Episode 29: Hanya Karena Masalah Terlihat Sama, Bukan Berarti Diselesaikan Dengan Cara Yang Sama.ALDIA beserta dua prajuritnya telah kembali berdinas sekalian mengurus tiga jasad yang sampai detik ini tidak diketahui motif mereka hingga dijadikan objek ujian sang jenderal. Latar belakang ketiga korban saja tidak diketahui.Sementara di kamar, Eriel sedang duduk bersila di lantai sembari konsentrasi dalam semadi Aura-nya. Meningkatkan lagi kualitas Aura yang dimilikinya. Pukul 14:03. Siang yang mendung agak kejinggaan, Kael De Atria menyusuri perhutanan secara sembunyi-sembunyi, membawa bekal pancingannya hanya demi menuju danau favoritnya. Walakin, bukannya gembira karena dirinya kini tiba dengan selamat di lokasi memancing, Kael malah mendekus jengkel saat menyadari bahwa di area danau ini sudah hadir seorang gadis menyebalkan. Sosok itulah yang serta-merta membuat Kael terpaku bimbang di bibir danau yang membeku—bimbang antara kembali pulang atau tetap memancing walau ditemani s
Episode 30: Matahari Tidak Melelehkan Salju, Itu Hanya Membuat Hari Jadi Tidak Gelap.Pukul 17:57.Murka.Satu kata itu sudah mampu mendeskripsikan motif penyerangan yang Eriel lakukan. Dan ... bingung. Itu yang masih terpatri dalam pikiran Aira menyikapi kenyataan yang sukar dielakan. Sedang Kael secara apatis mematung di posisinya. Itulah yang memotivasi Aira menahan setiap serangan Eriel secara sukarela dan berani. Bertaburan dalam udara pecahan Aura Cahaya Eriel dan pecahan Aura Pingai Aira lantaran mereka saling beradu kemampuan lewat pukulan-pukulan Aura. 'Tafh' 'Tafh' 'Tafh'. “Minggir jalang! Jangan kau lindungi manusia tidak berguna itu!” hardik Eriel sembari bergerak ke sana-sini mencari ruang untuk menghajar kakaknya sendiri. “Jangan sebut diriku jalang! Cewek berambut hijau rumput!” ketus Aira kendati balasannya tidak senyelekit perkataan Eriel—setidaknya ia sudah berusaha. Tapi Aira juga tidak sudi menyingkir begitu saja. Alih-alih Eriel dan Kael yang semestinya ad
Episode 31: Hanya Karena Berhasil Melampiaskan Marah Bukan Berarti Masalah Tuntas.Pukul 18:51.Sejenak, kegelapan malam melingkupi kediaman Aldia tanpa terasa. Waktu berganti sejalan dengan dua Pewaris Aura Cahaya yang terlibat perseteruan moral dan adu fisik. Khususnya untuk Eriel yang asyik meluapkan apa yang mengganjal di hatinya. Dengan mata telanjang juga jelas kalau Eriel tanpa ampun menghajar saudara kembarnya habis-habisan. Lebih-lebih kemurkaannya telah melampaui segala perasaan yang tak kuasa dideskripsikan. Segala argumentasi pun larut dalam murka. Menganiaya kakaknya supaya terbayarkan seluruh beban mentalnya. Sejauh empat belas meter Kael terseret dari posisi awal. Salju dinodai bercak-bercak darahnya. Remaja berjaket hoodie itu terus terseret mundur gara-gara runtunan serangan Eriel. Dan yang tidak kalah penting, Kael masih kuasa berdiri walau rapuh nan ganar. Sekuat tenaga menolak tumbang. Bertahan dalam rentetan tinjuan Aura sang adik. Semenit berikutnya, Eriel mu
