Ali menjatuhkan tubuhnya ke lantai, matanya pun saat ini menjadi lesu hingga kelopak matanya diturunkan sedikit menjadi sayu.
Ting![Sistem Aktif][Selamat Datang Tuan][Permainan Baru]Karena kaget Ali terbelalak kembali ketika melihat hologram itu.Ting![Sistem Non Aktif]Ali tertegun, "Sepertinya aku mempunyai perasaan yang bagus mengenai hal ini." ucapnya yang sepertinya ia sudah mengetahui cara untuk mengaktifkan hologram di hadapan matanya.Ali mengambil nafas panjang, dan kembali menurunkan kelopak matanya pelan-pelan menjadi sayu.Dan ...Ting![Sistem Aktif]Ali pun menaikkan kelopak matanya dengan cepat.Ting![Sistem Non Aktif]"Ahh! Akhirnya aku sudah tahu cara mengaktifkan Sistem ini!" gumamnya senang, "Aku akan turunkan kelopak mataku sedikit menjadi sayu lagi." lanjutnya, dan ...Ting![Sistem Aktif][Selamat Datang Tuan][Permainan Baru]"Ternyata cara mengaktifkan Sistem ini adalah dengan cara mata sayu." gumam Ali puas, "Okey, aku pilih Permainan Baru." lanjutnya.[Permainan Baru Dipilih][Silahkan Pilih Posisi]-[Kiper]-[Pemain Belakang]-[Pemain Tengah]-[Pemain Depan]"Hemm Aku tidak mau jadi kiper lagi." ucapnya yang mulai memilih posisi pemain yang ada di dalam hologram di depan matanya, "Karena aku penggemar Filippo Inzaghi, aku akan pilih pemain depan."Filippo Inzaghi adalah pemain sepak bola besar yang berposisi sebagai penyerang handal dan sangat terkenal di seluruh dunia.[Pemain Depan Dipilih][Posisi awal Kiper Diganti Menjadi Posisi Pemain Depan][Tantangan Bilang Kepada Ayah Ingin Pindah Posisi]"Maksudmu aku harus bilang ke Ayahku? Kalau aku ingin pindah posisi menjadi pemain depan!"[Ya]"Waduuuuh!".Keesokan malam hari di rumah Ali, sepulangnya ia dari tempat latihan sepak bola.Terdengar suara mobil masuk ke dalam halaman garasi rumah Ali. Mobil itu adalah kendaraan yang dipakai Ayah Ali untuk bekerja.Ali yang berada di kamarnya di lantai 2 langsung turun berlari untuk menyambut Ayahnya itu. Sesampainya di halaman garasi, ia langsung menutup garasi mobil.Ayah Ali yang memiliki nama Abdul Ottmar Benson setelah pensiun muda dari dunia sepak bola, ia lebih memilih untuk bekerja kantoran dan memang hampir setiap hari pulang jam 7 atau jam 8 malam, ia selalu lembur di kantor untuk mendapatkan bonus dari proyek kantor. Ia masih harus bekerja keras karena memiliki beban hutang mobil dan rumah yang masih belum lunas.Ibu Ali yang bernama Liana Odelia terlihat membawakan sup yang masih hangat dan menyajikannya di meja makan keluarga.Setelah selesai membersihkan diri Abdul langsung menuju meja makan dan menyantap sup hangat buatan istrinya.Srruuup ...."Puiih, sup ini masih kurang garam dan tidak ada rasanya!" seru Abdul yang geram karena sup buatan Liana menurutnya masih kurang garam dan tidak enak.Liana dengan tenang langsung mengambil mangkuk sup hangat itu dari Abdul dan bergegas menggantinya dengan sup hangat yang sudah di tambah garam dan penyedap rasa.Abdul memang mempunyai masalah dengan temperamennya yang tinggi, tidak boleh ada kesalahan sedikit pun yang terjadi di rumahnya. Namun, beruntung ia memiliki Liana sebagai seorang istri yang penyabar dan selalu mengerti akan keadaan suaminya, ia tidak pernah melepaskan emosinya di rumah dan selalu menjadi Ibu