Episode 40: Kekuasaan Absolut Sebagai Jalan Terbaik Untuk Korup.Sebulan lebih sudah barulah Aldia kembali pada kediamannya yang nyaman. Selama itu pula Aira, Eriel serta Kael sering berlatih seni beladiri Aura dengan suasana gembira. Alternasi waktu: 02 / Bintang Pisces. Musim dingin.Pukul 09:05.Apakah cita-cita sang Mama tidaklah semurni seperti yang selama ini diketahui? Tentang berdirinya tatanan satu dunia, tanpa sistem pemerintahan. Tempat di mana hak, keadilan, kebebasan, dan potensi kehidupan benar-benar dimiliki setiap individu tanpa intervensi sistem pemerintahan. Yang faktanya, malah tentang dendam yang memperelok ideologi, membingkisnya ke dalam cara yang paling gila; menjadikan dua anaknya sebagai alat pelampiasan dendam kesumatnya. Kerisauan yang menggelayuti pikiran dan hati Eriel ternyata adalah kebenaran. Begitu Mama-nya dengan gamblang mengungkapkan Erika Larasati dipecat lantaran telah mencemarkan nama baiknya. Di sanalah pengakuan Erika tempo lalu menjadi nilai
Episode 41: Tidak Ada Yang Terbiasa Dengan Ketidakadilan. Alternasi waktu: 03 / Bintang Pisces. Musim dingin. Pukul 19:05. Sebegitu kejamkah persaingan antar global? Presiden Davian di belakang teras istana negara tengah fokus merenung. Pertanyaan filosofis seputar fakta negaranya sekarang menerjang mencecar kepalanya. 'Apa jalan keluar dari konflik ini? Bagaimana mengelola suatu negara tanpa kontra prinsip? Seberat inikah mengemban tugas? Mengapa semua di luar rencana dan teori?' Tidak. Tidak ada jawaban paling akurat dan memuaskan sejauh ia di sini. Semuanya terjadi seperti takdir yang mustahil dielakan. Dia kemudian pergi dari sana setelah ajudannya memanggilnya untuk menyelesaikan agenda hari ini. Presiden Davian lalu melangsungkan muktamar tertutup dengan dihadiri para perwakilan sosial-nonpemerintahan, kaum buruh, Pewaris Aura dan non-Pewaris Aura. Tak lupa, menteri ekonomi negara Bangsa Selatan (Rantara Aetrus) juga hadir. Yang mana pertemuan ini dijaga ketat
Episode 42: Satu Kejadian Untuk Seribu Saksi, Penjelasan, Perspektif. ALTERNASI waktu: 09 / Bintang Pisces. Musim dingin. Malam itu rembulan keemasan tengah memperlihatkan keanggunannya di puncak kulminasi. Sedikit memusnahkan kegelapan, tapi tidak menghapus kedinginan. Untuk keadilan dan cita-cita, maka setiap manusia tidak akan menyerah dalam menggapainya, khususnya buat pihak sosial-nonpemerintahan yang kembali merancang rencana berikutnya. Di lain sisi, memimpin penduduk sebesar 273,5 juta di negara Bangsa Selatan merupakan kesulitan yang teramat. Walau populasi telah berkurang setelah perang saudara, Presiden Davian menyadari kekurangan dan kekeliruannya dalam strategi atau semacamnya yang melahirkan efek kupu-kupu atau efek domino—tentu itu dalam konotasi yang buruk. Dana revolusi yang diperolehnya dari dan atas dasar kepercayaan masyarakat telah dipakai demi kepentingan bernegara. Selanjutnya, kepentingan itu membawanya pada agenda lain yang mengharuskan di pertengaha
