“Ya Kang, kami ngerti. Kami pun akan menjual pada komsumen berkisar Rp. 35.000,- hingga Rp. 40.000,- per kilonya,” ujar salah seorang pelanggan itu.“Jika kalian menjual dengan harga yang lebih tinggi dari biasanya itu, apakah ikan-ikan ini akan habis juga terjual semuanya?” tanya Pak Jaka.“Iya Kang tetap habis, hanya saja sampai sore sekali kami menjajakannya pada para pembeli,” jawab pelanggannya itu.“Syukurlah kalau begitu, aku kuatirnya saat harga jual ikan terpaksa kita naikan para pembeli enggan membeli ikan dan kalian akan rugi,” tutur Pak Jaka. “Ya nggak lah Kang, meskipun tidak secepat biasanya namun tetap habis jika di jajakan hingga sore bahkan hampir malam. Kalau nggak habis juga kami kan bisa menyimpannya dengan box yang berisikan es batu agar ikan-ikan tetap segar dan dapat di jajakan kembali esok harinya,” jelas pelanggan Pak Jaka itu.“Oh begitu, bagaimana dengan keuntungan yang kalian dapatkan apakah jauh lebih sedikit dari biasanya?”“Nggak juga Kang, sama aja kal
“Ya Pak, aku baru punya waktu hari ini untuk berkunjung kesini. Karena beberapa minggu yang lalu aku sibuk ke Singgapura dan Jepang,” tutur Anton.“Oh, jadi Nak Anton punya perusahaan juga di Singapura dan Jepang?” tanya Pak Syamsul.“Iya Pak, kantor pusatnya di Jakarta. Sementara Singapura, Malaysia dan Jepang hanya kantor cabang dari Perusahaan Ekspor Impor yang tengah aku kelola,” jelas Anton.“Wah, ternyata perusahaan Nak Anton berkembang pesat. Bagaimana dengan rencana pernikahan kalian, apakah sudah pasti awal bulan depan?” tanya Pak Syamsul.“Iya Pak, awal bulan depan aku akan menikahi Yurika,” jawab Anton.“Hemmm, syukurlah. Berarti kami mulai dari sekarang akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara pernikahan kalian,” tutur Pak Syamsul.“Tidak usah repot-repot Pak, biar nanti orang-orang suruhanku yang akan mengerjakannya. Mulai dari tempat akad nikah hingga menyiapkan tempat acara resepsi pernikahan di hotel paling mewah di kota ini,” tutur Anton.“Oh, mana boleh begit
“Aku juga kaget begitu shower itu menyala, posisiku tepat di bawahnya. Yah, jadi basah deh kimonoku.”Ujar Angel sembari memegang kimono berwarna ungu yang ia pakai, kimono yang dikenakan Angel basah kuyup itu tentu saja lekuk-lekuk tubuhnya terlihat jelas. Roy segera palingkan mukanya saat menyadari pandangannya tertuju pada tubuh sintal milik majikannya itu, merasa tidak enak dengan situasi begitu Roy pun hendak berpamitan ke luar dari kamar mandi itu.“Showernya udah nyala lagi, aku permisi kembali ke lantai bawah ya Tante?”Ujar Roy tanpa melihat ke arah majikannya akan tetapi tidak ada sautan dari Angel, Nyonya rumah itu seperti membiarkan saja tubuhnya makin kuyup tersiram shower di kamar mandi itu. Entah apa yang Angel lamunkan hingga ia tidak menyadari tubuhnya semakin lama makin kuyup dengan masih mengenakan kimono, bahkan ucapan dari Roy yang hendak berpamitan seperti tidak ia dengar. Roy akhirnya berinisiatif sendiri untuk ke luar dari kamar mandi itu, kakinya ia langkah k