rumah tangga yang tenang dan lembut.Sebenarnya Ali selalu merasa kesal apabila melihat Abdul Ayahnya yang selalu pulang dengan amarahnya, sebaliknya ia pun merasa kasihan apabila melihat Liana sang ibu yang selalu sabar dalam melayani Abdul Ayahnya.Ali saat ini sedang mempersiapkan mentalnya untuk bisa berbicara dengan Abdul. Ia menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan keinginannya menjadi seorang pemain depan dari tim sepak bolanya Phoenix FC U19, yaitu ketika Abdul sudah selesai menghabiskan sup hangat buatan Liana.Dan, ketika Abdul sudah menghabiskan sup hangat itu, Ali berjalan perlahan untuk mendekati Abdul. Melihat Ali mendekatinya, Abdul pun langsung bertanya, "Kenapa kamu?" Matanya tajam menatap AliAli yang terlihat masih ragu, akhirnya memberanikan diri untuk mengungkapkan keinginannya, "Ayah, aku ingin menjadi pemain depan!" ucapnya tegas.Mendengar keinginan dari Ali, Abdul sebenarnya merasa sangat terpukul dan sangat terkejut, tetapi ia berusaha untuk menutupi amarahnya dan menahan emosinya agar bisa terlihat lebih tenang dan bersahaja di hadapan anaknya itu."Sudah Ayah katakan beberapa kali kepada kamu, bahwa hanya Ayah yang bisa membuatmu menjadi pemain sepak bola handal dan hanya Ayah yang tahu posisi mana yang terbaik untukmu!" terang Abdul menjelaskan.Abdul kembali menjelaskan bahwa sewaktu muda ia adalah kiper terbaik di klub Phoenix FC bahkan saking hebatnya ia pernah dalam 50 kali pertandingan tanpa pernah kebobolan satu gol pun dari tim yang menjadi lawannya.Abdul menjelaskan karena cedera parah yang ia dapatkan yang membuat karirnya tenggelam di kancah internasional, "Kamu akan menuruni kemampuan Ayah! Walaupun kemarin kamu kebobolan 8 kali, itu hanya karena kamu belum terbiasa bermain sebagai kiper inti, Kamu masih bisa meningkatkan kualitas kamu sebagai kiper," jelas Abdul kembali berusaha meyakinkan Ali untuk tetap menjadi kiper.Ali dengan tegas menyanggahnya, "Sudah sangat jelas kemarin aku kebobolan 8 gol dan telah membuat Ayah malu, itu bukti kalau aku tidak mempunyai bakat untuk menjadi seorang kiper hebat seperti Ayah!"Mendengar penjelasannya disanggah oleh Ali, Abdul terlihat tidak bisa menahan amarahnya dan akhirnya melepas emosinya dengan memukul meja makan.Braaak!"Menjadi kiper atau kamu tinggalkan impianmu menjadi pemain sepak bola!" ancam Abdul kepada Ali.Dalam keadaan ketakutan Ali berusaha untuk menjadi lebih kuat, ia akan mempertahankan keputusannya untuk menjadi seorang pemain depan, selain karena ia memang mengimpi-impikan akan menjadi seperti idolanya Filippo Inzaghi yang sangat populer sebagai pemain depan. Juga karena ia tahu dengan adanya sistem yang ia miliki sekarang, maka akan lebih mudah baginya untuk mengejar impiannya untuk menjadi seorang pemain depan yang hebat."Daripada aku harus menjadi kiper dan terus menjadi bayang-bayang Ayah, lebih baik aku kabur saja dari rumah ini!" seru Ali yang membalas ancaman dari Abdul sembari berlari ke lantai dua untuk menuju ke kamarnya.Sesampainya di kamar Ali lalu bergumam, "Sebenarnya aku tidak benar-benar serius untuk kabur dari rumah, aku hanya menggertak Ayah saja."Ali hanya ingin Ayahnya menyetujui keinginannya untuk merubah posisi ia yang saat ini sebagai kiper untuk menjadi pemain depan, agar tantangan yang diberikan oleh sistemnya ini bisa ia selesaikan."Maaf Ayah bukan ma
