Share

Bab 21

last update Last Updated: 2022-06-02 19:40:34

Dengan sikap masa bodoh aku kembali berjalan menuju lift. Kupaksa kaki ini melangkah dengan cepat. Saat ini bersembunyi dalam apartemen adalah solusi yang tepat. Mengamankan diri dari pandangan tidak mengenakkan dari mereka. Lambat laun semua akan baik-baik saja. Tak selamanya video itu akan menjadi buah bibir mereka.

Kembali kuyakinkan diri sendiri. Bahwa semua akan baik-baik saja. Toh bukan aku saja yang mengalaminya. Artis papan atas juga sama. Justru mereka semakin terkenal. Bahkan job semakin lancar karena video viral mereka tersebar di dunia maya.

"Itu penghuni apartemen sebelah kan? Berani dia ke sini lagi?"

"Dia mencemarkan apartemen kita."

"Dasar pelakor tidak tahu malu!"

Hujatan demi hujatan terdengar olehku. Aku mencoba menutup telinga rapat. Ucapan mereka tak ku hiraukan. Menjadi wanita simpanan harus punya muka tembok. Biarlah mereka mau bicara apa. Toh, bukan mereka yang memenuhi semua kebutuhanku. Anggap saja angin lalu.

Apartemenku tinggal beberapa langkah saj
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 22

    Pov Sandra "Ini kan yang kamu cari, Yasmin?" Yasmin menoleh ke belakang, matanya membulat sempurna melihat aku dan Mas Bagas yang bergandengan tangan. Senam jantung kan? Memang enak? Kukira wanita jal*ng itu akan menjadi gelandangan di pulau orang. Tapi dugaanku salah. Dia bisa juga kembali ke Jakarta. Heran juga, semua orang bisa iba dengannya. Apa jangan-jangan dia menggunakan pelet? Ah, entahlah! Yang terpenting adalah melempar Yasmin dari hidup Mas Bagas. "Ayo kita pulang, Mi!" Mas Bagas menarik tangan ini. Namun secepat kilat kutepis. Permainan baru di mulai tapi kenapa harus tergesa-gesa pulang? Apa Mas Bagas takut aku berbuat nekad? Atau takut gundik kesayangannya menangis? "Aku mau di sini sebentar, kalau papi mau pulang. Silakan!" Seketika Mas Bagas berhenti. "Maaf Mbak, apartemen atas nama Yasmin memang sengaja dikosongkan. Itu perintah dari Pak Bagas selaku penyewa apartemen ini." Aku tersenyum puas mendengar ucapan resepsionis itu. Namun tidak dengan Yasmi

    Last Updated : 2022-06-03
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 23

    Sebenarnya ada rasa tak tega melihat Mas Bagas di hajar papa.Namun ku tepis jauh perasaan itu. Biarlah Mas Bagas menuai apa yang ia tanam. Dan semoga saja Mas Bagas bisa sadar dan tahu rasa sakit hati ini. "Kamu sudah mencoreng nama keluarga kita. Apa yang ada di ot*k kamu hingga menyakiti hati Sandra dan anak-anak?" ujar papa Aryo lantang. Dada beliau naik turun, emosi sudah ada di ubun-ubun. "Bagas khilaf, Pa. Itu semua aku lakukan karena Sandra sudah tak bisa melayaniku dengan baik." DEG Nyeri di ulu hati saat Mas Bagas mencari pembenaran dari sikapnya itu. Pelayanan yang bagaimana lagi agar bisa membuatnya tetap setia? Dada naik turun menahan emosi yang siap meledak. Namun sebisa mungkin ku tahan. Ku lihat sejauh mana Mas Bagas memutar balikkan kenyataan. Sebagai seorang suami dia harus menjadi imam yang baik. Menutup aib istri di hadapan orang lain. Termasuk keluarganya sendiri. Apa ini balasan atas penggrebekan yang ku lakukan? Aku hanya ingin memberi mereka pelaja

    Last Updated : 2022-06-03
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 24

    Melepaskan? Apa kah aku harus berpisah dengan Mas Bagas? Entahlah, rasa cinta itu memang masih ada tapi sudah terkikis. Aku bahkan tak tahu masih banyak atau justru terkikis habis. Namun berpisah bukan pilihan yang tepat. Selain tak ingin kedua putraku hidup terpisah dengan ayahnya. Aku juga tak ingin Yasmin bahagia di atas penderitaanku. Yasmin akan menguasai harta kami jika aku bercerai. Dan itu tidak bisa dibiarkan. "Brian bisa pindah tempat sebentar?" tanya Mas Bagas. "Aku tidak mau, pi!" "Brian." Kuanggukan kepala saat Brian menatap ke arahku. Seketika dia berpindah tempat dan duduk tempat di belakang Mas Bagas. "Sandra maafkan aku. Aku memang salah telah menduakan cintanya kita. Aku khilaf, tolong maafkan aku." Aku mencebik mendengar kata khilaf yang keluar dari mulut Mas Bagas. Khilaf tidak akan berjalan hingga satu tahun. "Tolong maafkan aku, San. Aku janji itu yang terakhir. Mari kita jalani semua dari awal. Aku akan membahagiakanmu hingga maut menjemput." Mungkin d

