraan, memasuki gedung. Mereka berbincang mengenai pesan dari Henry Tolando yang mendadak.Jack tiba beberapa menit kemudian. Pria itu turun dari mobil, mendengkus kesal saat melihat Emir dan Russel. “Dasar brengsek! Kenapa aku terus terlibat dengan sampah-sampah itu?”Jack mengabaikan Emir dan Russel, berjalan memasuki gedung. “Ayah sudah tiba lebih dahulu. Dia tampak tegang setelah mendapatkan pesan dari Tuan Henry. Sial! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku juga menjadi tegang?”“Aku yakin Tuan Henry memiliki informasi penting. Dia tidak mungkin meminta seluruh anggota aliansi untuk berkumpul dalam waktu mendadak,” ujar Emir yang berjalan di samping Jack. “Apa kau bisa menebak?”“Tutup mulutmu, brengsek! Kita akan tahu setelah kita tiba di ruangan.” Jack mendengkus kesal, berjalan lebih cepat saat Russel juga mend
Rombongan mobil mulai meninggalkan penjara, melewati sebuah jembatan panjang.Donald melirik Dennis, tersenyum. “Kau akhirnya mau memihakku, Dennis. Aku tahu kau sudah sangat kesal pada Daniel.”Dennis mendengkus kesal. “Aku hanya tahu berandal seperti apa yang kau rekrut menjadi sekutumu. Aku sama sekali tidak ingin terlibat dalam perselisihanmu dengan Daniel.”“Kehadiranmu sekarang cukup membuatku senang.” Donald tersenyum, menoleh ke samping, mengamati laut dan pantai yang tampak ramai. “Kau akan terikat denganku selamanya, Dennis. Aku tahu kau sangat menyayangi Daisy sehingga kau tidak ingin dia menderita,” batinnya.“Sial! Aku akhirnya terseret dalam perselisihan ini.” Dennis mengepalkan tangan erat-erat, mengamati gedung pencakar langit di pusat kota Pixeltown. “Aku melakukan semua ini demi Daisy. Aku harus menjaganya sampai akhir hidupku.”“Daisy sering kali pergi menuju Leaventown akhir-akhir ini. Apakah ada sesuatu yang menarik di kota kecil itu?” tanya Donald.“Dia hanya ing
[Nama Host: Davis][Keluarga: Miller][Status Pewaris: Level 36 (800/3500)][Health Point: 54/54][Kekuatan: 54 | Pertahanan: 55 | Kecerdasan: 53 | Kelincahan: 54][Money Power: $30.323.830.000]Davis dan henry Tolando berada di sebuah ruangan. Sammy dan para pengawal menunggu di luar ruangan, begitu pun dengan Harry dan para bawahan Henry Tolando.Langit sore terlihat indah dari arah jendela. Kawanan burung bergerak serempak menuju arah selatan. Beberapa pengunjung tampak keluar masuk kawasan.“Aku akan langsung berbicara pada intinya, Tuan.” Davis mengembus napas panjang. “Timku sudah mendapatkan lokasi keberadaan Logan dan Ludwig. Mereka berada di Somacity, sebuah kota yang terletak di wilayah timur ibu kota Floxia. Mereka sering bertemu di sebuah rumah di kawasan elit.”Davis mengirimkan lokasi rumah itu pada Henry Tolando.Henry Tolando bergegas memeriksa alamat, menghubungi Harold. Wajahnya tampak tegang dan kesal. “Harold, kirimkan pasukan kita ke alamat itu.”“Tunggu, Tuan. Ak
Lima hari berjalan sangat lambat bagi Dariel. Ia terus berada di rumah untuk menjaga Daniel.Dariel sedang berlatih bersama Adrian di ruangan olahraga. Sayangnya, ia tidak fokus hingga berkali-kali terkena serangan.Adrian menendang Dariel hingga pria itu terjatuh dan ambruk di arena. “Kau tidak fokus dalam berlatih, Tuan Muda. Aku sebaiknya memberimu waktu untuk beristirahat. Aku berharap kau bisa fokus setelahnya.”Dariel mengembus napas panjang, mengamati langit-langit ruangan. “Aku akan tertidur selama beberapa waktu di sini.”“Baiklah, aku tidak akan mengganggumu, Tuan Muda.” Adrian berjalan ke sisi arena, meneguk minuman sembari mengamati Dariel. “Tuan Dylan mengatakan jika Donald dan Deric pergi untuk mencari sekutu. Dariel pasti tertekan dengan kabar tersebut. Dia ... masih belum siap menghadapi keluarganya sendiri.”Adrian meninggalkan ruangan olahraga, berdiri di samping kursi. “Kau adalah pria yang baik, Tuan Muda. Sayangnya, kau harus menanggung dosa dan kesalahan dari aya
“Apa kau setuju jika dia menjadi menggantikan Draco, Tuan?” tanya Logan.Ludwig mendengkus kesal, mengembus napas panjang. “Dia adalah kaki tangan, Draco. Aku pikir tidak ada sosok lain yang lebih layak selainnya.”Logan berdiri dari sofa. “Kau akan pergi ke Leaventown hari ini, Pedro. Seperti yang sudah aku jelaskan padamu melalui telepon, kau akan menggantikan Draco untuk menjadi mata-mata. Targetmu adalah Jeremy, Erwin, atau anggota utama aliansi yang lain.”“Aku mengerti.” Pedro mengganggu. “Jika tidak ada lagi hal yang perlu aku dengar, aku akan segera pergi ke Leaventown sekarang juga.”“Kau boleh pergi sekarang. Semua persiapanmu sudah aku siapkan.”Pedro meninggalkan ruangan, menutup pintu. Ia bergegas memasuki mobil, meninggalkan bangunan. “Aku mendengar Henry Tolando memanggil Draco ke kediamannya. Akan tetapi, hal yang menggaguku adalah si Dewa Kematian Seberapa kuat dia sampai Draco kalah melawannya?”Pedro mengepalkan tangan erat-erat. “Aku tahu seberapa kuat Draco. Dia t
