Episode 26: Kalau Gagal Coba Kembali, Siapa Tahu Kegagalan Berikutnya Lebih Berarti.Aldia menyadari bahwa putra-putrinya mesti berkembang lebih pesat kearah yang progresif. Kekalahan dua anaknya dengan Lunio adalah premis yang mendasari pikirannya untuk bertindak.Dia punya rencana. Tapi sementara itu, markas militer komando 13 yang seluas dua puluh tiga hektare menjadi destinasi sang jenderal—pusat Kemiliteran Komando 13. Gedung bercat kelabu berlantai 5 berarsitektur serupa dengan sarang lebah itu adalah lokasi keberadaannya. Wanita berambut hijau itu tengah berdiskusi bersama beberapa staf kemiliteran di ruangan rapat. “... manuver p-politik dari lima pihak d-di kota Aurania k-kian gencar ....” Seorang wanita muda bergaya bicara gagap mengutarakan topikalitas diselenggarakannya rapat ini. “Dari b-banyaknya persoalan ya-yang terdeteksi, terdapat sa-satu persoalan pelik yang se-sejatinya berkembang secara signifikan. Salah s-satu persoalan lainnya me-menyangkut independensi kemili
Episode 27: Semoga Semua Pelayanan Ini Diterima Sang Kegelapan Abadi. DALAM beberapa bintang/bulan berikutnya Jenderal A Aldia mengurus banyak persoalan pelik yang mengharuskannya tidak pulang ke rumah. Persoalan yang nyatanya telah mengguncang lagi psikisnya, yang menjadikannya dilema dalam opsional sebuah keputusan, bagai 'buah simalakama'.Merelakan dua anaknya melaksanakan rutinitas studi mereka sebaik-baiknya, menaruh percaya pada mereka walau entah apakah Kael dan Eriel dapat konsisten belajar dan selalu akur.Tentulah, Aldia tak dapat menarasikan pada putra-putrinya tentang fakta yang sesungguhnya telah terjadi dalam negaranya sendiri. Terlalu berat untuk sekarang dua anaknya terlibat kasus internal di negerinya sendiri dengan kondisi mental, fisik dan ilmu mereka yang belumlah kompeten.Dan untuk Erika, wanita 40 tahunan itu selalu konsisten melaksanakan kewajiban dan tugasnya tanpa hal aneh-aneh yang mengusik penugasan sang jenderal. Alternasi waktu: 02 / Bintang Capricon.
Episode 28: Rasa Sakit Yang Jadi Alasan Mencapai Kebahagiaan, Ketidakberdayaan.“Sejalan dengan apa yang pernah Mama bilang; kita akan melakukan ujian dengan hadiah kebebasan.”Aldia mulai menjabarkan motif kehadirannya di sini. “Dengan begitu, tiga insan di depan kalian ini termasuk dalam ujian tersebut ....”Apa yang sang jenderal itu kemukakan perlahan membayar semua keheranan Eriel dan Kael. Rupanya tiga individu itu menjadi soal dalam ujian.Lalu Aldia menyodorkan sebilah pisau seraya menitah, “Cabut nyawa mereka untuk kebebasan kalian ....”Sontak bukannya senang karena dengan begitu ujian menjadi mudah, malah menjerumuskan Eriel dan Kael ke dalam kebingungan yang mengguncang psikis mereka. Karena sejujurnya ini diluar perkiraan dan prasangka. ”Ini terlalu berat.“ Kael sampai mencetuskan pendapat untuk tidak habis pikirnya. “Ta-tapi ... kukira kita akan bertarung?” timpal Eriel untuk ketidakmengertiannya. ”Kapankah Mama bilang ujian kalian akan bertarung?“ sindir Aldia untuk
Episode 29: Hanya Karena Masalah Terlihat Sama, Bukan Berarti Diselesaikan Dengan Cara Yang Sama.ALDIA beserta dua prajuritnya telah kembali berdinas sekalian mengurus tiga jasad yang sampai detik ini tidak diketahui motif mereka hingga dijadikan objek ujian sang jenderal. Latar belakang ketiga korban saja tidak diketahui.Sementara di kamar, Eriel sedang duduk bersila di lantai sembari konsentrasi dalam semadi Aura-nya. Meningkatkan lagi kualitas Aura yang dimilikinya. Pukul 14:03. Siang yang mendung agak kejinggaan, Kael De Atria menyusuri perhutanan secara sembunyi-sembunyi, membawa bekal pancingannya hanya demi menuju danau favoritnya. Walakin, bukannya gembira karena dirinya kini tiba dengan selamat di lokasi memancing, Kael malah mendekus jengkel saat menyadari bahwa di area danau ini sudah hadir seorang gadis menyebalkan. Sosok itulah yang serta-merta membuat Kael terpaku bimbang di bibir danau yang membeku—bimbang antara kembali pulang atau tetap memancing walau ditemani s