[Selesaikan semua Tantangan dalam sistem agar bintang Tuan bertambah, setelah bintang 5 maka akan naik level]"Siap! Apa itu ada fitur Tantangan Harian?""Buka Tantangan Harian!"[ Tantangan Harian ] ●-[ Meningkatkan Aerial ] ○-[ Meningkatkan Dribbling ] ○-[ Meningkatkan Passing ] ○-[ Meningkatkan Shooting ] ○-[ Meningkatkan Technique ] ○-[ Meningkatkan Tackling ] ○-[ Meningkatkan Speed ] ○-[ Meningkatkan Stamina ] ○-[ Meningkatkan Strength ] ○"Wah! apalagi ini! Bagaimana cara aku melakukan tantangan harian ini?"[Di dalam Tantangan Harian ini, setiap hari Tuan harus melakukan pelatihan untuk meningkatkan Atribut][Pada sub Meningkatan Atribut, didalamnya akan ada perintah-perintah tentang pelatihan apa saja yang akan Tuan kerjakan setiap harinya]"Kalau aku sudah mengerjakan perintah-perintah itu, apa yang akan aku dapatkan?"[Sistem akan menghitung seberapa besar usaha yang Tuan lakukan untuk meningkatkan pelatihan itu, nantinya akan ada persentase kenaikan pada Atribut ya
"Ti-tidak Pak, a-aku ngetawain si-si Reza Pak, dia mukanya lucu Pak" kilah Ali yang terkejut di marahi oleh Gurunya.Ting![Sistem Non Aktif]Setelah selesai dengan belajarnya, Ali dan Reza keluar kelas bersamaan dengan siswa lainnya.Ketika mereka sudah berada di luar kelas."Kakak, ini cokelat untuk Kakak."Terlihat seorang perempuan berkulit putih dan bertubuh kurus sedang memberikan sebatang cokelat kepada Ali."Namaku Sarah, aku adik kelas yang baru kelas 10, diterima cokelat nya ya Kak." ucap perempuan itu lembut.Setelah cokelat itu di terima oleh Ali, Sarah yang mempunyai nama lengkap Sarah Lovania Anderson lalu meninggalkan mereka berdua."Za, ada yang memberikanku cokelat." ucap Ali yang seolah tidak percaya ada perempuan yang mau memberikan cokelat kepadanya."Mungkin dia penggemar berat mu Li, he he." canda Reza."Tapi aku kan tidak sepopuler kamu di kelas 11 Sekolah ini, a-aku hanya siswa kurus yang tidak pantas mempunyai seorang penggemar." ucap Ali merendah."Sudah teri
"Atribut Stamina yang akan kupilih."Ali akhirnya memilih atribut Stamina untuk ditambahkan pada Atribut Sistem sepak bolanya.Menurut Ali stamina seperti yang telah dijelaskan oleh temannya Reza akan sangat membantu untuk meningkatkan Atributnya yang lain, dengan mempunyai Stamina yang tinggi ia akan dengan mudah untuk melatih meningkatkan Atribut yang lainnya."Sistem! Aku akan memakai semua Poin Kontribusi ku yang berjumlah 10, untuk menambah Atribut Stamina." ucap Ali kepada Sistem.[Penambahan nilai 10 Poin pada Atribut Stamina][Stamina 5] [Menjadi] [Stamina 15] [Selesai]Ali tiba-tiba merasakan getaran di sekujur tubuhnya, ia merasakan aliran darah panas di dalam nadinya seperti dengan cepat mengalir dari jantung menuju seluruh tubuhnya. Ali pun hanya bisa terdiam karena ia berusaha untuk mencoba menahan letupan yang terasa begitu menyakitkan pada kulit tubuhnya, dan …Bluuush!Keluar asap dari pori-pori kulit Ali.Sekarang Ali merasakan tubuhnya seperti lebih segar lagi dari