    Last Updated : 2022-06-04
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 25

    "Bangun Woy!" teriak Cindy seraya menggedor-gedor pintu kamar Yasmin. Jarum jam masih berada diangkat tujuh kalau Cindy berusaha membangunkan sahabatnya, Yasmin. Wanita dengan pakaian kurang bahan itu tak suka jika Yasmin masih tidur pulas. Dia akan meminta Yasmin mencari pekerjaan. Menumpang lama di rumah akan menguras uang miliknya. Itu yang ada di pikiran Cindy. Bagi Cindy, kedatangan Yasmin adalah masalah besar baginya. Dulu kehadiran Yasmin begitu diharapkan Cindy. Namun tidak sekarang. Cindy hanya mau uang Yasmin. Bukan orang saja. Lingkungan memang mempengaruhi pola pikir seseorang. Begitu pun Cindy. Bergaul dengan orang-orang salah membuat pola pikirnya pun mulai berubah. Dia tak lagi memikirkan persahabatan. Yang ada di kepalanya hanya uang, uang dan uang. Yasmin menggeliat, gedoran pintu ia biarkan begitu saja. Yasmin sudah tahu karakter sahabatnya. Dekat saat Yasmin ada uang dan menghilang ketika tak memiliki apa-apa. Ingin rasanya Yasmin pergi. Namun lagi dan lagi, i

    Last Updated : 2022-06-05
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 26

    "Mbak ini yang ada di video viral itu kan?" tanya seorang lelaki paruh baya yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Yasmin. Seketika wajah Yasmin memerah. Namun sebisa mungkin ia tutupi rasa malu yang mendominasi hati dan pikiran. "Maaf, mungkin bapak salah orang." Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulut wanita berambut panjang itu. "Saya yakin kok." Lelaki itu tetap kekeh dengan pendiriannya. Dia justru semakin menatap Yasmin dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Ini, Mbak." Yasmin segera memberikan uang dan pergi dari sana. Berbekal foto copy KTP dan ijazah Yasmin mencoba mencari pekerjaan. Dia bahkan lupa untuk melamar pekerjaan bukan hanya KTP dan ijazah saja. Namun harus memiliki foto, surat lamaran dan lain sebagainya. Di lain tempat Sandra dan Bagaskara sedang duduk di ruangan notaris. Mereka tengah mengurus pemindahan aset atas nama Bagas menjadi atas nama Sandra. Senyum tak henti terlukis di wajah Sandra. Namun tidak dengan Bagaskara. Lelaki yang sudah memi

    Last Updated : 2022-06-06
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 27

    “Maaf Ya,Mbak.Saya tidak sengaja.” Brian menatap wanita di hadapannya. “Tak apa,namanya juga tidak sengaja.” Yasmin memasukkan ponsel ke dalam tas. Dia urungkan niat untuk kembali menghubungi Bagas. Yasmin kembali berjalan. Dia memutuskan untuk mencari rumah makan terdekat. Rasa lelah dan lapar menuntunnya untuk pergi ke rumah makan tak jauh dari mini market. Hanya tiga bangunan dari toko yang menjual berbagai kebutuhan pokok itu. “Mbak!” Langkah Yasmin terhenti kala mendengar panggilan seseorang. Wanita yang memakai kemeja biru muda itu kembali menoleh ke belakang. “Kamu memanggilku?” tanyanya kepada Brian yang masih diam membisu. Bahkan matanya tak lepas dari memandang Yasmin. “Apa ini orangnya?” Brian mengingat wajah wanita di video penggrebekan itu dan mencocokkan dengan wajah wanita di hadapannya. “Benar dia orangnya. Pantas saja papi tergila-gila padanya. Yasmin memang cantik. Sayang kecantikannya digunakan untuk merusak hubungan orang lain,” batin Brian. Yasmin sedikit

    Last Updated : 2022-06-06
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 28

