Share

Bab 29

last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-07 22:33:56

Bagaskara berjalan mendekat setelah mengunci pintu kamar hotel. Jantungnya berdetak kencang, tubuhnya memanas melihat Sandra yang memakai lingerie berwarna merah duduk manis di atas ranjang.

Setelah beberapa tahun, baru kali ini Sandra memakai pakaian tidur yang tipis. Hampir semua bagian tubuhnya tergambar jelas di sana. Lelaki mana yang tak tertarik saat disuguhkan hal seperti itu.

Rasa marah yang hadir kini menguap seketika. Hanya tertinggal hasrat yang harus segera dituntaskan.

"Sayang ...," panggil Bagas sambil menjatuhkan bobot tempat di samping Sandra.

"Maafkan aku sudah menduakan cinta kamu. Aku khilaf." Bagaskara menarik tubuh Sandra hingga berada dalam dekapannya.

Sandra diam meresapi harum tubuh Bagas yang sudah lama ia rindukan. Semenjak kehadiran Yasmin, Bagaskara jarang memberikan nafkah batin untuknya. Dalam satu tahun bisa dihitung dengan jari mereka melakukan ibadah suami istri itu.

"Tolong tinggalkan Yasmin, Mas." Sandra menggeserkan kepalanya di dada bidang Ba
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 30

    "Bagaimana, Nabila? Apa kamu bersedia mengikuti peraturan restoran ini?" tanya Bu Hazna karena melihatku masih diam mematung. Bagaimana bisa aku memakai hijab? Astaga! Pekerjaan macam apa ini? Apa kata dunia jika seorang Yasmin memakai hijab? Ini kenyataan atau hanya ilusi? "Nabila!" panggilan pelan. Aku ingin mengundurkan diri saat ini juga. Namun ucapan Cindy kembali terngiang di telinga. Aku harus tidur di mana jika dia mengusirku? "Baik, Bu." "Saya tunggu kehadiran kamu, besok pagi." Seulas senyum di berikan kepadaku. Aku hanya mengangguk lalu berjalan meninggalkan wanita dengan hijab menjuntai itu. Aku berjalan ke luar restoran dengan pikiran tak menentu. Pakaian apa yang harus ku kenakan untuk bekerja besok? Sedang aku tak memiliki pakaian yang pantas. Semua bajuku selalu terbuka. Astaga! Aku pijit kepala yang terasa berdenyut. Aku harus membeli pakaian dengan apa? Sedang uang di dalam dompet tersisa seratus lima puluh ribu. Apa aku jual ponsel saja? Tapi sayang, ini s

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 31

    "Berhenti di sini saja, Mas."Aku turun sedikit jauh dari rumah Cindy. Berjalan perlahan sembari menenteng dua kantung plastik berwarna hitam. Telinga ku tajamkan agar bisa mendengar apa yang ibu-ibu kompleks bicarakan di depan rumah sahabatku. Namun tetap saja tak bisa mendengar apa yang mereka perdebatan. Hanya tatapan garang dari ibu-ibu."Itu dia Yasmin!" teriak wanita berdaster biru muda. Seketika semua mata tertuju padaku. Mereka seperti singa kelaparan yang siap menerkamku."Sini kamu!" Teriak wanita dengan rambut sebahu. Tangannya disilangkan di dada dengan mata melotot ke arahku.Ya ampun, ini belum malam tapi para setan sudah keluar dari sarangnya."Ada apa ini, Cin?" Ku senggol pundak Cindy. Namun dia justru mengangkat bahunya."Orangnya sudah datang, aku masuk dulu." Cindy berjalan masuk ke rumah. Namun seorang ibu menarik lengannya hingga akhirnya dia kembali berdiri di halaman rumah."Ada apa ini?" tanyaku penasaran.Semua mata tertuju padaku,menatapku dengan penuh keben

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 32

    Brian duduk di kursi tepat di samping ruang IGD. Menunggu Yasmin dengan perasaan tak menentu. Entah bahagia atau pun kasihan. Perasaan itu seolah melebur menjadi satu. Hingga ia tak tahu harus bagaimana. Sebenarnya di hati Brian mulai tumbuh rasa tertarik kepada wanita simpanan ayahnya. Bukan karena cantik. Namun Yasmin seolah memiliki pesona tersendiri. "Sedang menunggu siapa, Mas?" tanya seorang lelaki yang tiba-tiba duduk di sampingnya. "Teman, Pak," jawab Brian lalu keduanya saling diam. Suster masuk dan keluar silih berganti. Banyaknya pasien di Instalasi Gawat Darurat membuat para suster dan dokter keteteran. Pintu ruang IGD dibuka perlahan dari dalam. Seorang suster berpakaian serba putih keluar. Netranya menoleh ke kanan dan kiri. Rupanya dia tengah mencari anggota keluarga salah satu pasien yang ada di dalam. "Keluarga pasien atas nama Yasmin?" ucapnya sedikit keras dengan mata menoleh ke sana ke mari. Brian segera berdiri, berjalan membungkuk saat melewati lela

