Beranda / Pernikahan / Sinyal Cinta CEO Duda / Insiden Di Lantai Atas

Share

Insiden Di Lantai Atas

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini Nazwa? Apakah kamu bisa mengerjakannya dengan baik?" tanya lelaki itu pelan dan lembut sambil memperhatikan raut wajah Nazwa yang kebingungan.

"Erland?" lirih Nazwa tidak percaya jika yang didepannya adalah Erland Sanjaya yang sudah ia kenal sebelumnya.

Semua karyawan di bagian marketing ikut melongo menyaksikan sang CEO menyambut karyawan baru dengan sangat spesial. Selama ini Pak Erland tidak pernah peduli dan perhatian seperti itu.

"Ya Tuhan. Padahal baru tadi siang dia mentraktir banyak makanan. Dan aku kabur begitu saja. Sekarang dia berada di depanku sebagai seorang CEO perusahaan yang aku tempati untuk bekerja," batin Nazwa. Dirinya sudah berasa mau pingsan.

"Kamu tidak perlu merasa takut. Jika ada yang tidak kamu pahami, kamu bisa bertanya langsung kepada saya. Have a nice today."

Lelaki tampan itu tersenyum manis lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Nazwa yang masih diam tak percaya.

Langsung saja Mila mendekati Nazwa kembali. Dan berteriak histeris.

"Astaga, Nazwa. Kamu sudah mengenalnya? Bahkan Beliau tidak marah saat kau mengucap namanya dengan sebutan Erland. Sepertinya Bapak Erland juga naksir kamu nih," goda Mila.

Mila masih melanjutkan kalimatnya. "Erland Sanjaya, seorang duda yang masih perjaka. Harus bercerai di hari pertama pernikahannya karena sang istri hamil anak lelaki lain. Sayang sekali Bapak Erland diselingkuhi tanpa sepengetahuannya saat masih proses lamaran." Mila meletakkan telapak tangan di pipinya.

Nazwa tersadar. "Kamu serius Mila? Aku memanggilnya dengan sebutan Erland? Gawat! Aku harus minta maaf! Aku tidak mau dipecat."

Nazwa segera pergi dari ruangannya untuk meminta maaf kepada Erland. Ia melupakan pekerjaannya yang belum selesai.

"Hei, Nazwa. Tunggu dulu." Mila terlihat tidak percaya. "Padahal 'kan Bapak Erland tidak marah kepadanya, Beliau justru menawarkan sebuah bantuan kepada Nazwa."

Mila memilih untuk melanjutkan pekerjaannya. Tidak mau ikut campur dengan masalah Nazwa. Meski sebenarnya ia juga penasaran.

Sementara Nazwa sibuk mencari ruangan CEO. Ia benar-benar ingin meminta maaf kepada Erland. Wanita itu gagal fokus melihat penampilan Erland yang sudah berbeda sejak terakhir kali dilihatnya di restoran tadi siang. Begitu tampan dan menawan.

Karena belum tahu di mana ruangan sang CEO, Nazwa terus naik sampai lantai atas. Dia tidak tahu jika di lantai atas sedang ada renovasi.

"Tempat apa ini?" lirih Nazwa.

Nazwa melangkah ke ruangan yang sedang direnovasi itu, ia berjalan mendekat ke dinding. Namun tiba-tiba ada sebagian bangunan di atas yang runtuh. Wanita itu mendongak ke atas dan menjerit karena terkejut.

"Nazwa, awas!" teriak Erland. Sang CEO itu berlari. Kemudian memeluk erat tubuh Nazwa. Keduanya terjatuh di lantai bersamaan dengan runtuhnya sebagian bangunan itu.

"Nazwa, kamu tidak apa-apa 'kan?" Erland begitu khawatir melihat Nazwa tidak sadarkan diri. Padahal lengan kanan Erland terkena sebagian reruntuhan bangunan itu.