Roy menjadi panik, melihat hal itu Angel bukannya kasihan malahan tertawa kecil menganggap pria muda nan tampan di sampingnya itu begitu polosnya.“Kok Tante malah tertawa?”Sambung Roy makin bingung.“Kamu itu benar-benar polos ya? Dan itu yang membuat aku tertawa, kamu nggak usah pikirkan hal itu. Selesai mandi nanti aku ambilkan baju suamiku di lemari, kamu bisa pilih dan pakai.”Tutur Angel.Akhirnya walaupun masih dalam kebingungan Roy pun mengikut saja saat Nyonya pemilik rumah mewah itu mengajaknya untuk mandi berdua, dan seperti yang dikatakan Angel selesai mandi Roy diberikan pakaian ganti milik suaminya kemudian barulah Roy turun ke lantai bawah menuju kamarnya.******Malam itu di sebuah ruko di pinggiran kota, terdapat pangkas rambut khusus untuk pria. Di sanalah ternyata Ronal bekerja selama ini, apa yang ia katakan bahwasanya dia bekerja di sebuah perusahaan pada Roy ternyata juga sebuah kebohongan. Dia tak lebih dari tukang pangkas rambut, tinggal di kos-kosan tidak jau
“Oh ya Roy, kamu tamat SMA nya akhir tahun ajaran kemarin?”Tanya Angel membuka obrolan di ruangan tengah itu.“Nggak Tante, aku tamat SMA nya udah dua tahun yang lalu.”Jawab Roy, Angel manggut-manggut.“Kamu nggak ingin melanjutkan pendidikanmu ke perguruan tinggi?”“Ya pengen sih, Tante. Tapi keadaan ekonomi kedua orang tuaku yang nggak memungkinkan, makanya aku tak melanjutkan ke perguruan tinggi.”Jelas Roy.“Apa pekerjaan orang tuamu, bertani ya?”Roy gelengkan kepalanya.“Karena rumahku di desa berdekatan dengan pantai, Ayahku bekerja sebagai nelayan. Terkadang penghasilan Ayah hanya pas-pasan untuk kebutuhan keluarga sehari-hari saja, belum lagi untuk biaya sekolah adikku yang kini duduk di kelas 3 SMP aku ingin dia nantinya yang bersekolah tinggi karena dia cewek.”Tutur Roy.“Oh, jadi dalam dua tahun belakangan ini kamu ngapain aja di desa?”Angel ingin tahu lebih detil akan kehidupan Roy dan keluarganya di desa.“Kalau teman Ayah tidak bisa pergi melaut, aku yang menggantin
“Jujur saja sejak kejadian tadi sore, aku selalu kepikiran dan ketagihan ingin melakukannya lagi dengan mu, Roy. Tapi aku harap hal ini cukup kita berdua saja yang tahu, ya?” pinta Angel memulai obrolannya sambil rebahan di atas ranjang.“Iya Tante, mana mungkin aku menceritakannya pada orang lain.”“Jujur, kamu ketagihan juga nggak bercinta denganku?” tanya Angel yang mulai menunjukan sikap manjanya.“Iya Tante, aku juga ingin selalu mengulanginya,” jawab Roy dengan suara yang agak berat saat tangan Angel mulai meraba bagian sensitif tubuhnya.Tak terdengar lagi obrolan mereka, yang tampak hanya saling sentuh dan peluk. Semakin lama sentuhan itu semakin liar dan panas, hingga pakaian yang melekat di tubuh mereka terlepas dan berserakan di bawah ranjang.Berkali-kali Angel dibuat mengejang, hingga akhirnya tubuh mereka sama-sama lemas dan bertindihan, seprei ranjang itupun kusut dan basah oleh keringat mereka yang hampir setengah jam yang lalu memadukan gairah untuk menuju puncak keni
Pembantu rumah mewah itu seakan ikut lemas dan kalau tidak cepat sadar dari situasi itu, ia bisa saja akan terjatuh terduduk di lantai. Sungguh ia pun tak menyangka akan melihat hal itu dengan begitu antusiasnya, hingga akhirnya Bi Surti duduk menenangkan dirinya setelah minum segelas air putih di ruangan dapur itu.“Benarkah apa yang baru saja aku lihat? Kenapa aku justru diam dan ingin menyaksikannya hingga selesai? Untung saja Ratni dan Diana tak memergokiku tadi,” gumam Bi Surti dalam hati dengan napas yang masih tidak beraturan.“Ternyata bercinta di dalam kolam beda sensasinya ya, Roy?” tutur Angel yang masih mengatur napasnya bersandar ke dinding kolam.“Hemmm, aku juga baru kali ini merasakannya. Mungkin karena berada di dalam air maka sensasinya terasa berbeda Tante,” ujar Roy disertai senyumnya.“Jujur saja sejak kamu hadir dan memberikan kehangatan di rumah ini, hari-hariku yang terasa hampa seperti terisi kembali oleh semangat hidup dan kebahagiaan. Meskipun hubungan terla