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 33

    Yasmin tersenyum datar, ia sama sekali tidak percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Baginya cinta tumbuh karena terbiasa bersama. Sama seperti yang ia rasakan terhadap Bagaskara. Rasa nyaman dan harta melimpah membuatnya jatuh hati pada ayah Brian. "Jangan terlalu berharap, aku memiliki kekasih," ujar Yasmin lembut. "Ya, kekasihmu adalah ayah kandungku." Brian berkata tapi hanya di dalam hati. Selanjutnya semua diam, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga akhirnya kendaraan roda empat milik Brian berhenti tepat di depan kontrakan Cindy. "Terima kasih, Rian." Brian mengangguk lalu melajukan mobil meninggalkan Yasmin yang berdiri seraya melambaikan tangan ke arahnya. "Apa Yasmin benar-benar mencintai papi? Bukan sekedar menginginkan harganya saja, " batin Brian bertanya-tanya. Yasmin berjalan pelan menuju teras. Netranya awas melihat sekeliling. Halaman sudah bersih dan pot yang sempat berciuman dengan kepalanya juga sudah tidak ada. Bahkan koper yang sempat

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-10
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 34

    "Maaf, Bu. Saya terlambat." "Kamu!" Seorang lelaki menatap Yasmin hingga tak berkedip. Bukan karena hijab yang ia kenakan sedikit miring. Namun karena kecantikan Yasmin semakin terpancar saat mengenakan hijab. "Farel." "Yasmin." Mereka saling sapa walau masih terkejut. Ada rasa tak percaya bisa bertemu lagi di sini. "Kalian sudah kenal?" tanya Hazna penasaran. Yasmin dan Farel saling lirik tapi belum juga ada yang menjawab pertanyaan Hanza. "Farel, kamu kenal Yasmin?" tanya sang kakak dengan sorot mata penuh tanda tanya. Hazna merupakan kakak kandung Farel. Tempat itu adalah salah satu restoran Hazna. Masih ada lima cabang lain di Jakarta. Dan lima cabang di luar Jakarta. "Dia teman saya, Mbak." Hazna mengangguk meski dalam hati masih bertanya-tanya. Selama ini Hazna mengenal hampir semua teman Farel. Entah itu laki-laki mau pun perempuan. Dan Yasmin bukan termasuk teman dekatnya. Teman perempuan Farel kebanyakan berhijab, sedang Yasmin kebalikannya. Pakaian yang ia k

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-10
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 35

    "Yasmin bisa ikut saya sebentar!" ucap Farel mampu mencuri perhatian para karyawan yang berada di sana. Yasmin mengangguk lalu berjalan mengekor Farel. Semua mata menatap tak suka ke arah dua orang berbeda jenis itu. "Yasmin!" teriak Nikita membuat langkah Yasmin dan Farel berhenti. "Ada apa?" tanya Yasmin seraya membalikkan badan. Dia tahan emosi yang makin memuncak. Tiga hari diperlakukan tidak baik membuatnya semakin benci dengan Nikita. "Aku kerjakan tugas kamu. Jangan diulang lagi ya," ucap Nikita lembut. Dia berusaha mencari perhatian Farel dengan menjelek-jelekan Yasmin. Dia ingin menampakkan kesalahan Yasmin di hadapan adik sangat atasan. "Apa? Itu bukan tugas aku ya!" pekik Yasmin seraya mengepalkan tangan di udara. Dadanya naik turun. Berkali-kali dibully Nikita membuat kesabaran di ujung batas. Semut saja mengigit saat terinjak, apa lagi manusia seperti Yasmin. "Sudah, ayo!" Farel segera menarik paksa tangan Yasmin. Dia tidak ingin ada pertengkaran di antara kar

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-11
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 36