Episode 43: Ajaran Negara, Kejahatan Yang Disesuaikan Undang-Undang Manusia.Alternasi waktu: 17 / Bintang Pisces. Musim dingin. Seminggu waktu berlalu ....Selama itu pula kasih sayang Aldia sebagai ibu pada dua anaknya yang spesial masih bermetafora ke dalam pendidikan militernya yang lumayan ketat.Tapi, sehubungan dengan adanya masalah domestik urgensi negara, Aldia dipanggil pimpinan tertinggi militer negara untuk rapat kemiliteran—fakta bahwa semua pimpinan militer negara Bangsa Selatan dipanggil pimpinan tertinggi militer tidak bisa ditampik lagi, sebab kasus ini sudah terhitung sebagai darurat militer. Selain itu, ketegangan perbedaan idealisme pada keluarga Aldia semakin kentara di permukaan, kerap terjadinya perdebatan sampai timbulnya kecurigaan yang sentimen. Sementara Aira telah mengetahui apa yang tengah direncanakan oleh Aldia, Eriel serta Kael. Dan ia membeberkan semua rahasia itu hanya pada Kael seorang. Memberikannya informasi penting yang sanggup melelehkan kerag
Episode 44: Dan Akhirnya Cita-Cita Kita Semuanya Hanyalah Membutakan Kita.Sore hari, pukul 17:33. Udara kian dingin seiring salju yang turun kian padat. Namun remaja berjaket hoodie kelabu itu masih termenung dalam lamunan kontemplatif. Lima jam lebih ia di sana bagaikan patung lumutan. Ini jadi pengalaman pertama hidupnya yang paling nyeleneh, agak menyayat hati, pun membingungkan. Tanpa sukacita, tanpa dukacita. Ya, tidak bisa ditampik, pikirannya melayang-layang seperti meraba-raba adakah mentalnya terguncang?Apakah kehampaan itu mengartikan suatu hal?Atau semua yang telah terjadi tidak berarti, sebagaimana tawaran bantuannya yang tidak berguna?“....”*********“Jadi Aira memilih mati?”Secara tiba-tiba suara itu muncul dari samping kiri Kael. Mencemari segala yang Kael lamunkan. Tanpa perlu melihat sosok pemilik suara, dia tahu, tidak lain itu adalah Eriel De Atria. Itu tidak mengejutkan Kael, hanya saja, mengingatkannya pada apa yang Eriel ambisikan; mewujudkan cita-ci
Episode 45: Mendidik Manusia Adalah Urusan Bersama, Tapi Menghakiminya Adalah Urusan Pribadi. Hawa dingin mulai mendayu-dayu dalam pikiran kedua anak kembar itu. Menjelma dalam pandangan evaluatif.Eriel sudah bukan lagi seperti saudari yang Kael kenal. Gadis manis yang dulu sama-sama berniat mencari ayahnya, sama-sama berpikir untuk menentang Mama-nya, yang sama-sama keluar dari ketidaktahuan untuk menghadapi luasnya dunia.Walau ambisiusnya masih dalam gelora yang sama, tetapi kini pola pikirnya telah menentukan makna hidup lain, yang dilengkapi sikap agresif dan radikal, adalah suatu perubahan yang besar. Meski itu tidak terlalu mengherankan bagi Kael, namun tetap saja hal tersebut telah membentuk Eriel pada sesuatu yang lain, yang bahkan Eriel sendiri tidak pernah mengharapkan ini bakal terjadi.Kael telah bangkit dari duduknya meski itu berarti ia akan membiasakan diri dengan luka dan pertarungan yang kurang diminatinya. Tapi dia sadar. Sadar, Eriel harus dilawan. Sekujur bad
Episode 46: Betapa Bahagia Melihat Orang Yang Dibenci Sekarat Dan Mati.Ini bukanlah kebaikan sang adik. Bukan pula belas kasihnya kendati waktu jeda yang diberlakukannya adalah setitik refleksi dari perasaan itu. Sebab mau bagaimanapun Eriel De Atria merupakan manusia yang terlalu dini untuk mengenyampingkan hati nuraninya, dan kurang berpengalaman menangani semacam geopolitik atau hal berunsur mewujudkan idealisme, rasanya kejauhan—meski konon kedewasaan seseorang bukanlah terletak dari usianya. Tapi di sanalah mereka bernapas sesak berhadapan. Darah telah membasahi setengah muka Kael—kepalanya bocor karena hantaman keras yang Eriel lakukan dengan sebuah batu. Tubuhnya telah lesu dengan terduduk ringkih, pandangannya ganar, sedang sebagian badannya bercalar. Jaket hoodie-nya saja rusak bagai digerogoti tikus-tikus rakus.“Uhuk uhuk ... uhuk uhuk!” Kael terbatuk-batuk dengan tatapan lelah pada adik tercintanya. Lebih parah lagi, memuntahkan darah yang sekaligus tanda kalau ia meng