“Menurut Bi Surti apa yang harus aku lakukan jika Tante mengajakku bercinta lagi?” tanya Roy tanpa sungkan.“Apa? Bercinta..?!”“Ssssst... ! Bi Surti jangan keras-keras bicaranya nanti Tante dengar,” potong Roy.“Mas Roy bercinta dengan Nyonya?!” Bi Surti pura-pura terkejut padahal dia sendiri telah menyaksikan itu tadinya, bagaimana Roy dan Nyonya rumah itu bergumul penuh gairah di dalam kolam renang.“Iya Bi, dan itu udah berulang kali kami lakukan. Berawal dari nggak sengajanya aku memeluk tubuh Tante Angel, saat benerin shower yang nggak nyala beberapa hari yang lalu itu. Aku kaget saat Tante berteriak, aku kira ia kesetrum nggak tahunya karena kaget ketika shower menyala menyembur ke badannya. Saat itulah Tante menggodaku kemudian kami bercinta di dalam kamar mandi itu,” tutur Roy dengan helaan napas menyiratkan ada sebuah penyesalan di hatinya.“Jadi Mas Roy dan Nyonya udah sering melakukan itu?” tanya Bi Surti.“Ya Bi, sejak kejadian di dalam kamar mandi itu kami udah beberapa
“Maaf Bu, saya sebenarnya saat Mas Roy menemui saya dan mengajukan resign ingin sekali menelpon Bu Viola. Akan tetapi saat Mas Roy mengatakan jika alasan ia resign karena Bu Viola marah padanya, saya tidak berani menghubungi Ibu. Selain mengembalikan kunci kontak mobil operasional, Mas Roy juga mengembalikan kunci rumah yang ia tempati,” tutur Puspa.“Hah? Kunci rumahnya juga ia serahkan sama Bu Puspa?” kembali Viola terkejut.“Benar Bu,” ucap Puspa menegaskan kembali.“Terus dia bilang nggak akan ke mana dan menginap di mana?” tanya Viola.“Mas Roy bilang jika tidak kembali ke desanya, dia akan ke Jakarta. Mengenai tempat menginap hari itu dia akan menemui Bang Ardi sekaligus menginap ke sana sebelum ia memutuskan untuk pergi ke desanya atau ke Jakarta.” Jelas Puspa, terdengar jelas tarikan napas berat Viola dan ia pun seakan duduk terhenyak di kursinya mendengar keterangan dari Puspa itu.“Aku nggak nyangka akan seserius ini dampaknya setelah aku marah padanya hari itu di sebuah caf
Hari ke empat sejak Roy meninggalkan Pulau Bali dan kembali ke Jakarta, Viola baru mau mengaktifkan ponselnya yang sejak bertemu terakhir dengan Roy di cafe ponsel itu sengaja ia matikan dan taruh di dalam lemari.Selama empat hari itu pula Viola tidak masuk ke kantor, kesehariannya hanya ia habiskan waktu di rumah terlebih di dalam kamarnya. Begitu terpukulnya dia setelah Roy mengungkapkan semua tentang masa lalu kekasihnya itu, hingga akibat kesal dan juga amarah membuat CEO cantik perusahaan pariwisata itu bersikap seperti itu.Ponsel yang baru ia aktifkan itu ternyata terdapat beberapa kali panggilan tak terjawab dan 1 pesan WA dari Roy, karena penasaran pesan WA itu pun ia buka.“Aku tahu kamu nggak bisa menerima akan semua yang aku ceritakan perihal masa laluku itu, aku pun menerima jika memang kamu marah bahkan juga benci padaku. Aku sadar dan mengakui jika aku telah berbuat suatu kesalahan besar, harusnya sejak awal aku ceritakan tentang masa laluku itu padamu. Untuk itu aku m