Dengan cepat Erland mengangkat tubuh Nazwa ala bridal style. Membawanya ke kamar pribadi milik Erland Sanjaya di ruangan CEO-nya. Lelaki itu tidak rela jika wanita itu harus masuk klinik perusahaan yang tidak terlalu luas dan bertemu dengan karyawan lain yang sakit.

Erland segera membaringkan tubuh Nazwa di ranjang empuknya. Kemudian membuatkan segelas teh hangat untuk Nazwa dan mencari minyak kayu putih agar wanita itu segera sadar.

Merasakan sesuatu yang aneh pada indera penciumannya, perlahan Nazwa mulai membuka kedua matanya.

"Di mana aku?" lirihnya sambil memegangi kepalanya yang terasa berdenyut.

"Nazwa, kamu sudah sadar?" Erland duduk di samping wanita itu sedang berbaring.

"Apa yang terjadi denganku?" tanya Nazwa berusaha mengingat kembali apa yang telah terjadi kepadanya.

"Minum dulu," bujuk Erland memberikan segelas teh hangat yang sudah dibuatnya beberapa menit yang lalu.

"Terima kasih, Pak Erland."

Nazwa menerima segelas teh itu kemudian segera meminumnya. Tenggorokan yang telah kering itu merasakan hangatnya air teh yang membuatnya merasa lebih baik.

"Jadi, apa yang kamu lakukan di lantai atas? Di sana sangat berbahaya, Nazwa."

Erland mencoba memberi tahukan hal itu tanpa memarahinya. Ucapannya begitu lembut dan menenangkan.

"Sebenarnya saya hanya ingin minta maaf kepada Bapak karena tadi bersikap tidak sopan. Menyebut nama Bapak dengan sebutan Erland." Nazwa menunduk. Ia merasa menyesal.

"Aku tidak marah, Nazwa. Aku tidak mempermasalahkan hal itu. Aku tidak butuh sebuah pengakuan darimu. Kamu bisa memanggilku dengan sebutan apa saja. Aku tidak peduli."

Nazwa hendak berucap lagi. Namun netranya berhenti pada lengan kanan Erland yang terluka. Bajunya sedikit sobek dan terlihat ada darah yang ke luar.

"Bapak Erland. Lengan kanan Anda terluka? Biarkan saya mengobatinya. Semua ini gara-gara saya."

"Tidak perlu, Nazwa. Aku bisa mengobatinya sendiri nanti. Ini bukan masalah yang besar," kilah Erland.

"Saya akan bertanggung jawab. Sebagai rasa terima kasih saya karena Bapak telah menolong saya. Jadi Bapak tidak boleh menolak."

Erland pun hanya menurut. Ia tidak bisa mengelak lagi. "Baiklah, jika kamu memaksanya." Lelaki itu tersenyum tipis. Ia merasa bahagia bisa sedekat itu dengan Nazwa.

Nazwa mencari kotak P3K di ruangan pribadi milik Erland. Setelah menemukannya, ia membawanya mendekati sang CEO yang sudah duduk tegak menanti kedatangan Nazwa.

"Sebaiknya bajunya dilepas Pak Erland," ucap Nazwa dengan sopan.

"Bisa kamu melepaskannya untukku?" goda Erland.

Lelaki itu sengaja menyuruh Nazwa. Ia ingin merasakan bagaimana menjadi seorang suami yang dibantu melepaskan pakaiannya. Erland sudah membayangkan jika Nazwa menjadi istrinya kelak. Pasti ia akan sangat bahagia saat pulang kerja disambut hangat oleh sentuhan sang istri.

"Pak Erland, Bapak?" ucap Nazwa menyadarkan lamunan Erland.

"Astaga! Aku melamun," batin Erland. "Oh, iya Nazwa ada apa?"

"Sudah selesai, Pak. Sebaiknya Bapak mengganti pakaian Bapak dengan yang baru," ungkap Nazwa.

Erland tidak tahu bagaimana berdebarnya jantung Nazwa saat melihat deretan roti sobek pada tubuhnya. Lelaki itu malah sibuk melamun sendiri.