    Yasmin diam, ucapan Bagaskara membuat dirinya tak berkutik. Yasmin memang sudah jatuh hati kepada lelaki beristri itu. Namun untuk hidup bersama tanpa limpahan harta membuat dirinya ragu. Awal mula terjalin hubungan terlarang itu karena harta. Hingga akhirnya keduanya bermain hati terlalu dalam. Itu yang membuat mereka tak bisa saling melepaskan. "Kenapa kamu diam, Yasmin? Apa benar yang dikatakan Sandra. Kamu hanya menginginkan hartaku. Kamu tak mencintaiku kan?" Yasmin seperti memakan buah simalakama. Bingung harus berkata apa? Kalau saja dia tidak bermain hati, mungkin saat ini dia memilih pergi dan mencari pria yang lebih kaya dibanding Bagas. Namun hati Yasmin telah terjerat dengan pesona Bagaskara. Lelaki yang sudah memiliki dua anak tapi masih gagah. "Om Bagas yakin akan meninggalkan harta dan keluarga demi hidup bersamaku?" tanya Yasmin ragu. Bagaskara menganggukkan kepala. Senyum merekah tergambar jelas di wajah lelaki itu. Namun secepatnya ia tarik lagi lengkungan itu

    Last Updated : 2022-06-07
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 29

    Bagaskara berjalan mendekat setelah mengunci pintu kamar hotel. Jantungnya berdetak kencang, tubuhnya memanas melihat Sandra yang memakai lingerie berwarna merah duduk manis di atas ranjang. Setelah beberapa tahun, baru kali ini Sandra memakai pakaian tidur yang tipis. Hampir semua bagian tubuhnya tergambar jelas di sana. Lelaki mana yang tak tertarik saat disuguhkan hal seperti itu. Rasa marah yang hadir kini menguap seketika. Hanya tertinggal hasrat yang harus segera dituntaskan. "Sayang ...," panggil Bagas sambil menjatuhkan bobot tempat di samping Sandra. "Maafkan aku sudah menduakan cinta kamu. Aku khilaf." Bagaskara menarik tubuh Sandra hingga berada dalam dekapannya. Sandra diam meresapi harum tubuh Bagas yang sudah lama ia rindukan. Semenjak kehadiran Yasmin, Bagaskara jarang memberikan nafkah batin untuknya. Dalam satu tahun bisa dihitung dengan jari mereka melakukan ibadah suami istri itu. "Tolong tinggalkan Yasmin, Mas." Sandra menggeserkan kepalanya di dada bidang Ba

    Last Updated : 2022-06-07

Latest chapter

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 134

    "Makan ya, Rel," bujuk Mama seraya mendekatkan sendok ke arahku. Aku menoleh, kembali fokus menatap awan yang terlihat dari jendela kamar. Saat ini aku tengah terkulai lemas di atas ranjang khas rumah sakit. Beberapa hari yang lalu aku terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena jatuh pingsan di kamar mandi. "Jangan dibiarkan kosong perutnya, Rel. Kamu tahu, kan harus bagaimana? Jangan hanya pandai menasihati pasien, sementara kamu sendiri tidak melalukan hal itu."Aku masih membisu. Netraku masih tertuju pada titik yang sama. Langit siang hari di Kota Jakarta. Bukan langit biru dengan burung yang menari di sana. Namun langit yang tertutup oleh awan putih akibatnya banyaknya pencemaran udara. "Rel, jangan seperti ini, Nak. Kamu harus sembuh demi ...""Demi siapa, Ma? Demi memenuhi obsesi Papa. Percuma aku sembuh jika hidupku terasa mati. Aku hidup tapi mati."Isak tangis kembali terdengar di telinga. Siapa lagi kalau buka Mama. Namun kali ini aku memilih bungkam. Tenggelam dalam ras

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 133

    Yasmin luruh di lantai. Tangisnya pecah detik itu juga. Penyesalan pun hadir, bahkan menyesakkan dada. Maafkan aku, Rel. Aku salah mengira. Aku pikir kamu tega meninggalkan aku dan Naura hanya karena harta. Tapi justru kamu yang berkorban untuk Naura. Farel... Pulanglah. Butiran-butiran kristal telah membanjiri pipi. Bahkan surat pemberian Farel telah baca oleh air mata. Ya Allah, haruskah kami berpisah untuk kedua kalinya? Dipisahkan dengan orang kita sayangi itu memang berat. Apalagi jika perpisahan itu terjadi karena keadaan. Itu jauh lebih menyakitkan dari dikhianati. ***Hari demi hari Yasmin lewati dengan kesedihan. Tawanya memang terdengar, tapi hanya untuk menutupi sunyi dan luka dalam sanubari. Farel memang meninggalkan dirinya. Namun lelaki itu telah menyiapkan aset untuk Yasmin dan Naura. Tanggung jawab seorang ayah meski tak dapat terus bersama. "Owek... Oweek..."Tangis Naura menggema memenuhi setiap sudut ruangan. Semakin mendekati kamar, suara itu semakin keras.