Episode 32: Kemenangan Bukanlah Segalanya, Namun Kekalahan Bukan Pilihan Yang Terbaik.Dalam proses reformasi runtuhnya kerajaan dinasti 67 bangsa Selatan, negara Bangsa Selatan mengalami Krisis ekonomi akibat anjloknya nilai mata uang kerajaan atau kurs Kinh terjun bebas ke titik terendah.{Kinh: Nama mata uang bangsa Selatan pada masa kerajaan yang digunakan hingga sekarang.}Dalam kurun waktu kurang dari setahun, kurs Kinh yang berada diangka Kinh100 per-satu gram emas 24 karat anjlok menjadi Kinh1560 per-satu gram emas 24 karat dan menyebabkan hiperinflasi.Berefek domino pada semua harga bahan pokok yang menjulang tinggi, konsumsi masyarakat terus menurun, nilai tukar yang sulit dikontrol, dan ekonomi turun sangat signifikan. Hal itu juga dibarengi era globalisasi yang tak terhindarkan. Era globalisasi juga membentuk ekonomi Jilid Tiga; berdirinya bank sentral dunia, terbentuknya lembaga internasional moneter dunia (IMD), terbentuknya federasi persatuan bangsa-bangsa (FPB), dan b
Episode 33: Barang Siapa Yang Inginkan Keadilan, Dia Harus Temukan Dulu Ketidakadilan. Beliau adalah sang pionir negara Bangsa Selatan. Sosoknya terbilang nyentrik, bersahaja dan seorang lajang yang dermawan. Beliau selalu berpenampilan bertelanjang dada meski udara dapat membekukan darahnya, sang pemilik mata biru langit cerah yang punya tatapan tajam penuh waspada, berperawakan tinggi (1,9 meteran) dengan bahu tegap, rahang kokoh yang presisi, berkulit warna sawo matang, dengan rambut putih gondrongnya yang dikucir tinggi ke belakang serta paras kaku yang menguarkan karisma. Beliau memang tidak setampan para selebritis terpopuler, juga bukan terlahir dari keluarga aristokrat, tetapi beliau secara mengagumkan punya pembawaan yang tegas dan berintegritas. Beliaulah sang sosok presiden pertama negara Bangsa Selatan yang bernama Davian Marzuq. Akrab dipanggil, Davian; Presiden Davian. Perspektif positif terhadapnyalah yang membuat ia dianggap sosok berwibawa. Bahkan secara berle
Episode 33: Barang Siapa Yang Inginkan Keadilan, Dia Harus Temukan Dulu Ketidakadilan. (Part 2) 'Sejarah terulang secara paradoksal, siapakah yang salah?' 'Apakah ujung sosial-nonpemerintahan adalah chaos?' 'Seperti apakah sosial-nonpemerintahan yang diekspektasikan presiden negara Bangsa Selatan Davian?' Tersebar berita-berita menggemparkan yang tendensius mempertanyakan ideologi negara Bangsa Selatan, memperdebatkan apa yang sesungguhnya terjadi kini. Walau dalam beberapa wawancara, presiden sendiri dengan tegas menampik bahwa sosial-nonpemerintahan bukanlah kekacau-balauan yang marak terjadi, tapi sekaligus mendukung penuh beberapa individu melenyapkan nyawa para pejabat karena memang negara Bangsa Selatan telah bersumpah untuk menghancurkan sistem pemerintahan yang dimulai dari 'buah-buah-nya'. Pada titik itu, Panglima Perang Hiel mulai terdesak oleh rekan-rekan sejawatnya supaya mengambil langkah setegas-tegasnya. Supaya cepat membuktikan konsistensi militer yang independen
Episode 34: Dunia Tidak Seperti Mimpi, Setidaknya Di Sana Tempat Kita Bermimpi.ALTERNASI waktu: 20 / Bintang Capricorn. Musim dingin.Pukul: 12:43.Mentari yang biasanya dapat memamerkan sinar kemegahannya kini tersaput awan-awan tebal. Walau tetap hari ini dikatakan hari yang cerah karena hujan salju tidak melanda. Pada halaman depan rumah Aldia, dua Pewaris Aura tengah menyibukkan diri dalam suatu kegiatan penting: Dinginnya udara dan cuaca mendung tidak menyurutkan Eriel dan Aira untuk terus berlatih menguatkan kualitas bola-bola Aura mereka. Serius, penuh penilaian, mereka berlari dan menembakkan bola-bola Aura hingga pecah, saling beradu. Jenderal Aldia tidak ketinggalan hadir di sini. Mengenakan busana hangat dengan jaket bulu tebal, dan bercelana pantalon kelabu dengan sepatu lars hitamnya. Ibu dua anak itu tengah duduk di kursi goyang, tepat di beranda rumahnya sekalian berkomunikasi dengan seseorang lewat sebuah ponsel, diselingi isapan demi isapan cerutu rasa jeruk yang be