    "Ini pesanannya," ucapku seraya meletakkan empat mangkuk sop iga di atas meja. "Terima ka... Yasmin!" DEG Suara seorang wanita yang sangat kubenci. Aku bahkan berharap dia lenyap dari muka bumi ini. Agar aku bisa bersama Om Bagas tanpa ada parasit dalam hubungan kami. Sayang dalam peperangan akulah yang kalah. Om Bagas memilih bersama Sandra. Meski hati tak rela, tapi aku bisa apa? Berjuang? Entahlah, aku sendiri ragu dengan kata itu. Aku hembuskan nafas perlahan, mengatur rasa yang tak bisa kujabarkan. Marah, benci, kecewa, dan malu. Semua melebur menjadi satu. "Yasmin, kamu Yasmin kan? Wanita mur*han yang ingin merebut suamiku. Tapi sayang tidak bisa," ucap Sandra dengan pongahnya. Aku diam, mengatur emosi yang siap meledak. Ku kepalkan tangan kanan di samping. Rasanya ingin ku layangkan tangan ini hingga mengenai wajah Sandra. Namun lagi-lagi aku urungkan niat itu. Bukan karena takut dipecat tapi takut masuk ke hotel prodeo. "Saya permisi. Silakan menikmati pesanannya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-12
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 37

    "Lho, kok tidak sakit?" gumamku lirih. "Jelas tidak sakit, Mbak. Saya yang sakit." Terdengar suara lelaki meringis kesakitan. Astaga! Pantas saja tidak sakit. Aku jatuh di tubuh seorang pria. Segera aku bangun. "Rian!" ucapku kalau melihat pria di hadapanku. "Bila, kamu Nabila kan?" Rian menatapku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Mungkin dia terkejut melihatku berpenampilan seperti ini. Nabila yang ia kenal berpenampilan wah. Kini memakai seragam pelayan restoran. Pasti Rian tertawa terbahak-bahak. "Kamu kerja di restoran itu?" "Tadi iya, sekarang tidak tahu.Aku duluan ya!" Rian diam tapi matanya menatapku hingga tak berkedip. Mendadak aku menjadi salah tingkah. Jujur saja penampilan saat ini membuatku merasa tidak nyaman. Aku seperti bukan diriku sendiri. Aku kembali tersadar saat suara Sandra terdengar dari sini. Dia pasti ingin mempermalukan aku lagi. "Aku duluan!" Aku kembali berjalan meninggalkan Rian yang masih berdiri di tempat yang sama. Aku sudah berad

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-13

Bab terbaru

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 134

    "Makan ya, Rel," bujuk Mama seraya mendekatkan sendok ke arahku. Aku menoleh, kembali fokus menatap awan yang terlihat dari jendela kamar. Saat ini aku tengah terkulai lemas di atas ranjang khas rumah sakit. Beberapa hari yang lalu aku terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena jatuh pingsan di kamar mandi. "Jangan dibiarkan kosong perutnya, Rel. Kamu tahu, kan harus bagaimana? Jangan hanya pandai menasihati pasien, sementara kamu sendiri tidak melalukan hal itu."Aku masih membisu. Netraku masih tertuju pada titik yang sama. Langit siang hari di Kota Jakarta. Bukan langit biru dengan burung yang menari di sana. Namun langit yang tertutup oleh awan putih akibatnya banyaknya pencemaran udara. "Rel, jangan seperti ini, Nak. Kamu harus sembuh demi ...""Demi siapa, Ma? Demi memenuhi obsesi Papa. Percuma aku sembuh jika hidupku terasa mati. Aku hidup tapi mati."Isak tangis kembali terdengar di telinga. Siapa lagi kalau buka Mama. Namun kali ini aku memilih bungkam. Tenggelam dalam ras

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 133

    Yasmin luruh di lantai. Tangisnya pecah detik itu juga. Penyesalan pun hadir, bahkan menyesakkan dada. Maafkan aku, Rel. Aku salah mengira. Aku pikir kamu tega meninggalkan aku dan Naura hanya karena harta. Tapi justru kamu yang berkorban untuk Naura. Farel... Pulanglah. Butiran-butiran kristal telah membanjiri pipi. Bahkan surat pemberian Farel telah baca oleh air mata. Ya Allah, haruskah kami berpisah untuk kedua kalinya? Dipisahkan dengan orang kita sayangi itu memang berat. Apalagi jika perpisahan itu terjadi karena keadaan. Itu jauh lebih menyakitkan dari dikhianati. ***Hari demi hari Yasmin lewati dengan kesedihan. Tawanya memang terdengar, tapi hanya untuk menutupi sunyi dan luka dalam sanubari. Farel memang meninggalkan dirinya. Namun lelaki itu telah menyiapkan aset untuk Yasmin dan Naura. Tanggung jawab seorang ayah meski tak dapat terus bersama. "Owek... Oweek..."Tangis Naura menggema memenuhi setiap sudut ruangan. Semakin mendekati kamar, suara itu semakin keras.