Episode 30: Matahari Tidak Melelehkan Salju, Itu Hanya Membuat Hari Jadi Tidak Gelap.Pukul 17:57.Murka.Satu kata itu sudah mampu mendeskripsikan motif penyerangan yang Eriel lakukan. Dan ... bingung. Itu yang masih terpatri dalam pikiran Aira menyikapi kenyataan yang sukar dielakan. Sedang Kael secara apatis mematung di posisinya. Itulah yang memotivasi Aira menahan setiap serangan Eriel secara sukarela dan berani. Bertaburan dalam udara pecahan Aura Cahaya Eriel dan pecahan Aura Pingai Aira lantaran mereka saling beradu kemampuan lewat pukulan-pukulan Aura. 'Tafh' 'Tafh' 'Tafh'. “Minggir jalang! Jangan kau lindungi manusia tidak berguna itu!” hardik Eriel sembari bergerak ke sana-sini mencari ruang untuk menghajar kakaknya sendiri. “Jangan sebut diriku jalang! Cewek berambut hijau rumput!” ketus Aira kendati balasannya tidak senyelekit perkataan Eriel—setidaknya ia sudah berusaha. Tapi Aira juga tidak sudi menyingkir begitu saja. Alih-alih Eriel dan Kael yang semestinya ad
Episode 31: Hanya Karena Berhasil Melampiaskan Marah Bukan Berarti Masalah Tuntas.Pukul 18:51.Sejenak, kegelapan malam melingkupi kediaman Aldia tanpa terasa. Waktu berganti sejalan dengan dua Pewaris Aura Cahaya yang terlibat perseteruan moral dan adu fisik. Khususnya untuk Eriel yang asyik meluapkan apa yang mengganjal di hatinya. Dengan mata telanjang juga jelas kalau Eriel tanpa ampun menghajar saudara kembarnya habis-habisan. Lebih-lebih kemurkaannya telah melampaui segala perasaan yang tak kuasa dideskripsikan. Segala argumentasi pun larut dalam murka. Menganiaya kakaknya supaya terbayarkan seluruh beban mentalnya. Sejauh empat belas meter Kael terseret dari posisi awal. Salju dinodai bercak-bercak darahnya. Remaja berjaket hoodie itu terus terseret mundur gara-gara runtunan serangan Eriel. Dan yang tidak kalah penting, Kael masih kuasa berdiri walau rapuh nan ganar. Sekuat tenaga menolak tumbang. Bertahan dalam rentetan tinjuan Aura sang adik. Semenit berikutnya, Eriel mu
Episode 32: Kemenangan Bukanlah Segalanya, Namun Kekalahan Bukan Pilihan Yang Terbaik.Dalam proses reformasi runtuhnya kerajaan dinasti 67 bangsa Selatan, negara Bangsa Selatan mengalami Krisis ekonomi akibat anjloknya nilai mata uang kerajaan atau kurs Kinh terjun bebas ke titik terendah.{Kinh: Nama mata uang bangsa Selatan pada masa kerajaan yang digunakan hingga sekarang.}Dalam kurun waktu kurang dari setahun, kurs Kinh yang berada diangka Kinh100 per-satu gram emas 24 karat anjlok menjadi Kinh1560 per-satu gram emas 24 karat dan menyebabkan hiperinflasi.Berefek domino pada semua harga bahan pokok yang menjulang tinggi, konsumsi masyarakat terus menurun, nilai tukar yang sulit dikontrol, dan ekonomi turun sangat signifikan. Hal itu juga dibarengi era globalisasi yang tak terhindarkan. Era globalisasi juga membentuk ekonomi Jilid Tiga; berdirinya bank sentral dunia, terbentuknya lembaga internasional moneter dunia (IMD), terbentuknya federasi persatuan bangsa-bangsa (FPB), dan b
Episode 33: Barang Siapa Yang Inginkan Keadilan, Dia Harus Temukan Dulu Ketidakadilan. Beliau adalah sang pionir negara Bangsa Selatan. Sosoknya terbilang nyentrik, bersahaja dan seorang lajang yang dermawan. Beliau selalu berpenampilan bertelanjang dada meski udara dapat membekukan darahnya, sang pemilik mata biru langit cerah yang punya tatapan tajam penuh waspada, berperawakan tinggi (1,9 meteran) dengan bahu tegap, rahang kokoh yang presisi, berkulit warna sawo matang, dengan rambut putih gondrongnya yang dikucir tinggi ke belakang serta paras kaku yang menguarkan karisma. Beliau memang tidak setampan para selebritis terpopuler, juga bukan terlahir dari keluarga aristokrat, tetapi beliau secara mengagumkan punya pembawaan yang tegas dan berintegritas. Beliaulah sang sosok presiden pertama negara Bangsa Selatan yang bernama Davian Marzuq. Akrab dipanggil, Davian; Presiden Davian. Perspektif positif terhadapnyalah yang membuat ia dianggap sosok berwibawa. Bahkan secara berle