"Bisakah kau mencarikan pakaian yang cocok untukku? Semua ada di sana." Erland menunjuk ke arah almari kecil tempat semua pakaian gantinya.

"Baik, Pak Erland. Saya akan mencarikan yang cocok untuk Bapak," jawab Nazwa dengan polosnya. Sesungguhnya hatinya sedang tidak baik-baik saja. Seketika ia merasa sangat bersalah dan berdosa kepada suaminya.

Dengan cekatan Nazwa mencarikan baju baru untuk sang CEO itu. Ia memilihkan warna silver. "Apakah Bapak suka warna ini?"

Erland mengangguk. "Tentu suka. Asalkan kamu yang memilihkan." Erland mengucapkan kalimat itu dengan santainya.

Blush !

Pipi wanita itu sudah bersemu merah. Ia menghembuskan nafas kasar. Jangan sampai Nazwa tergoda dengan lelaki yang berada di dekatnya itu. Meski hubungannya dengan sang suami sedang tidak baik-baik saja, ia harus tetap tahu diri sebagai seorang istri.

Nazwa segera memakaikan baju pilihannya di tubuh Erland. Terlihat dari ekor matanya, sang CEO itu terlihat sangat tenang. Dan lagi-lagi Nazwa harus menghembuskan nafasnya dengan kasar. Aroma tubuh Erland semakin menguar.

"Keharuman yang begitu menyejukkan," batin Nazwa.

Setelah selesai memakaikan baju di tubuh Erland, Nazwa segera pamit untuk kembali ke ruangan kerjanya. Ia meninggalkan ruangan kerjanya sudah terlalu lama.

"Sudah selesai. Saya harus segera kembali, Pak. Bagaimana kalau nanti saya dipecat?" tanyanya polos membuat Erland menahan rasa untuk tertawa.

Bab terkait

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Diantar Pulang Pak Boss

    "Kamu lucu sekali Nazwa. Siapa yang dengan berani memecat kamu maka saya akan memecatnya juga. Saya akan mengantarkan kamu sampai di ruangan kamu bekerja."Nazwa pun tak menghiraukan ucapan dari Erland. Ia memilih untuk segera beranjak dari tempat itu."Tunggu Nazwa! Keningmu berkeringat." Erland hendak menyapu keringat dingin di kening Nazwa, namun wanita itu menghindar dan bergerak mundur. Hingga tak sengaja kakinya menyentuh sesuatu."Nazwa, awas!" Dengan cepat Erland menopang tubuh Nazwa. Kedua mata mereka saling bertemu. Seakan detik waktu berhenti, mereka terdiam dengan pikirannya masing-masing."Kamu sangat cantik, Nazwa." Erland tidak bisa menahan ucapannya. Kalimat itu ke luar begitu saja dari mulutnya.Nazwa yang tersadar segera berdiri tegak. Melepaskan diri dari dekapan tangan Erland. "Sebaiknya saya segera kembali." Nazwa langsung berlari meninggalkan Erland yang masih terdiam kaku menatapnya."Ya, Tuhan. Seharusnya saya tidak mengatakannya."Nazwa telah berhasil kembal

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Kembali Ke Rumah Raka

    Raka memberikan sebuah anggukan. Kemudian ikut masuk ke kamar setelah beberapa menit lamanya Nazwa belum juga menampakkan diri.Suami Nazwa tersebut menanti di ranjang kamar dengan tidak sabar. Ia sudah sangat merindukan sosok sang istri yang telah menemaninya hingga delapan tahun lamanya.Nazwa yang baru keluar dari kamar mandi merasa terkejut kala melihat sang suami tersenyum manis dan menghampirinya. Wanita itu masih terlihat canggung setelah kepergiannya malam itu. Meski dalam hati kecilnya pun sangat merindukan Raka."Mas, Raka? Mas mau mandi, juga?" tanya Nazwa salah tingkah. Sebenarnya bukan hal itu yang ingin ia tanyakan. Tentu saja Nazwa tahu jika Raka pasti sudah mandi saat memutuskan untuk menemuinya. apaTanpa menjawab pertanyaan dari sang istri, Raka semakin mendekat. "Aku sangat merindukanmu, Nazwa." Sekejap saja bibir Raka telah menempel di bibir Nazwa. "Nazwa belum pakai baju Mas," ucap Nazwa setelah berhasil menghentikan penyatuan bibir mereka."Untuk, apa?" Dengan c