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 132

    "Dokter, ada yang ingin saya bicarakan.""Langsung saja, Dok!" jawab Harun dengan mata fokus menatap layar laptop. "Dokter Farel melakukan kesalahan lagi, Dok."Harun mengalihkan pandangannya. "Maksudnya?""Dokter Farel salah memberikan resep, Dok.""Apa!" pekik Harun. Seketika Harun menutup laptopnya. Dia bergegas menuju ruangan putranya. Sepanjang jalan dia mengumpat dalam hati. Lagi-lagi merutuki kecerobohan putranya. "Percuma kuliah tinggi-tinggi, ngasih resep saja gak becus!" BRAK! Pintu berwarna abu itu didorong kasar. Suara keras sontak membuat Farel tersentak, kaget. Lelaki yang tengah fokus itu membawa artikel seketika mengalihkan pandangan. "Bisa-bisanya kamu salah memberikan resep, Rel! Apa gunanya kuliah tinggi, obat asma saja gak ngerti!"Farel masih diam, dia enggan membalas makian Harun. Pikirannya sudah lelah karena terus memikirkan keadaan istri dan putri semata wayangnya. Berpisah dengan keluarga membuat hidupnya mati. Ya, dia hidup tapi mati. Harun terus mema

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 131

    "Sayang, titip Naura ya," ucap Farel sebelum mobil yang membawa Yasmin dan Naura pergi dari hadapannya. "Doakan Naura sembuh agar kita dapat berkumpul kembali."Farel mengangguk dan tersenyum datar. Sebisa mungkin ia tutupi kemelut dalam rongga dadanya. Lelaki itu tak ingin istrinya curiga dan membatalkan keberangkatannya ke Singapura. * Flashback *Satu bulan yang lalu. "Yas," panggil Farel lirih. Saat ini mereka berada di ruang rawat inap. Suasana sunyi membuat suara lirih terdengar begitu jelas. Yasmin pun menoleh, menatap lelaki yang duduk di kursi, tepat di hadapannya. "Aku sudah mencari donasi untuk pengobatan Naura.""Sudah dapat, Rel?"Farel mengangguk pelan. Detik itu mulutnya begitu kelu. Kalimat yang sedari tadi menari di kepalanya mendadak hilang, meninggalkan mulut yang tertutup, membisu. "Secepat ini, Rel? Yakin ini bantuan dari yayasan?""Iya. Aku dapat dari teman lama. Kamu tahu, kan. Aku mantan dokter, jadi tahu akses untuk mendapatkan bantuan dari yayasan." Fa

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 130

    Satu minggu kemudian"Rel, gendongnya gimana?" Yasmin melirikku, dia nampak bingung bagaimana cara menggendong Naura. "Kamu bawa tasnya saja, Yas."Aku meletakkan tas berisi keperluan Naura selama di rumah sakit. Dengan hati-hati, aku gendong bayi mungil ini. Yasmin hanya diam, memperhatikan caraku menggendong bayi yang baru berusia 12 hari. "Kamu pinter banget, Rel.""Hem!""Iya lupa, kamu lebih jago dari aku." Yasmin tersenyum samar. Setelah semua urusan selesai, kami pun segera meninggal rumah sakit. Sepanjang jalan tak henti-hentinya Yasmin menatap wajah mungil yang ada di dalam pangkuanku. Senyum tergambar jelas di wajah ayunya. Yasmin bahagia, begitu pula diriku. "Dia cantik ya, Pa."Aku tersenyum mendengar kata itu. Papa... entah kenapa aku tergelitik kala Yasmin memanggilku dengan sebutan itu. Ternyata aku sudah benar-benar tua. Sudah ada ekor ke mana pun aku pergi. "Kenapa mesem begitu? Aku salah ngomong ya?""Enggak.""Lalu kenapa kamu tertawa? Aku tersenyum lebar. "