[Atribut Pemain][Shooting 5] [Red] [+2%]"Yah cuma 2% saja nambahnya!" seru Ali seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat di dalam hologramnya, "Berarti hanya 20 tembakan yang tepat sasaran." ucap Ali yang sepertinya kecewa melihat hasil yang telah ia peroleh dari hasil latihannya semalam. "Sistem, sepertinya aku kemarin yakin tembakanku yang mengenai sasaran lebih dari 20, kenapa hanya dihitungnya 20 yang kena sasaran!" ucap Ali yang mengeluh kepada sistem tentang hasil yang ia terima dari hasil latihannya semalam. [Sikap dan cara dalam menendang harus selalu benar, apabila tembakan mengenai sasaran tetapi sikap dan cara menendangnya salah itu tidak dihitung]"Apa! Sampai teknik dalam menendang juga kamu perhatikan!" keluh Ali dengan wajah tak percayanya, "Kalau tahu tantangannya akan sesulit ini seharusnya kemarin yang aku tingkatkan adalah Atribut Shooting saja!" ucap Ali yang kali ini justru menyayangkan pilihannya dalam menentukan penambahan Atributnya hari kemarin..Seb
Ali mendengar namanya dipanggil oleh suara perempuan muda yang datang dari arah punggungnya. Ia pun lalu menoleh ke belakang."Minda!" Ali terperangah, ia melihat seorang perempuan cantik yang sudah ia kenal sebelumnya, perempuan bergaya modis dengan senyumannya yang manis berjalan mendekat menuju dirinya.Nama perempuan itu Minda Olivia Johnson atau biasa dipanggil Minda."Halo Al, bagaimana kabarnya?" tanya Minda masih dengan senyuman manis nan ramahnya."A-aku baik, kamu sendiri bagaimana kabarnya?" jawab Ali kikuk."Aku juga baik ko." ucap minda dengan suara imutnya."Kamu bisa ada disini Da?" tanya Ali kembali."Aku mau jemput kakakku."Ali sedikit terkejut mendengar jawaban dari Minda, "Siapa kakaknya? Disini hanya ada aku saja." gumamnya."Si-siapa kakakmu?""Ka Andre.""Hah!" Ali merasa terkejut Minda menyebut nama itu, "Maksudmu coach Andre? Pe-pelatih teknik pemain depan Phoenix FC U19!" Terka Ali, "Ka-kamu ada hubungan apa dengan coach Andre?""Aku adiknya! Masa kamu lupa
Bila dilihat dari komposisi pemainnya, jelas terlihat bahwa pemain yang memakai rompi berwarna merah adalah pemain inti dari Phoenix FC U19, sementara pemain yang memakai rompi biru merupakan pemain cadangannya. Tim rompi merah sebagai tim yang menyerang akan memakai formasi 4-3-3, sementara tim rompi merah sebagai tim bertahan akan memakai formasi 4-5-1.Dalam pertandingan latih tanding ini, Ali yang merupakan satu-satunya pemain depan dari tim rompi biru, ia akan berhadapan langsung dengan Johnson yang merupakan bek tangguh dari Phoenix FC U19 yang bertubuh gempal.Johnson adalah orang yang selalu mencemooh kemampuan Ali sebagai kiper cadangan ketika tim nya Phoenix FC U19 berhadapan dengan tim Rockets FC U19 minggu lalu, yang berkesudahan 0 - 8 untuk kemenangan tim Rockets FC U19.Priit!Pertandingan pun dimulai.Seperti yang sudah diduga sebelumnya pada menit-menit awal pertandingan tim rompi merah langsung memainkan tempo cepat untuk melakukan serangan yang bertubi-tubi ke arah