Episode 47: Satu Pilihan Terbaik Membutuhkan Puluhan Pengorbanan. Alternasi waktu: Tanggal 19 / Bintang Pisces. Musim dingin. Genosida Para Pejabat berbuntut panjang. Perang sipil telah diujung tanduk. Negara Bangsa Selatan telah memberlakukan darurat militer siaga dua. {Darurat militer siaga dua merupakan status penanganan masalah nasional secara serempak, di mana militer mengambil alih kekuasaan keamanan negara dengan pengambilan tindakan-tindakan yang diperlukan demi kedamaian.} Apa yang telah diperbuat oleh sekelompok sosial-nonpemerintahan mendapatkan beragam reaksi dari setiap lini masyarakat. Yang anehnya mayoritas masyarakat mempersoalkan genosida tersebut. Terutama dari pihak keluarga korban yang menggugat pihak militer mengambil langkah setegas-tegasnya guna mengadili pihak militer dan kaum sosial-nonpemerintahan. Itu pula alasan sisa pejabat Selatan yang serentak melangsungkan muktamar mendadak, membahas perihal tragedi genosida para pejabat. Dan merencanakan langka
Alih-alih melambat, mereka bergerak makin kencang ….“Sialan … mereka semakin dekat, Pak!” kuak sang pengawal dengan mengaktivasi [Pemancar Aura]. Menggunakan Energi-Aura untuk menembakkan [Bola-Bola Aura Pingai] dari jendela pintu samping menuju Ereia, atau mengejawantahkan ilmu Aura tipe Sentral [Peluru Aura], [Penombak Es] dan lain sebagainya yang potensial, tidak peduli kalau dengan posisi seperti itu sangat sukar tepat sasaran.“HHAAHH ….” Ketua Odero kian gelisah. Dia dengan pikiran buntu tidak mengerti apa yang mesti dilakukannya. Dan, tidak mungkin dia menyerah begitu saja. Itu bukan dirinya.'Syut' 'Syut' …. Sementara anak panah terus berjatuhan, menghujani kereta kuda. Berupaya mengenai kusir atau kedua kuda hitam atau sang pengawal. Bukan hanya Ereia yang mesti mengantisipasi serangan ilmu Aura tipe Sentral supaya tidak mengenai kudanya, tapi, begitu pula sang pengawal yang tidak bisa begitu saja melakukan serangan, dirinya harus menyembunyikan kepalanya dari tembakan anak
3471-01-Aries (Musim Hujan). 12:11.Tetes demi tetes es tumpah ruah dari langit yang kelabu … berpadu angin segar yang mendinginkan sekitar … Desa Dom yang damai sampai-sampai diputihkan salju-salju ….Dan …, jangan lupakan senandung lagu ber-genre gotik dengan syair yang kelam nan syahdu bersumber dari sebuah radio telah mengiringi lamunan pria berjanggut putih itu di depan jendela. Menerawang keluar pada halaman belakang gedung serbaguna yang berselimut salju. Di kantor sementara ini dirinya beristirahat sekalian memikirkan pembangunan fasilitas pendidikan apa yang cocok dan jitu dalam memaksimalkan potensi warga desanya. Tiap-tiap dokumen atas segala informasi yang dibutuhkan tepat di meja kerjanya sudah ditinjau dengan saksama, tapi kebuntuan itu masih terasa.Tidak lama berselang, lamunannya luntur oleh panggilan darurat pengawalnya. Menginformasikan adanya kekacauan di aula yang disebabkan oleh sejumlah orang, bahkan beberapa Siluman disegel dalam Kartu Penyegelan Siluman. Ter