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 129

    "Boleh, tapi ada syaratnya, Rel.""Papa.""Iya ini Papa.""Tolong bantu Farel, Pa."Aku mengiba, dengan sengaja menurunkan harga diri yang sempat kujunjung tinggi. Aku menyerah, mengalah demi Yasmin dan putri kecil kami. "Ada syaratnya, Farel.""Syarat... Maksud Papa?""Farel... Farel, kamu lupa... di dunia ini tidak ada yang gratis! Semua hal harus ada timbal baliknya, bukan?"Aku diam, kepala mencoba mencerna setiap kata yang terucap dari mulut Papa. Entah setan apa yang kini mendiami kepala Papa. Pola pikirnya tak seperti dulu. Papa telah berubah. "Apa yang Papa mau?""Papa akan kirimkan sejumlah uang. Kamu kirimkan no rekening sekarang!""Lalu apa yang Papa mau dariku?""Nanti Papa beritahu.""Tapi, Pa.""Pikirkan dulu kesehatan anak dan istrimu, Farel."Sambungan dimatikan sepihak. Meski belum puas dengan penjelasan Papa, aku memilih diam dan menerima penawarannya. Karena hanya itu satu-satunya harapan yang aku punya. Setelah mengirimkan nomor rekening yang baru. Aku segera m

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 128

    "Yasmin!"Farel segera berlari mendekati istrinya yang tergeletak di lantai tepat di depan kamar mandi. Yasmin pingsan beberapa saat yang lalu. "Yasmin, kamu kenapa?" Farel kebingungan melihat Yasmin tak bergerak. Farel menyentuh pipi istrinya, tapi Yasmin masih diam saja. Refleks Farel mengangkat tubuh Yasmin. Tertatih ia membopong tubuh Yasmin ke dalam kamar. Farel berusaha menguasai diri. Dia tepis rasa khawatir yang bersemayam dalam dadanya. Suami mana yang tak khawatir dan panik melihat istrinya tak sadarkan diri. Apalagi dalam kondisi mengandung. Dengan cekatan Farel memeriksa denyut nadi perempuan di hadapannya. Seketika wajah lelaki menegang kala melihat cairan merah yang mengalir di kaki istrinya. Tanpa pikir panjang, Farel berlari ke luar. Dia berusaha meminta bantuan tetangganya. Tidak lama sebuah mobil berhenti di jalan depan rumah Farel. Farel dan seorang lelaki dengan hati-hati membopong tubuh Yasmin. Mereka merebahkan Yasmin di jok bagian tengah."Tolong cepat ya,

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 127

    "Papa."Mataku melotot melihat lelaki yang kini berdiri di hadapanku. Lelaki yang sejak semalam kupikirkan kini berdiri di depan mata. Namun dengan wajah merah padam. "Siapa tamunya, Rel?"Aku masih diam, pertanyaan Yasmin bagi angin lalu. Hanya lewat tanpa singgah apalagi menetap. "Mama dan Hazna mana?" tanyanya dengan netra menelisik setiap sudut ruangan ini. "Ada di dalam, Pa. Papa masuk dulu!""Gak sudi! Suruh mama dan Hazna keluar, sekarang!" pekiknya. "Kok lama, siapa tamunya, Mas?"Aku menoleh ke belakang. Yasmin sudah berdiri dengan wajah menunduk, ketakutan. "Papa," ucap Mama dan Mbak Hazna serempak. Hening menyelimuti ruangan ini beberapa saat. Ada takut dan tegang yang membuat suasana tidak lagi kondusif. Tatapan papa mampu membuat semua orang menciut, terutama Yasmin. "Ayo pulang, Ma, Hazna!""Dari mana Papa tahu aku dan mama berada di sini?" tanya Mbak Hazna ketika berada di sampingku. "Tak penting, pulang sekarang!""Sabar, Pa! Semua bisa dibicarakan dengan baik-

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 126

    "Mama... Mbak Hazna."Aku tak mampu lagi berkata-kata, hanya sebuah pelukan yang mampu melukiskan betapa rindu hatiku ini. "Lepas, Rel!" Mbak Hazna mendorong tubuhku hingga menjauh. "Kamu mau Mbakmu ini mati kehabisan napas?"Aku tersenyum sambil menggaruk kepala yang tak gatal. Aku terlalu bahagia hingga mengapresiasikan rasa itu secara berlebihan. Mbak Hazna tak tahu, betapa aku sangat merindukan dia dan mama. "Ma, Mbak," panggil Yasmin seraya mencium penggung kedua wanitaku dengan khitmad. Sempat kulihat keraguan yang nampak di wajah istriku. Namun seketika berubah kala mama dan Mbak Hazna menyambut dengan pelukan hangat. Ini adalah momen yang selalu aku nantikan. Kami berkumpul tanpa rasa benci dan amarah. Kami hidup menjadi keluarga yang utuh dan bahagia. Namun perjuangan kami belumlah selesai. Aku dan Yasmin harus berusaha keras melunakkan hati papa yang sekeras baja. "Disuruh diem di situ, Rel? Tante sama Mbak Hazna capek berdiri begitu."Seketika aku terkesiap kemudian se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status