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Menunggu Kedatangan Sang Suami

    "Maaf, ya Mas, kalau Nazwa masih kepikiran tentang ucapan Mama malam itu. Nazwa juga ingin memberikan seorang cucu untuk Mama. Tetapi Tuhan belum berkehendak."Raka menangkup kedua pipi sang istri agar menatapnya. "Cukup, sayang. Tidak perlu kamu memikirkan suatu hal yang membuatmu sakit hati. Yang penting kita sudah berusaha. Dan Mas janji, tidak akan menuntut hal itu kepadamu.""Makasih ya Mas," ucap Nazwa seraya memeluk Raka.Keduanya saling berpelukan cukup lama. Nazwa merasa lega karena Raka masih setia mendukungnya.Setelah Raka mampu menenangkan hati istrinya. Ia pun benar-benar menolong Nazwa untuk memasak dan menyiapkan sarapan di atas meja makan."Pelan-pelan saja, Mas. Tidak usah buru-buru." Nazwa memandangi suaminya sambil tersenyum. Raka terlihat sangat antusias berada di dapur. Padahal biasanya ia hanya duduk manis di kursi dan menunggu kedatangan Nazwa dengan semua masakannya.Pagi itu terasa sangat indah bagi Nazwa. Ia berangkat ke kantor diantarkan oleh sang suami. Dan

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Ingkar Janji

    "Pak Erland? Saya sedang menunggu suami saya. Katanya Mas Raka mau jemput ke sini dan makan siang bersama Nazwa. Tetapi sampai sekarang belum ada kabar sama sekali," ungkap Nazwa.Wanita itu terlihat sedih. Demi Raka ia rela menahan rasa laparnya. Ia tidak ingin mengecewakan suaminya.Namun kenyataannya, justru Raka yang kembali mengecewakan hatinya. Tanpa memberi kabar sama sekali. Membuatnya hampir putus asa."Saya tidak mau jika nanti kamu, sakit. Makanlah ini." Erland memberikan nasi kotak lauk ayam panggang kepada Nazwa.Wanita itu masih terdiam. Ia ragu-ragu untuk menerima makanan itu. Bukan apa, hanya saja Nazwa takut suaminya nanti marah.'Bagaimana jika nanti Mas Raka ke sini dan mengetahui aku sudah makan dahulu," batin Nazwa. Masih saja ia berpikir bahwa suaminya akan datang menemuinya."Apa perlu saya suapi, agar kamu mau memakannya?" tanya Erland lagi. Ia tidak habis pikir dengan Nazwa. Masih setia menanti kehadiran suaminya. Jelas-jelas waktu semakin berlalu. Sudah pasti

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Meminta Cerai

    Beberapa menit telah berlalu. Tidak ada balasan pesan dari Raka. Lelaki itu juga tidak terlihat online kembali.Sebenarnya Nazwa masih setia menunggu, namun ia sudah merasa lelah. Wanita itu memutuskan untuk naik taksi saja. Tidak peduli jika nanti Raka mencarinya.Tak butuh waktu lama taksi yang ditumpangi Nazwa sudah tiba di depan rumahnya."Terima kasih ya Pak," ucap Nazwa kepada sopir taksi dan dibalas dengan sebuah anggukan.Nazwa berdiam diri sejenak. Menarik nafas dalam-dalam karena perasaannya tiba-tiba menjadi tidak tenang."Semoga Mas Raka baik-baik saja." Nazwa melihat jam di tangan. Mungkin Raka masih sibuk di kantor, pikirnya.Dengan perlahan Nazwa berjalan menuju pintu rumah. Saat melewati halaman rumahnya, ia dikejutkan dengan dua mobil yang sudah berada di sana. Satu mobil milik Raka dan satu lagi mobil milik mama mertua Nazwa."Itu kan?" Nazwa terlihat kesulitan melanjutkan kalimatnya.DEG !Hati Nazwa semakin merasa tidak enak. Ia gelisah tiba-tiba. Namun wanita itu