Provinsi Barat-Laut, Kota Astras, desa Dom ….Wajahnya menengadahkan ke langit, merelakan butir-butir es mendarat di sana. Memejamkan matanya seolah menikmati, menghayati dan mensyukuri segala karunia perjalanan hidupnya. Odero Hasiyama berdiri di halaman belakang gedung serbaguna yang berarsitekturkan mengerucut dengan patung 3 kepala ular kobra di puncaknya.Atas segala yang telah dilaluinya, dipelajarinya, dikorbankannya dan diberikannya, Ketua Odero masih tidak mengetahui masa depannya; hasil semua kerja kerasnya. Tetapi, disamping itu semua, semalaman, seharian atau akhir-akhir ini kilas balik soal pertarungannya dengan Aleon sang Siluman singa yang sekaligus pimpinan kaum Siluman Selatan-Putih terputar kembali. Diantara melimpahnya pengalaman dan memori pahit, entah kenapa itu yang belakangan menghantuinya.Utamanya, terkait kata-kata terakhir sang Aleon; 'Aku bersumpah, engkau pasti binasa, binasa ditangan orang terdekatmu!'Kendatipun sumpah serapah seperti itu sempat diterima
15:11 ….…. Kedua kakinya kini berhasil menjejakkan di atas trotoar. Diikuti oleh seorang perempuan dingin di sampingnya. Sekarang, mereka (Kael dan Ereia) tiba di Kota Diwa, perumahan Ubu. Tepatnya, di depan sebuah rumah panggung bercat monokromatik yang dilingkungi pepohonan cempaka dengan dedaunannya yang berguguran.3471-26-Gemini (Musim Gugur). Adalah Nazaya Alindeia yang Kael kunjungi. Berkenaan informasi (info yang dibabarkan oleh Arata dan Fang Yin) bahwa wanita yang sempat menghibur bahkan sempat menemani kesendiriannya ternyata sudah menikah dengan seorang Pewaris Aura Pingai. Dengan demikian, sambil menenteng koper kantor nuansa hitam Kael memasuki halaman depan rumah Nazaya, sedang Ereia menunggu di depan gerbang masuk dengan hanya mengetahui kalau ketua kelompoknya hendak mengunjungi teman lamanya.Begitu bel dibunyikan, tidak lama pintu pun didedah. Hingga tepat di depan Kael terpampanglah seorang wanita tiga puluh tahunan lebih yang mengenakan mantel hangatnya, berambu
Ada rembulan yang mulai bertengger di cakrawala. Lampu-lampu markas Heavenity telah dinyalakan. Seluruh penerangan mengakibatkan sebagian bayangan kegelapan tersingkap juga terlihatnya kadal terbang yang masih saja diganggu oleh seekor tupai terbang albino. Tapi, segera mereka membubarkan diri begitu kehadiran sejumlah manusia mengejutkan mereka ….“HOOORRRREEEEE …! KAK EL SUDAH PULANG!”Tepatnya, dipukul 19:11 Fang Yin, Nimira, Zion, Liora dan Arata memupuskan penantian yang Kael dan Ereia laksanakan, untuk lantas tiap-tiap individu saling menyambut dan memberikan salam selamat datang. Lamanya mereka tidak bersua membikin momen ini agak mengharukan dan penuh melepas rindu. Tim Heavenity baru saja menuntaskan quest dari Monitor Permohonan, tetapi, sebelum diskusi krusial diselenggarakan secara serius, mereka lebih dulu makan malam bersama sembari bercengkerama.Fang Yin banyak bercerita soal pertarungan antar Party-Aura, suka-duka yang dialami. Nimira, Zion turut mengenang kembali pet
20:11. Malam dingin di Kota Ikora, hotel Kiuristal bintang satu, kamar nomor 15 ….“… guru tidak membunuh Kael karena ….” Ixia mengajukan suatu hipotesis.“Karena Guru akan menjadikannya alat?” Una memberikan asumsi berdasarkan pengamatannya.“Tepat.” Dan, Ixia membenarkannya.“Tapi, alat yang bagaimana? Kalau nyatanya Kael tidak bisa dikendalikan?” Aon meluapkan rasa skeptisnya.Ixia tercenung. Di samping kasur, sekarang ketiganya duduk mengampar berkumpul di meja bulat untuk merundingkan beberapa soal serta rencana berikutnya. Pun untuk menemani kebutuhan mereka sejumlah camilan dan minuman disuguhkan di atas meja walau lebih banyak dikonsumsi oleh Una. “Kalian pasti mengetahui teori atau metode tesis dan antitesis, yang menghasilkan sintesis?” Ixia memastikan. “Atau teori Tiga Serangkai yang sering Guru Eriel aplikasikan?”“Hem, tahu. Kenapa?” balas Aon seraya menyantap biji bunga matahari yang termasuk makanan mahal dan mewah di negara Selatan-Kelabu.“Itulah rencana Guru Eriel …