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 132

    "Dokter, ada yang ingin saya bicarakan.""Langsung saja, Dok!" jawab Harun dengan mata fokus menatap layar laptop. "Dokter Farel melakukan kesalahan lagi, Dok."Harun mengalihkan pandangannya. "Maksudnya?""Dokter Farel salah memberikan resep, Dok.""Apa!" pekik Harun. Seketika Harun menutup laptopnya. Dia bergegas menuju ruangan putranya. Sepanjang jalan dia mengumpat dalam hati. Lagi-lagi merutuki kecerobohan putranya. "Percuma kuliah tinggi-tinggi, ngasih resep saja gak becus!" BRAK! Pintu berwarna abu itu didorong kasar. Suara keras sontak membuat Farel tersentak, kaget. Lelaki yang tengah fokus itu membawa artikel seketika mengalihkan pandangan. "Bisa-bisanya kamu salah memberikan resep, Rel! Apa gunanya kuliah tinggi, obat asma saja gak ngerti!"Farel masih diam, dia enggan membalas makian Harun. Pikirannya sudah lelah karena terus memikirkan keadaan istri dan putri semata wayangnya. Berpisah dengan keluarga membuat hidupnya mati. Ya, dia hidup tapi mati. Harun terus mema

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 131

    "Sayang, titip Naura ya," ucap Farel sebelum mobil yang membawa Yasmin dan Naura pergi dari hadapannya. "Doakan Naura sembuh agar kita dapat berkumpul kembali."Farel mengangguk dan tersenyum datar. Sebisa mungkin ia tutupi kemelut dalam rongga dadanya. Lelaki itu tak ingin istrinya curiga dan membatalkan keberangkatannya ke Singapura. * Flashback *Satu bulan yang lalu. "Yas," panggil Farel lirih. Saat ini mereka berada di ruang rawat inap. Suasana sunyi membuat suara lirih terdengar begitu jelas. Yasmin pun menoleh, menatap lelaki yang duduk di kursi, tepat di hadapannya. "Aku sudah mencari donasi untuk pengobatan Naura.""Sudah dapat, Rel?"Farel mengangguk pelan. Detik itu mulutnya begitu kelu. Kalimat yang sedari tadi menari di kepalanya mendadak hilang, meninggalkan mulut yang tertutup, membisu. "Secepat ini, Rel? Yakin ini bantuan dari yayasan?""Iya. Aku dapat dari teman lama. Kamu tahu, kan. Aku mantan dokter, jadi tahu akses untuk mendapatkan bantuan dari yayasan." Fa

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 130

    Satu minggu kemudian"Rel, gendongnya gimana?" Yasmin melirikku, dia nampak bingung bagaimana cara menggendong Naura. "Kamu bawa tasnya saja, Yas."Aku meletakkan tas berisi keperluan Naura selama di rumah sakit. Dengan hati-hati, aku gendong bayi mungil ini. Yasmin hanya diam, memperhatikan caraku menggendong bayi yang baru berusia 12 hari. "Kamu pinter banget, Rel.""Hem!""Iya lupa, kamu lebih jago dari aku." Yasmin tersenyum samar. Setelah semua urusan selesai, kami pun segera meninggal rumah sakit. Sepanjang jalan tak henti-hentinya Yasmin menatap wajah mungil yang ada di dalam pangkuanku. Senyum tergambar jelas di wajah ayunya. Yasmin bahagia, begitu pula diriku. "Dia cantik ya, Pa."Aku tersenyum mendengar kata itu. Papa... entah kenapa aku tergelitik kala Yasmin memanggilku dengan sebutan itu. Ternyata aku sudah benar-benar tua. Sudah ada ekor ke mana pun aku pergi. "Kenapa mesem begitu? Aku salah ngomong ya?""Enggak.""Lalu kenapa kamu tertawa? Aku tersenyum lebar. "