Dariel tiba di kediaman utama pukul dua pagi. Pria itu bergegas memasuki kamar Daniel, terkejut saat seorang dokter memeriksa ayahnya.“Ayah.” Dariel terpaksa menunggu di sofa selama beberapa waktu. Ia tidak mengalihkan pandangan sedetik pun dari Daniel. Kekhawatiran tampak jelas di wajahnya.Dariel merasa sangat tegang selama dalam perjalanan pulang. Meski kendaraan melaju sangat cepat, tetapi ia merasa waktu berjalan lambat.Dariel menghampiri Daniel setelah dokter meninggalkan ruangan. Ia duduk di samping ranjang, mengamati keadaan ayahnya.Daniel tampak lebih kurus dan pucat akhir-akhir ini meski kondisinya sempat membaik.Daniel menyentuh tombol di jam tangannya. Ruangan seketika terkunci dengan rapat. Ia membuka mata perlahan, tersenyum saat melihat Dariel. Ia tentu merasa sangat bangga pada putra semata wayangnya itu.“Dariel, aku senang kau tiba tepat waktu. Aku mengkhawatirkan keselamatanmu selama kau menuju rumah.” Daniel menyentuh tangan Dariel, mencengkeram kuat.“Ayah, ka
Henry Tolando menatap bangunan mewah di depannya sekilas, berlari menuju teras. Ia bergegas pergi setelah membaca pesan Davis.“Davis! Di mana kau?” teriak Henry Tolando sekeras mungkin. Ia berusaha mengendalikan napas yang terengah-engah. “Dasar bajingan!”Davis berhenti di tengah tangga saat mendengar teriakan, menoleh ke arah pintu. “Apa mungkin Tuan Henry datang?”Sammy bergegas menghampiri Davis. “Tuan Henry baru saja tiba, Davis.”Davis tersenyum. “Bukakah pintu untuknya. Ini saatnya aku memberinya sebuah kejutan.”“Kau benar-benar licik, Davis.” Sammy tersenyum, membuka pintu.“Di mana Davis?” Henry Tolando memelotot tajam, mengawasi keadaan sekeliling. Ia berjalan saat melihat Davis di tangga.“Kau mengejutkanku, Tuan. Apa yang terjadi? Apa kau marah karena petarungmu kalah dalam pertarungan tadi?” tanya Davis tanpa bergerak dari posisinya saat ini.“Hentikan basa-basimu, sialan! Aku ingin berbicara denganmu sekarang!” Henry Tolando terdiam saat melihat beberapa pengawal Davis
“Itu bukan masalah besar, Tuan Muda. Aku akan menemani Anda bertemu Davis. Aku yakin Davis pasti akan terkejut,” ujar Harry.Dariel berdiri dari sofa. “Ya, aku sejujurnya ingin bertanya beberapa hal pada Davis, terutama dari mana dia mendapatkan Si Dewa Kematian. Dia memiliki selera yang bagus.”Jack, Emir, dan Russel tampak kesal mendengarnya.Daisy dan Helga memasuki ruangan.“Dariel,” panggil Daisy. Ia terkejut saat melihat Jack, Emir, Russel, dan Harry hingga berhenti berjalan.Helga temenung di belakang Daisy, bertatapan dengan Harry sesaat. Ia melirik Jack yang terus mengamatinya. “Situasi menjadi canggung,” gumamnya.Dariel berkata, “Kau datang terlambat, Daisy. Pertandingan baru saja selesai.”Daisy memutar bola mata. “Aku memang sengaja datang terlambat. Aku tidak suka teriakan para penonton dan pertarungan di arena. Bisakah kita berbicara berdua, Dariel?”Jack, Emir, Russel, Harry, dan Helga meninggalkan ruangan.Harry mendekati Helga. “Apa yang sudah kau lakukan dengan Dais
Pertarungan semakin memanas saat Draco melayangkan banyak serangan pada Jay. Para penonton bersorak heboh, termasuk Dariel dan Henry Tolando. Jay terdesak hingga ke sisi arena. Para penantang lain ikut menyerang.Draco mendengkus kesal, berusaha menahan para penantang lain agar tidak mengganggu pertarungannya dengan Jay. “Dasar brengsek! Berhenti mengganggu pertarunganku!”Draco berlari secepat mungkin, melompat tinggi, melayangkan tendangan sekuat mungkin. Jay berhasil menangkap kaki Draco, tetapi ia berpura-pura ambruk dan terdorong ke tanah. Para penonton kembali bersorak.“Apa yang terjadi? Si Dewa Kematian terdesak sehingga ia tersudut ke sisi arena? Apakah dia akan kalah dan harus menyerahkan gelarnya pada penantang baru?” teriak si pembawa acara.“Dasar bajingan!” ketus Toba saat ia terdorong karena dorongan beberapa penantang. Ia menoleh ke belakang saat beberapa penonton terus mencibirnya. “Aku pasti akan menghajar kalian setelah pertandingan ini usai.”Toba berlari mengikuti