Latih tanding antara tim rompi merah melawan tim rompi biru dari Akademi Phoenix FC, saat ini skor sementara adalah 2 - 0 untuk kemenangan dari tim rompi merah yang diisi oleh pemain inti.Setelah gol kedua dari tim rompi merah, terlihat Ali kali ini ia berinisiatif untuk membantu pertahanan dari tim rompi biru, karena ia merasa tidak memiliki manfaat kalau harus terus menunggu bola di pertahanan tim lawan rompi merah dan dengan staminanya yang sangat tinggi apabila dibanding dengan pemain-pemain lainnya dari Akademi Phoenix FC, Ali selalu bisa berlari dan terus berlari untuk dapat memotong umpan-umpan dari pemain tengah dari tim rompi merah.“Ali!” teriak Reza sang kapten pemain tengah dari tim rompi merah kepada Ali, “Kenapa kamu malah turun menjaga pertahanan!” ungkapnya kesal karena saat ini Ali sedang menjaga dirinya dengan ketat.“Aku tidak ada manfaat apabila terus berada di depan kotak penalti lawan, lebih baik aku turun untuk membantu pertahanan.” jawab Ali.Dengan adanya ban
"Aku ingin tinggal disini Pak." ucap Dylan lirih namun terdengar tegas, "Itulah alasan aku kenapa aku pergi ke Desa Rocky Valley ini." ungkapnya menjelaskan."Aku tidak betah tinggal bersama orang tua angkatku yang sangat galak."Dylan berkilah bahwa ia datang ke rumah Logan karena tidak kerasan tinggal bersama orang tua angkatnya yang galak dengan wajahnya yang berpura-pura terlihat seperti orang yang bersedih.Logan menarik nafas dalam-dalam, ia berusaha tenang untuk mendengar keluhan Dylan yang ia kira anak kandungnya."Maafkan bapak sekali lagi Dylan." ucap Logan dengan wajah bersalah, "Kamu mulai saat ini tinggal saja di rumahku." ujarnya dengan sorot mata yang penuh kehangatan untuk menerima anak kandungnya kembali."Terima kasih bapak, mau menerimaku kembali." ucap lembut Dylan.Logan kemudian bertanya tentang alasan Dylan merasa tidak betah tinggal bersama orang tua angkatnya dan ia mencoba memahami perasaan dan pengalaman Dylan secara lebih mendalam. Logan juga berbicara tent
“Apa aku harus menghilang?!”Setelah Ali sampai di rumahnya, ia dengan bergegas mencari laptop milik Liana yang kemungkinan besar telah disimpan di tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah menemukannya, Ali kemudian membukanya dengan membuka tutup layar laptop dan menekan tombol power untuk menyalakan laptop tersebut. Ketika laptop telah menyala, tampilan awal akan meminta masukkan password untuk masuk ke akun pengguna. Ali kemudian mengingat bahwa ibunya Liana memberitahunya password laptop tersebut adalah angka-angka ulang tahun Ali. Ali kemudian memasukkan angka-angka tersebut dengan urutan yang benar, yaitu mungkin dari tanggal, bulan, dan tahun kelahirannya. Setelah memasukkan angka-angka tersebut dengan benar, ia kemudian menekan tombol "Enter" atau "Masuk" pada layar untuk memverifikasi password tersebut.Ali duduk di depan laptop-nya dengan tenang. Ia memasukkan sebuah flashdisk ke dalam laptop dan membukanya. Setelah itu, ia menemukan sebuah file video dengan nama "B
“Sudah lepaskan aku!” ucap Liana dengan kesal, “Siapa yang telah mengutusmu untuk menangkap aku?” tanyanya kepada Agen no. 1 dengan wajah menyelidik, “Pasti sang pemimpin CYTO yang elegan dan maskulin itu yah?” Lanjutnya berceloteh.Agen no. 1 tampaknya sangat tenang dan tidak terpengaruh oleh pertanyaan Liana. Ia hanya diam dan menatap Liana dengan tatapan tajam yang sulit untuk dibaca. Walaupun begitu, terdapat perasaan ketegangan yang terasa di antara keduanya, seakan-akan ada sesuatu yang disembunyikan oleh agen tersebut. Liana merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi tersebut, ia mencoba untuk menembus tatapan tajam agen no. 1 tetapi tidak berhasil. Selama beberapa detik yang terasa lama, agen no. 1 masih diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.Liana yang duduk di jok belakang bersama Agen no. 1, merenungkan kembali kenangan masa lalu ketika ia dan temannya, yang kini menjadi pemimpin CYTO, merintis organisasi tersebut dari sebuah komunitas rahasia ilmuwan biologi sel. Mereka