Episode 35: Guru Termanis Adalah Pengalaman Pahit. Pukul: 15:03. Demonstran bermunculan dihampir segala kota di beberapa provinsi. Mengumandangkan penolakan, kemarahan dan konfrontasi. Kebijakan presiden menuai polemik baru, dibumbui pihak-pihak tak bertanggung jawab yang memanfaatkan situasi demi kepentingan golongan pribadi. Pihak militer menjadi serba salah selepas kritikan presiden menjadi sebuah titah; militer tidak boleh ikut campur urusan politik. Kubu pembelanya jelas menahan para demonstran agar ketertiban bertahan. Sedang para pendaginya mendesaknya bertindak tegas pada para pendukung sosial-nonpemerintahan yang kelewat batas. Lalu Panglima Perang Hiel tanpa letih dan secara persuasif memprovokasi presiden dalam upaya menyudahi kelicikan sang pimpinan tertinggi negara Bangsa Selatan itu. Sejalan dengannya, Jenderal A Aldia De Atria sudah mengetahui dalang dari tersebarnya berita buruk mengenainya—berita mengenai paham radikalismenya atas bukti sebuah buku dan penyalah
Episode 299: Karena Kebahagiaan Itu Membosankan, Sama Membosankannya Dengan Penderitaan!'Wush'.Sekelebat bayangan kemerahan pekat melintas di hadapannya. Gaun merah yang menjuntai hingga ke tumit kaki berkibar mistis dengan dua mata yang bersinar putih menyilaukan mengintip dari rambutnya yang hitam amat panjang serta-merta dikenali Eriel De Atria sebagai Azusa Mingxia, Pewaris Aura Cahaya terakhir di benua Selatan.Bagian mengejutkannya ketika sosok Azusa berintegrasi dengan Eriel selayaknya air dan basahnya diiringi ribuan pasukan yang siap melawan sesosok pria gondrong berbusana urakan yang mengangkat pusaka Tongkat-Kujang Berlian. Suasana dimeriahkan lagi oleh berlangsungnya gerhana matahari serta beberapa meteor kemerahan yang menghujani wilayah Selatan. Fenomena alam yang sekalian dieksploitasi oleh Eriel dan sosok pria gondrong demi memperoleh kualitas Aura Cahaya lebih tinggi. Guru Erika pun bahkan bergabung mendukung pria Auranias Cahaya itu.Dan jiwa Azusa Mingxia yang seak
Episode 298: Seperti Menyaksikan Benda Yang Belum Pernah Ada Di Dunia Ini.3469 / 03 / Leo (Musim Semi). 12:05.Ruruia hanya bingung harus bersikap seperti apa saat yang didapatkan adalah sesuatu yang tidak terencana sejauh hidupnya. Walau bagaimanapun keadaannya tekadnya kokoh kepada alasan dia memulai. Yang lebih baik dari itu adalah tidak satu pun yang menyadari niat terselubungnya. Kemenangan kelompoknya tidak hanya mendapat apresiasi dari masyarakat, penghargaan berupa materi dan medali diserahkan pemerintah kota Diwa kepada kelompok Tunggalitas—ya, tidak diragukan lagi, para petinggi Tunggalitas yang mendapatkan manisnya sedang anggota-anggota dibawahnya cukup mendapatkan hikmahnya.Ratusan sampai ribuan individu rela menyesaki area rumah megah Ruruia hanya demi menyaksikan sekaligus menyambut ketua baru Tunggalitas. Amat ramai. Sampai-sampai disiarkan langsung oleh salah satu stasiun televisi lokal sebab peristiwa ini sangat historis bagi tiap-tiap kalangan yang terlibat di da