Pagi itu Angel sarapan tak lagi sendiri melainkan ditemani oleh Roy yang juga telah mengenakan pakaian rapi, sementara ketiga pembantu rumah itu sarapan di meja makan di ruangan belakang.“Benar nih kamu nggak ingin istirahat dulu soalnya baru kemarin kamu tiba di sini dari Bali?” tanya Angel membuka obrolan mereka di meja makan.“Nggak Tante, aku merasa cukup fit kok pagi ini.” jawab Roy diiringi senyumnya.“Oh syukurlah kalau begitu, berarti nggak ada salahnya kan kalau pagi ini aku ajak kamu ke kantor?” ucap Angel.“Tentu nggak Tante, kira-kira apa tujuan Tante mengajakku ke kantor soalnya tadi malam Tante nggak bilang alasannya?” tanya Roy.“Kamu kan belum pernah aku ajak melihat kantor perusahaanku dan memang selama kamu dulu kerja di rumah ini, kamu nggak sekalipun aku minta datang ke sana. Di samping itu di sana nanti kita bahas tentang rencana membuka perusahaan pariwisata yang tempo hari aku bilang sama kamu saat kita bertemu di Bali,” tutur Angel.“Oh begitu, Tante yakin aka
Sekitar jam 5 sore Angel yang telah pulang dari kantor perusahaannya tiba di rumah, setelah memarkirkan mobilnya di halaman ia pun seperti biasanya masuk ke dalam rumah lalu menuju kamarnya di lantai atas untuk mandi dan berganti pakaian.Dengan santai dan tak memiliki firasat apa-apa ia ke luar dari kamarnya turun ke lantai bawah dan duduk di ruang tengah, tak beberapa lama terdengar ia memanggil salah seorang pembantunya.“Bi Surti..!”“Iya Nyonya,” sahut sosok yang dipanggil dari ruangan belakang, dan tak lama ia pun tiba di ruangan di mana Angel duduk.“Nyonya mau dibuatkan teh hangat?” tanya Bi Surti yang memang hampir setiap majikannya itu pulang dari kantor lalu duduk santai di ruangan tengah itu minta dibuatkan teh hangat.“Nggak Bi, karena cuacanya sejak dari kantor tadi dan setelah mandi aku masih merasa gerah. Aku mau Bi Surti buatkan jus alpukat aja, alpukatnya masih ada di kulkas kan Bi?” jawab Angel sembari balik bertanya.“Ada Nyonya, sebentar saya buatkan,” ulas Bi Sur
Pagi itu gerimis turun mengembuni Pulau Bali, Roy yang telah bersiap berangkat ke bandara nampak ke luar dari kamar yang disediakan pihak hotel. Setiba di lobi Roy pun terkejut, ternyata di sana Ardi telah menunggunya berikut mobilnya yang telah ia parkir di depan.“Berangkat sekarang Roy?” sapa Ardi sembari bertanya.“Iya Bang,” jawab Roy yang masih terkejut karena tak menyangka Ardi menunggunya di sana.“Ya udah kalau begitu yuk kita berangkat sekarang,” ajak Ardi.“Loh, kenapa Bang Ardi pakai repot-repot ngantarku ke bandara segala. Aku kan bisa ke sana dengan taksi,” ujar Roy merasa sungkan.“Sejak tahu kamu akan kembali ke Jakarta kemarin, aku emang udah berniat mengantarmu ke bandara.” Ulas Ardi diiringi senyum ramahnya.“Wah, jadi nggak enak udah disediakan kamar dan nggak boleh disewa Bang Ardi juga akan mengantarku segala ke bandara.” ujar Roy makin sungkan.“Hemmm, aku bukan hanya menganggapmu sahabat tapi udah seperti saudara sendiri. Ayo kita berangkat sekarang nanti ketin
Ardi terkejut setelah mengetahui sosok yang mengetuk pintu ruangannya dan dipersilahkan masuk itu adalah Roy, secara spontan ia berdiri dari duduknya lalu menyongsong Roy kemudian mengajaknya duduk di kursi tamu dalam ruangan manajer hotel itu.“Aku kira tadi siapa, ternyata kamu Roy. Ada yang perlu aku bantu sampai kamu datang menemuiku di sini?” Ardi mengawali obrolan mereka di ruangan itu dengan bertanya.“Maaf Bang kalau aku ke sini nggak kasih kabar dulu, nggak ada sih aku hanya ingin menginap di hotel ini untuk malam ini sebelum besok pagi aku berangkat ke Jakarta.” Jawab Roy diiringi senyum ramahnya.“Loh, tumben kamu mau menginap di sini segala? Bukankah kamu disediakan tempat tinggal oleh kantor tempat kamu bekerja itu?” Ardi heran.“Aku udah resign dari perusahaan itu dan besok pagi aku akan ke Jakarta..”“Apa?! Kamu resign?!” potong Ardi terkejut.“Iya Bang, makanya aku akan menginap di sini dulu untuk malam ini.” jawab Roy.“Loh, apa yang terjadi sampai kamu resign dari pe