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 129

    "Boleh, tapi ada syaratnya, Rel.""Papa.""Iya ini Papa.""Tolong bantu Farel, Pa."Aku mengiba, dengan sengaja menurunkan harga diri yang sempat kujunjung tinggi. Aku menyerah, mengalah demi Yasmin dan putri kecil kami. "Ada syaratnya, Farel.""Syarat... Maksud Papa?""Farel... Farel, kamu lupa... di dunia ini tidak ada yang gratis! Semua hal harus ada timbal baliknya, bukan?"Aku diam, kepala mencoba mencerna setiap kata yang terucap dari mulut Papa. Entah setan apa yang kini mendiami kepala Papa. Pola pikirnya tak seperti dulu. Papa telah berubah. "Apa yang Papa mau?""Papa akan kirimkan sejumlah uang. Kamu kirimkan no rekening sekarang!""Lalu apa yang Papa mau dariku?""Nanti Papa beritahu.""Tapi, Pa.""Pikirkan dulu kesehatan anak dan istrimu, Farel."Sambungan dimatikan sepihak. Meski belum puas dengan penjelasan Papa, aku memilih diam dan menerima penawarannya. Karena hanya itu satu-satunya harapan yang aku punya. Setelah mengirimkan nomor rekening yang baru. Aku segera m

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 128

    "Yasmin!"Farel segera berlari mendekati istrinya yang tergeletak di lantai tepat di depan kamar mandi. Yasmin pingsan beberapa saat yang lalu. "Yasmin, kamu kenapa?" Farel kebingungan melihat Yasmin tak bergerak. Farel menyentuh pipi istrinya, tapi Yasmin masih diam saja. Refleks Farel mengangkat tubuh Yasmin. Tertatih ia membopong tubuh Yasmin ke dalam kamar. Farel berusaha menguasai diri. Dia tepis rasa khawatir yang bersemayam dalam dadanya. Suami mana yang tak khawatir dan panik melihat istrinya tak sadarkan diri. Apalagi dalam kondisi mengandung. Dengan cekatan Farel memeriksa denyut nadi perempuan di hadapannya. Seketika wajah lelaki menegang kala melihat cairan merah yang mengalir di kaki istrinya. Tanpa pikir panjang, Farel berlari ke luar. Dia berusaha meminta bantuan tetangganya. Tidak lama sebuah mobil berhenti di jalan depan rumah Farel. Farel dan seorang lelaki dengan hati-hati membopong tubuh Yasmin. Mereka merebahkan Yasmin di jok bagian tengah."Tolong cepat ya,

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 127

    "Papa."Mataku melotot melihat lelaki yang kini berdiri di hadapanku. Lelaki yang sejak semalam kupikirkan kini berdiri di depan mata. Namun dengan wajah merah padam. "Siapa tamunya, Rel?"Aku masih diam, pertanyaan Yasmin bagi angin lalu. Hanya lewat tanpa singgah apalagi menetap. "Mama dan Hazna mana?" tanyanya dengan netra menelisik setiap sudut ruangan ini. "Ada di dalam, Pa. Papa masuk dulu!""Gak sudi! Suruh mama dan Hazna keluar, sekarang!" pekiknya. "Kok lama, siapa tamunya, Mas?"Aku menoleh ke belakang. Yasmin sudah berdiri dengan wajah menunduk, ketakutan. "Papa," ucap Mama dan Mbak Hazna serempak. Hening menyelimuti ruangan ini beberapa saat. Ada takut dan tegang yang membuat suasana tidak lagi kondusif. Tatapan papa mampu membuat semua orang menciut, terutama Yasmin. "Ayo pulang, Ma, Hazna!""Dari mana Papa tahu aku dan mama berada di sini?" tanya Mbak Hazna ketika berada di sampingku. "Tak penting, pulang sekarang!""Sabar, Pa! Semua bisa dibicarakan dengan baik-

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 126

    "Mama... Mbak Hazna."Aku tak mampu lagi berkata-kata, hanya sebuah pelukan yang mampu melukiskan betapa rindu hatiku ini. "Lepas, Rel!" Mbak Hazna mendorong tubuhku hingga menjauh. "Kamu mau Mbakmu ini mati kehabisan napas?"Aku tersenyum sambil menggaruk kepala yang tak gatal. Aku terlalu bahagia hingga mengapresiasikan rasa itu secara berlebihan. Mbak Hazna tak tahu, betapa aku sangat merindukan dia dan mama. "Ma, Mbak," panggil Yasmin seraya mencium penggung kedua wanitaku dengan khitmad. Sempat kulihat keraguan yang nampak di wajah istriku. Namun seketika berubah kala mama dan Mbak Hazna menyambut dengan pelukan hangat. Ini adalah momen yang selalu aku nantikan. Kami berkumpul tanpa rasa benci dan amarah. Kami hidup menjadi keluarga yang utuh dan bahagia. Namun perjuangan kami belumlah selesai. Aku dan Yasmin harus berusaha keras melunakkan hati papa yang sekeras baja. "Disuruh diem di situ, Rel? Tante sama Mbak Hazna capek berdiri begitu."Seketika aku terkesiap kemudian se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status