“Ali adalah lawanku!” Suara lantang terdengar dan seorang perempuan keluar dari mobil salah satu agen, perempuan itu nampak sangat percaya diri saat keluar dari mobil. “Sarah!” Ali terkejut ketika dilihatnya Sarah yang keluar dari mobil itu, “Kamu ngapain ada di dalam mobil itu Sarah?” tanyanya penasaran. “Aku ada di mobil ini untuk menangkapmu.” jawab Sarah dengan senyuman tipis yang tampak di wajahnya, “Jangan kira hanya kamu saja yang memiliki sistem.” ucapnya menegaskan seraya berjalan perlahan mendekati Ali. “A-apa maksud dari ucapanmu, Sarah?” tanya Ali yang mulai merasa cemas karena ucapan dari Sarah, “Sistem apa?” tanyanya kembali berusaha berkilah mengenai keberadaan sistem yang ada di tubuhnya. “Jangan berpura-pura tidak mengerti kamu, Ali.” ungkap Sarah agar Ali mau berkata jujur tentang sistem yang ada di dalam tubuhnya, “Aku juga memiliki sistem dalam tubuhku.” ucapnya mengungkapkan kebenaran tentang dirinya. “Apa?! Kamu juga memiliki sistem?!” Sarah merupakan ana
"Iya, itu Liana!" ujar Agen no. 2 memberitahukan kalau yang didepan itu memang mobil Liana, "Agen no. 3 cepat halangi mobilnya!" Perintahnya lantang supaya Agen no. 3 bergerak cepat mencegat mobil Liana."Baiklah!" sahut Agen no. 3 dengan sigap, "Cepat salip mobil putih yang ada di depan itu!" Perintahnya kepada supir yang mengendarai mobil Agen no.3, "Kita harus menghentikan mobil putih itu!" Mobil sport Agen no. 3 dengan kecepatan penuh langsung mendahului mobil Liana yang melaju dengan kecepatan rendah. Mobil itu menyalip dari sebelah kanan.Liana terkejut karena melihat ada mobil di sebelah kanan yang tiba-tiba menyusul mobilnya dan karena panik ia dengan gegabah malah semakin menginjak gas dari mobilnya, "Liana! Injak rem nya!"Pengajar mengemudi berteriak dengan keras kepada Liana agar segera menginjak rem nya, karena akan sangat berbahaya apabila mobil yang dikendarai oleh Liana yang baru belajar menyetir melaju dengan kecepatan penuh."Ibu! Jangan panik!" teriak Ali yang ber
Ketika Ali baru saja tiba di rumah setelah pulang dari latihan sepak bola, ia melihat Liana sang ibu yang sedang bersedih sambil memegang telepon selulernya.“Ibu kenapa?!” tanya Ali yang dengan cepat menghampiri Liana, “Apa yang terjadi Bu?” tanyanya lagi dengan wajahnya yang mulai terlihat cemas dan khawatir.“Ibu baru saja ditelepon dari rumah sakit.” ucap lirih Liana sambil memegang erat ponselnya, “Katanya Ayah mengalami kecelakaan tunggal dan sekarang ada di IGD Rumah Sakit Portville,” ungkapnya dengan wajah yang sudah berlinangan air mata.“Apa! Ayah kecelakaan!” seru Ali terkejut dengan mata yang terbuka lebar, “Kita harus cepat pergi Rumah Sakit sekarang, Bu.” ucap lantang Ali sembari menarik tangan Liana, agar dengan cepat pergi menuju ke Rumah Sakit.Akhirnya mereka berdua bergegas pergi ke Rumah Sakit dengan menggunakan kendaraan mobil yang dipesan online dengan pelayanan kilat terbaik agar bisa secepatnya sampai ke Rumah Sakit.Ketika Ali dan Liana tiba di rumah sakit, me