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Di Tengah Malam

    Ternyata Rosalia yang membuka pintu dan masuk ke kamar mereka. Sejak tadi ia telah menguping pembicaraan Raka dengan menantunya.Dengan berjalan santai wanita paruh baya itu mulai mendekati Nazwa dan Raka yang masih bersiteru.Rosalia sangat senang akhirnya Nazwa sendiri yang meminta ceria kepada Raka. Rencana berjalan sempurna."Raka! Ceraikan saja dia. Wanita ini tidak bisa memberikan keturunan. Apakah selamanya dia akan menumpang hidup kepada kita?" teriak mama Raka dengan sebuah tatapan mata yang sangat tajam.Raka terperanjat mendengarkan ucapan mamanya. Padahal bukan itu yang diharapkannya. Ia masih memiliki rencana lain agar Nazwa bisa hamil.Nazwa melirik ke arah suaminya yang hanya diam saja. Hatinya semakin terasa sakit. Sakitnya seperti disayat-sayat oleh benda tajam dan semakin sakit saja.Tidak ada gunanya lagi ia mempertahankan rumah tangganya yang sedang diambang batas kehancuran. Sang suami yang plin plan dan mertua yang sangat egois.Sepertinya jalan terbaik adalah ber

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Sakit Hati

    Nazwa masih terdiam. Ia merasa galau. Antara ingin bercerita atau tidak tentang masalah rumah tangganya.Nazwa tidak ingin membuka aib keluarganya. Tetapi ia ingin mengurangi kesedihannya dengan bercerita kepada Erland yang notabenenya adalah sahabat lamanya."Kamu sedang ada masalah? Baiklah. Kalau kamu tidak mau cerita. Aku tidak akan memaksa. Untuk sementara, kamu bisa tinggal di sini sampai kapanpun kamu mau," terang Erland bersungguh-sungguh.Meski lelaki itu berkata demikian, sebenarnya ia ingin wanita itu bercerita apapun masalah Nazwa kepadanya.Erland ingin membuat Nazwa tersenyum kembali. Lelaki itu tidak rela jika melihat wanita itu terus-menerus bersedih."Tapi Erland—" Nazwa merasa tidak enak hati.Selama ini Erland sudah sangat baik kepadanya. Ia tidak mau selalu menyusahkan lelaki itu. Membawa Erland masuk ke dalam permasalahannya yang tak kunjung selesai."Tidak perlu sungkan. Segala keperluan sudah aku sediakan. Aku tulus menolongmu, Nazwa. Aku tidak ingin melihatmu te

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Tiba-tiba Gelisah

    "Iya Erland .... Aku tidak pernah menyangka, semudah itu Mas Raka mau dinikahkan kembali dengan perempuan lain oleh mamanya," lirih Nazwa yang air matanya sudah mengalir dengan sangat deras."Bahkan perempuan itu adalah seseorang yang pernah disukai Mas Raka saat dia masih kuliah." Nazwa semakin terisak dalam tangisnya sampai terasa sesak di dadanya.Erland berusaha menghibur cinta pertamanya itu. Dengan perlahan ia menyandarkan kepala Nazwa pada dada bidangnya.Nazwa hanya menurut. Ia tidak sadar jika Erland sudah membawanya ke dalam dekapannya. Wanita itu berusaha keras untuk tidak menangis lagi."Kamu sabar ya, Nazwa. Aku yakin akan ada hikmah dibalik semua peristiwa ini," ucap Erland yang khawatir akan kesehatan wanita itu.Beberapa menit telah berlalu. Nazwa baru sadar bahwa ia terlalu nyaman di dekat Erland. Ia segera mengusap air matanya dan menarik kepalanya. Sedikit menjaga jarak dengan lelaki tampan itu."Maaf," lirih Nazwa.Erland semakin tidak tega dengan keadaan Nazwa. Ia