Seperti biasa pagi hari Roy yang telah mandi dan rapi bersiap pergi ke kantor, akan tetapi ada yang berbeda dari penampilannya kali ini, biasanya mengenakan pakaian kerja berupa seragam tertera logo dan nama perusahaan pariwisata milik Viola itu namun pakaian yang ia pakai sekarang pakaian biasa mengenakan baju kemeja dan celana jeans.Bukan hanya itu saja kejanggalannya, biasanya ia pergi ke kantor ke luar dari tempat kediaman tanpa membawa apa-apa selain kunci kontak mobil operasional yang ia gunakan untuk mengantar jemput para turis, saat ini terlihat ia ke luar dari tempat kediamannya menggandeng koper scooter.Koper scooter itu ternyata hanya ia keluarkan dari dalam rumah dan menaruhnya di teras, lalu ia tinggalkan menuju kantor perusahaan tempat ia bekerja dengan hanya berjalan kaki karena memang dari tempat kediamannya itu jarak kantor hanya 200 meter saja.Mulai dari satpam hingga para karyawan kantor yang berada di ruangan terkejut melihat penampilan Roy yang tak seperti bias
Selepas menampar pipi Roy cukup keras, Viola kemudian meninggalkan meja di mana di sana Roy masih duduk dan tak terlihat mengusap pipinya padahal tamparan itu membuat pipi kirinya memerah.Roy kemudian ikut berdiri dan berusaha memanggil Viola beberapa kali agar berhenti, namun kekasihnya itu seakan tak mendengar dan terus berlalu meninggalkan ruangan cafe itu menuju mobilnya.Roy tak memaksa dirinya untuk terus mengejar, setelah berdiri mematung sejenak menatap kepergian Viola ia pun kembali ke meja tempat dia dan kekasihnya tadi duduk. Maksud hati melanjutkan makannya namun karena tiba-tiba selera makannya sama sekali hilang, Roy pun memutuskan untuk menyudahinya dengan hanya meneguk air putih di gelas yang ia pegang.Setelah membayar makanan dan minuman yang ia dan Viola pesan tadi di kasir, Roy pun kembali ke kediamannya dengan taksi.“Udah aku duga kamu nggak akan bisa terima dan pasti marah setelah aku ceritakan semuanya, tapi aku nggak bisa pula menunda lagi apalagi tetap merah
Setelah makan siang dan beristirahat sejenak di restoran itu, Roy pun kembali ke lapangan melanjutkan pekerjaannya sebagai petugas kantor yang melayani antar jemput para turis di pulau itu.Siang itu cuaca di Pulau Bali agak mendung, meskipun begitu belum ada turun gerimis apalagi hujan. Mungkin dikarenakan angin yang bertiup secara kontinu membuat hujan tertunda, hal itu justru membuat hawa di dalam ruangan yang tak ber AC terasa panas.Seperti halnya yang dirasakan Roy saat ia berada di dalam ruangan tempat kediamannya, karena hawa makin terasa panas dan dapat menimbulkan keringat Roy memutuskan untuk ke luar dan duduk di teras.Sesuai dengan niatnya kemarin siang bahwa siang ini dia akan mengajak Viola bertemu sembari makan siang, begitu pula tadi pagi dia telah meminta izin pada Puspa untuk tidak masuk kerja.“Hallo Mas,” sapa Viola ketika Roy melakukan panggilan di ponselnya.“Hallo juga Viola, kamu masuk kantor hari ini?” tanya Roy.“Iya, emang kenapa Mas?” Viola balik bertanya.