Agen tersebut mengangguk-angguk, "Aku sudah mendengar tentang pemain sepakbola muda yang bernama Ali itu. Bagaimana kamu bisa yakin bahwa Ali memakainya?" Sarah menjelaskan bahwa dia melihat Ali melakukan gerakan-gerakan yang tidak mungkin dilakukan oleh pemain sepak bola biasa. Dia juga melihat Ali dengan mudah menerobos pertahanan para pemain lawan dan mencetak gol-gol spektakuler. "Aku punya bukti video," kata Sarah sambil mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan video Ali yang sedang beraksi di lapangan. Agen tersebut melihat video tersebut dengan seksama dan kemudian berkata, "Baiklah, saya akan menyelidiki lebih lanjut. Terima kasih atas informasinya." Setelah selesai dengan pembuktian Ali yang memakai sistem kepada agen misterius itu, Sarah pergi meninggalkan agen misterius itu sendiri duduk di dalam cafe. Agen itu membuka laptopnya dan mengklik sebuah dokumen yang ada di dalamnya. Layar laptopnya pun berubah menjadi tampilan halaman dokumen yang berisi beberapa gambar dan in
"Besok pertandingan Ali terakhir. Mari kita nonton pertandingannya."Liana mengajak Abdul untuk menonton pertandingan sepak bola Ali di Emerald Stadium besok. Ia sangat ingin menonton Ali bertanding ke Emerald Stadium, karena belum pernah sekalipun pergi kesana.Mereka terlihat sedang duduk santai di sofa ruang tamu yang nyaman di rumah kediaman Abdul. Di samping mereka, terdapat meja kecil berisi beberapa cangkir teh dan bungkus kue yang masih tersisa beberapa buah lagi."Tidak mau Li." ucap Abdul menolak dengan cepat, "Aku tidak mau melihat Ali bermain sebagai pemain depan." ungkap Abdul dengan wajah datar lalu mengambil telepon selulernya. "Tidak ada salahnya bagi kita untuk menonton Ali bertanding, sayang." ungkap Liana berusaha mengajak Abdul dengan lembut, "Apalagi ini merupakan pertandingan terakhirnya di liga kecil U19." Lanjutnya menerangkan."Malas aku Li." sahut Abdul sambil melihat telepon selulernya yang dipegang di depan wajahnya, "Aku tidak berminat," seraya menyesap te
Ali merasa grogi dan kikuk ketika menatap wajah Minda yang memejamkan matanya, ia tertegun dengan menelan ludahnya sendiri dan tidak tahu apa yang harus lakukan. Lalu dengan perasaan ragu Ali mendekatkan wajahnya perlahan menghampiri wajah dari Minda, dan mencium bibir Minda. Ia merasakan kehangatan dari bibir tipis Minda yang lembut. Minda tidak menolak ketika kedua bibir mereka saling bersentuhan. Ia hanya terdiam, namun matanya seketika terbuka lebar, membiarkan Ali merasakan sentuhan lembut dari bibirnya.Mereka merasakan kehangatan satu sama lain di dalam mobil yang sunyi. Waktu berlalu begitu cepat dan mereka terus berciuman dengan semangat yang tak terbendung. Namun, akhirnya, Ali melepaskan ciuman tersebut."A-aku pulang dulu ya, Da." ucap gugup Ali seraya dirinya keluar dari mobil Minda dengan hati-hati dan perlahan, "Dadah," ucapnya sembari melambaikan tangannya cepat lalu berjalan pulang ke rumahnya. Minda menyambut lambaian tangan Ali, lalu berkata, "Daah," dengan senyu