Bab terbaru

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Alunan Indah Nan Merdu

    Melihat Erland datang, Nazwa segera menegakkan tubuhnya dan menjauh dari Raka."Mas Erland, ini tidak seperti yang kamu pikirkan?" terang Nazwa bernada sendu."Iya, Erland. Tadi Nazwa hampir terjatuh. Dan aku hanya berusaha untuk menolongnya." Terpaksa Raka mengatakan yang sebenarnya. Ia tidak ingin dianggap sebagai lelaki yang memanfaatkan keadaan.Seketika raut wajah Erland berubah menjadi khawatir."Kamu tidak apa-apa 'kan, Sayang. Maafkan aku baru bisa pulang." Erland mengecup kening Nazwa dan segera mendekapnya dengan erat. Tidak peduli jika ada Raka di sana."Nazwa baik-baik saja, Mas."Wanita itu melirik ke arah Raka. Merasa tidak enak hati atas sikap Erland yang seolah sengaja memanas-manasinya.Di saat Erland masih memeluk Nazwa, bayi kembar kembali menangis kencang."Oh, iya, Mas. Sejak tadi Dafa dan Devano menangis. Mereka sudah haus."Nazwa segera berjalan ke arah Dafa dan menggendongnya. Sementara Erland mengambil alih botol susu yang hendak diambil oleh Raka."Biar aku s

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Terhenti

    Seperti dugaannya Nazwa bahwa yang mengirim pesan adalah Bi Nanik. Wanita paruh baya itu mengatakan jika tidak bisa datang karena anaknya sedang sakit dan tidak mau ditinggal.Seketika raut wajah Nazwa berubah menjadi sedih. Ia tahu bagaimana perasaan seorang Ibu jika anak mendadak sakit."Semoga anaknya cepat sembuh ya, Bi. Bibi fokus saja sama anak Bibi. Nazwa tidak masalah kok."Setelah mengirimkan pesan itu Nazwa mengabari Erland. Lelaki tampan itu berjanji akan segera pulang jika pekerjaan di kantor telah selesai dan bisa dilimpahkan kepada sang sekretaris.Nazwa merasa lega. Ia meletakkan ponselnya. Namun kali ini handphone itu berbunyi lagi. Sebuah telepon dari nomor baru."Hallo, dengan siapa di sana?" sapa Nazwa ramah.Namun beberapa detik lamanya hanya sebuah kesenyapan yang ada."Maaf, kalau begitu saya tutup teleponnya.""Nazwa tunggu. Ini aku. Maaf ....""Mas Raka?" lirih Nazwa kemudian. Sudah lama ia tidak bercakap-cakap dengan mantan suaminya tersebut."Hari ini aku dan

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Pesan Dari Siapa?

    "Sebenarnya Nazwa tidak masalah, Mas. Tapi Nazwa sibuk mengurus Dafa dengan Devano." Mendengar apa yang dikatakan Nazwa, Rosalia justru merasa semakin antusias. Ia ingin menemui wanita itu di rumahnya sekaligus menjenguk bayi kembar Nazwa dan Erland. Karena Rosalia memang belum sempat mengucapkan selamat kepada Nazwa. Begitupun dengan Raka. Betapa dirinya sangat merindukan seorang anak. Tetapi sayangnya ia tidak bisa memberikan keturunan kepada mamanya. "Nazwa, Tante ingin bertemu dengan baby kembar kamu. Boleh ‘kan, Sayang? Siapa nama mereka?" tanya Rosalia berterus terang. "Boleh, Tante. Kalau mau bertemu dengan Dafa dan Devano, Tante boleh ke sini kapanpun Tante mau." Rosalia melihat ke arah Raka dan Erland secara bergantian. Niatnya untuk pergi ke luar negeri sepertinya akan ia urungkan. "Apakah boleh Nak Erland?" tanyanya kepada Erland kemudian. "Jika Nazwa sudah mengizinkan, saya juga tidak bisa membantahnya." Rosalia tersenyum senang. Kemudian mereka mengakhiri percakapa