3471-24-Gemini (Musim Gugur). 16:09. Sore yang mendung dihujani tetesan salju ….Bangsa Selatan-Kelabu, Kota Ikora, kediaman Eriel De Atria ….Untuk semua waktu yang telah hilang dalam kebersamaan dengan saudara kembarnya, yang dididik spesial untuk tujuan yang mulia. Pun mamanya yang jadi teladan, atau alasan-alasan mengapa Eriel mencapai semuanya. Barang tentu, dia tidak membunuh kakaknya karena—selain, Eriel perlu melihat apa yang mamanya lihat dari kakaknya yang barangkali tidak dimiliki olehnya—setelah semua yang dilaluinya memicu potensi baru. Membuat satu rencana baru yang lebih prospektif, untuk karier, untuk bertahan hidup—menyoal kesepakatan dengan saudara kembarnya. Itu teramat penting. Eriel De Atria bersama suami dan putrinya kini berkumpul di kamar yang bertema dedaunan khas botani. Seakan ada topik paling sensitif yang baru kali ini akan diungkapkannya dan tidak boleh ada yang mengetahuinya kecuali mereka. Namun ….“AAAARRGGHHH …!” Eriel meneriakkan suatu beban emosi.
Tiap-tiap jawaban yang paradoks adalah untuk pertanyaan yang paradoks …. Pria gundul itu duduk tegap dengan bersila di sana. Di atas air yang sekelilingnya hanyalah putih kosong (Realita Tengah, Dimensi 999, semesta kreasi Dewan Direksi Pertama). Menyaksikan panel antarmuka layar yang memproyeksikan semua data skenario permainan dan pencapaian yang telah dilaluinya … tetapi …. 'Ding!' Nada khas notifikasi seakan berbunyi dalam kepalanya …. SISTEM: [… berikut data soal skenario pertama: Berperan sebagai seorang Kesatria Cahaya yang mendirikan Sistem-Aura. Skenario kedua: Memerankan seorang nelayan yang menjadi penjahat kelas global. Skenario ketiga: Memerankan ras Iblis yang mendirikan tatanan sosial baru ….] Dan …. Catatan sejarah menuliskan bahwa dahulu kala Sistem-Aura bernama Sistem-Cahaya, tetapi, Dewan Direksi-Pertama yang berbekal ilmu pengetahuan baru menggagas nama baru, yang kemudian dikenallah sebagai … Sistem-Aura. Ia pertama kali hadir melalui angin; lahir dari
17:44.Hari pun menggelap … sinar mentari redup bersama bulir-bulir salju yang turun mengantarkan suhu dingin kepada sang bumi Selatan. Anak-anak menanggalkan semua permainan serunya untuk kembali ke rumah, menghangatkan diri bersama keluarga. Kecuali mereka yang kehilangan arti dari keluarga, menyambut dinginnya salju dengan kerelaan yang tinggi atau kepasrahan yang apa adanya. Di sebuah bangunan bar dua lantai yang berarsitekturkan buah anggur di Kota Nirvena ternyata jadi lokasi keberadaan Intania dan Ixia sekarang. Tempatnya mulai ramai, dikunjungi dari bermacam kalangan masyarakat. Pencahayaannya agak keunguan remang-remang. Diiringi piano bernada gotik yang dimainkan secara berbakat oleh seorang pemuda bermuka jelek hingga membangkitkan suasana nyaman untuk seluruh pengunjung .… Sebagaimana di sebuah meja dekat panggung piano, sepasang Energias membicarakan ilmu Energi dalam upaya meretas Sistem dan mengendalikan dunia. Para Auranias membahas pertandingan liga Nasional Pewaris