Episode 297: Hidup Ini Jadi Berat Karena Sebagai Hal Yang Tidak Diinginkan.Tensi pertarungan lebih tinggi dan intensitas serangan lebih rapat. Sangat ambisius dan agresif bagaimana mereka bertempur. “GYYAAAAAAAAAH ...!” Odero mengaktivasi [Sisik Seribu Api] yang mengejawantahkan ratusan bola-bola api seukuran bola tenis tepat memberondongi Aleon.'BLARSH'.“... [Benteng Timur] Aktif!” Bersama kecekatan Aleon yang luar biasa sebuah serangan balik diserahkannya, “[Seribu Duri Salju] kombinasi [Gelembung Udara Peledak] ...!”'BOOMM'.'BOOMM'.Kendatipun mati-matian serangan jarak jauh-dekat silih berganti belum ada tanda siapa yang dipastikan mencapai garis kemenangan.Begitu duel tiba dipukul 15:37, Energi-Aura milik Odero yang telah menipis dan keadaan yang menyudutkannya menciptakan alasan untuk menabrakkan dirinya menuju satu pilar. Berniat meledakkan semuanya. 'DHUAAARSS'.Selepas berhasil, keseimbangan keempat pilar berantakan. Suplai unsur alam kepada Aleon terhenti. Dan tidak
Episode 296: Mati Dalam Kebebasan Lebih Baik Ketimbang Hidup Dalam Perbudakan.3469 / 02 / Leo (Musim Semi).Aleon selaku pimpinan serikat kaum siluman Selatan-Putih belum kalah mempertahankan ideologinya sekalipun dengan telak dan merugikan kelompoknya telah dikalahkan—sampai mencelakainya malah.Pertempuran di hutan Rambut Alam telah tuntas, tapi banyak target operasi yang entah bagaimana melarikan diri tanpa malu-malu, tanpa dapat dihentikan saat keadaannya sangat mendukung penangkapan besar-besaran. Ada yang melakukan pembelotan atau telah terlibat situasi pelik yang menyebabkan itu lazim terjadi.Tidak diragukan lagi,—meskipun enggan diakui—sebagai salah satu yang melarikan diri dari operasi tersebut ialah Aleon dan tokoh-tokoh kesayangannya. Sementara sekutu-sekutu Odero menuntaskan urusannya masing-masing, dia dalam kemantapan hati sendirian mendatangi lokasi keberadaan Aleon. Tidak sulit baginya menemukan siluman singa itu selagi Odero sendiri yang mengumumkan dalang atas kek
Bab 9: SISTEM AURA V.7.5 (Peserta Primordial).'Di luasnya alam semesta Aura ini ... ada yang mengawasi mereka.'Menyaksikan data-data alam semesta Aura dan Gudang Ilmu-Ilmu Aura, siapapun pasti takjub akan semua pengetahuan bagai tak berujung itu, yang apabila dicatatkan sebagai sebuah buku anak-anak pun tidak akan keliru dalam menebak bahwa manusia biasa akan kehabisan umurnya sebelum mampu merampungkan semua detail yang ada. Ya, itu terdengar seperti lelucon atau lebih konyol lagi.Dan semua usaha para Programmer Aura untuk menyatukan setiap generasi dengan cara yang sangat variatif gagal total dan malah sebaliknya, pembentukan heterogen menjadi persaingan antar departemen permainan dunia yang beralih perselisihan abadi tak berujung. Satu-satunya jalan keluar sebetulnya hanyalah pemusnahan secara tak bersisa.Menyebabkan kerumitan masif, kebingungan tanpa ujung dan melontarkan ribuan pertanyaan dari mereka-mereka yang menuntut kejelasan mendalam, “Mengapa Sistem mengondisikan ske
Bab 8: SISTEM AURA V.7.5 (Peserta Primordial).Mengingkari prinsip kinerja alam semesta bagi Solum bukanlah kemustahilan. Dialah yang mendesain hukum semesta Aura. Membangun atau menghancurkan peradaban. Sebagai satu dari beberapa Programmer yang utama. Sang pimpinan Departemen Permainan Dunia Sistem Dewa-Dewi. Dalam kasus itu, beberapa sebutan istimewa tersemat kepadanya, walaupun yang paling kontroversial adalah kemampuannya dalam meretas Sistem lalu memanipulasi seluruh dunia.Dari sana tidak perlu ada yang diherankan, gelar dan ilmunya melampaui seluruh peserta di dunia Aura. Lebih baik dari itu, usianya yang sangat panjang melebihi umur alam semesta Aura. Dirinya lebih dulu eksis daripada kehadiran dunia Aura itu sendiri. Menjadi saksi banyak peristiwa dan hidup-mati makhluk-makhluk permainan. Sebelumnya bahkan ia telah menciptakan permainan dunia sesuai visual imajinasinya. Heroik, antagonistis, nyata, maya, kasar atau segala sesuatu yang eksis di semesta Aura telah diketah