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Jawaban Dari Nazwa

    'Seila?' batin Erland kemudian. Erland melihat wanita itu datang bersama anaknya yang merengek meminta kue donat. "Sebentar Alin, kamu harus sabar." Seila mencoba menenangkan anaknya. Gadis kecil itu terdiam sejenak. Kemudian memandangi Erland. Alin yakin jika lelaki tampan yang ia lihat adalah papanya. Karena sang mama pernah memperlihatkan fotonya. "Papa? Dia Papa 'kan, Ma?" ucap Alin dengan wajah yang berseri. Seila tidak tahu harus menjawab apa. Ia berharap jika Erland mau berkata bohong demi seorang anak kecil yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa. Erland yang tidak paham pun terlihat kebingungan. Bagaimana bisa gadis kecil itu menganggapnya sebagai papa. Sungguh sangat tidak masuk akal baginya. "Kenapa Papa diam saja, Ma? Kenapa tidak menyapaku?" Alin menarik-narik baju mamanya. Seila pun ikut kebingungan. Selama ini ia membohongi putrinya dengan mengatakan bahwa Erland adalah papa dari anaknya tersebut. Sedangkan yang sebenarnya adalah papa kandung Alin sudah pergi e

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Berpapasan

    "Baby twins pup lagi Sayang," jawab Erland dengan memasang wajah kesal. Niatnya ingin bercanda agar mengundang tawa. Sedangkan bayi di depannya tersenyum-senyum setelah sisa kotorannya berhasil dibersihkan oleh papanya. "Lihatlah, dia mengejekku." Erland merasa gemas dengan putrinya. "Iya, Bu Nazwa. Yang ini juga. Hehehe. Mereka selalu sehati." Bi Nanik terkekeh. Ia ikut merasa gemas dengan tingkah si baby kembar yang belum memiliki nama tersebut. Nazwa pun tertawa. Namun lirih dan pelan. Ia merasakan perutnya masih sakit. Rasanya seperti ingin terbelah saja saat ia refleks tertawa. "Sayang, kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Erland khawatir karena melihat istrinya meringis menahan rasa sakitnya. "Aku baik-baik saja. Aku mau ke toilet sebentar." "Aku akan mengantarkan kamu." "Tidak perlu, Mas. Kamu harus menjaga anak kita. Kasihan Bi Nanik nanti pasti kerepotan." Dengan berat hati Erland harus mengalah. Sejujurnya ia tidak tega kepada Nazwa. Tetapi baby kecil yang lucu itu juga

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Mengikuti Arahan

    Erland merasa kikuk. Ia tidak ada niat sama sekali untuk berhubungan dengan Cintya. Baginya, wanita itu sangat berani."Kok diam aja? Come on, Erland. Saya hanya meminta tolong saja. Tidak lebih," ujar Cintya yang nada bicaranya terdengar lain di telinga Erland.Lelaki itu tidak ingin mengecewakan Cintya. Ia takut jika wanita itu akan membatalkan kerjasamanya jika Erland tidak mau membantunya."Ba–baiklah."Erland beranjak dari duduknya. Ia berharap jika Ridwan segera datang dari arah toilet.Benar saja. Sahabat Erland tersebut telah kembali dari toilet."Erland mau ngapain?"Pandangan mata Erland beralih ke Ridwan. Ia memberikan sebuah kode agar lelaki itu segera menghampiri mereka."Em, Cintya. Maaf. Tiba-tiba perut saya terasa sakit. Itu Ridwan telah kembali. Kamu bisa meminta tolong kepadanya."Dengan cepat Erland meninggalkan tempat itu. Ia segera berjalan menuju toilet."Cintya, apa yang kamu lakukan kepada Erland? Kamu mencoba untuk menggodanya?""Kenapa kamu harus kembali secep

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Terlepas

    Nazwa masih mencari keberadaan perempuan itu, tetapi ia gagal menemukannya."Sepertinya ia sudah pergi. Apakah aku harus menceritakan tentang hal ini kepada Mas Erland. Apakah mungkin ada hubungannya dengan ya?"Dengan berat hati Nazwa mengurungkan niatnya untuk membuntuti perempuan itu. Ia memilih untuk ke ruangan suaminya. Niatnya dari semalam adalah ingin cepat-cepat bertemu Erland. Giliran sekarang sudah berada di rumah sakit, ia justru menginginkan hal lain.Nazwa berjalan santai ke ruangan yang tafi sempat ditunjukkan oleh Ridwan. Dengan perlahan wanita itu membuka pintu ruangan Erland.Seketika Ridwan dan Erland melihat ke arah pintu secara bersamaan."Em, yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga!" ujar Ridwan menyindir.Nazwa terlihat kikuk. Ia terlalu lama jika tadi beralasan ke toilet. Wanita itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Em, kalian belum makan?" tanyanya ragu-ragu."Maaf, saya sudah makan duluan. Hehehe. Habisnya Pak Erland tidak mau makan kalau bukan Ibu Na

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Terpaksa Berbohong

    "Tunggu!" teriak seseorang kepada Nazwa.Nazwa, Raka, dan Rosalia menoleh ke arah sumber suara."Ridwan?" lirih Nazwa."Ma, kenapa dia bisa ada di sini? Jadi dia juga belum mati?" ujar Raka kepada mamanya.Lelaki itu menganggap bahwa Ridwan ikut meninggal bersama pesawat yang kecelakaan waktu itu. Karena memang Ridwan dan Erland sempat terpisah di perjalanan."Ibu Nazwa. Aku hanya ingin mengatakan jika Raka lah penyebab Pak Erland kalah tender. Dia yang telah berbuat curang. Mencuri semua ide Pak Erland dengan cara yang licik. Dia bertaruh dengan Pak Erland.""Mas Erland taruhan?" Nazwa tampak kecewa. Tetapi semua sudah terlanjur."Nanti saya akan jelaskan semuanya. Tolong Ibu Nazwa jangan menandatangani surat perjanjian itu."Rosalia berjalan mendekati Ridwan. "Kamu tidak perlu ikut campur Ridwan.""Cukup, Tante! Pergi dari sini saya tidak butuh ini." Nazwa melemparkan surat perjanjian berserta bolpoin itu kepada Rosalia."Awas saja kalian. Aku tidak akan tinggal diam."Raka dan Rosa

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Surat Perjanjian

    "Kenapa Mas Raka ke sini? Kita sudah tidak ada urusan lagi."Nazwa merasa geram. Ingin sekali ia mengusir Raka dengan cara kekerasan. Namun lelaki itu justru menunjukkan wajah yang penuh kesedihan."Nazwa, kamu sekarang tinggal di sini?" tanya Raka kemudian. Ia melihat ke arah atas sejenak agar air matanya tidak menetes."Iya, Nazwa tinggal di sini. Mas Raka senang 'kan? Mas Raka puas 'kan? Sebaiknya Mas Raka segera pulang."Nazwa memutar tubuhnya. Ia akan meninggalkan Raka seorang diri."Nazwa, aku rindu kamu!" Tiba-tiba tangan Raka menahan pergelangan tangan Nazwa.Nazwa mencoba melepaskan genggaman tangan Raka, tetapi lelaki itu justru mendorong kedua bahu mantan istrinya hingga tubuh Nazwa menyentuh dinding rumahnya.Raka mendekatkan bibirnya. Ia sangat merindukan momen bersama Nazwa dulu saat awal-awal menikah."Cukup, Mas Raka. Jangan seperti ini." Nazwa mengalihkan wajahnya."Aku masih mencintaimu, Nazwa. Mengertilah. Kamu sebenarnya juga masih cinta kepadaku 'kan? Katakan, Naz

DMCA.com Protection Status