Halo.... Salam hangat dari Penulis Sistem Aura Infinity.Maaf telah menunggu lama...Karena Ada beberapa soal yang harus penulis rampungkan, maka novel ini akan dilanjutkan setelah penulis menyelesaikan urusannya. Tentu dengan upaya agar gaya penulisan yang lebih ringan dan informatif (ya semoga saja) ....Terima kasih untuk yang berkenan membaca atau selainnya, penulis sangat mengapresiasi itu.maaf untuk banyak kesalahan dan kalimat yang menyinggung. Sungguh penulis hanya bermaksud menghibur dan moga tulisan sederhana ini bisa jadi Manfaat besar dalam kenyataan para pembaca....Nantinya penulis akan buatkan episode tambahan lebih dulu sebelum memasuki jilid 3. Beberapa episode jilid 2 pun sudah penulis revisi--artinya novel ini masih Berlanjut Sekalipun Sepi Peminat. Kalau semua ini kurang memuaskan, atau bahkan buruk yaaaa... aku kembalikan pada kebijaksanaan para pembaca....Terima kasih...
Bab 7: SISTEM AURA V.7.5 (Dewan Keadilan 0).Bangsa Tanah / Eartheia ....Konon nomor 0 adalah angka terakhir yang ditemukan setelah melalui angka 1 sampai sembilan ....Pun konon, siapa yang terkoneksi dengan Sistem secara langsung dia adalah budak dari Sistem itu sendiri. Tidak ada yang begitu peduli pada seorang pria yang hidup sendiri dan terbuang di hutan Ozon selain dirinya sendiri. Bertahun-tahun di sana, bahkan biarpun dia terlahir dari keluarga yang paling dihormati di desanya, dia tampak selalu terasingkan tidak seperti anggota-anggota keluarganya, mengerjakan apapun selalu seorang diri.Semua bermula saat diantara kedua saudara kandungnya dia adalah si bungsu (anak ketiga) yang tidak mewarisi Aura; non-Auranias. Tidak sedikit pun berminat melestarikan pemahaman keluarganya yang konservatif; Ortodoks-Aura. Satu-satunya anak yang berbeda, yang vokal mengingkari cara hidup keluarganya. Memiliki cara pandang sendiri mengenai dunia Aura dan cara kerjanya. Tidak sepakat harus se
Episode 295: Ketika Sudah Punya Segalanya Kita Umumkan Bahwa Hidup Ini Mudah Dan Indah. 18:44.Badai salju!Dalam rangka bermain bersama teman-temannya Zihao terpaksa menundanya lantaran derasnya arus badai yang menerpa Kota New Feel dan sekitarnya. Akan amat berbahaya kalau ia bermain di luar ruangan dalam cuaca yang dapat menerbangkan dua ekor kuda.Sekarang di kamarnya, Zihao menikmati lagi masa kanak-kanaknya dengan membaca komik Adiwira Auranias Cahaya Generasi Klasik. Komik yang cocok buat anak seusianya. Bahasa yang ringan tidak berbelit-belit, topik yang santai tidak berlebihan, banyak humor yang pas, tanpa bualan-bualan kontroversial, tanpa bunuh-membunuh, benar-benar pantas untuk melepaskan penat dan menghibur diri.Namun, begitu kebosanan mengintervensi jiwanya, dia meninggalkan kamarnya untuk lalu duduk bersama Mama-nya di sofa ruang utama. Sambil menonton acara televisi yang kesulitan mendapatkan sinyal karena badai yang berlangsung, sehingga hanya beberapa stasiun televi