“Jujur saja sejak kejadian tadi sore, aku selalu kepikiran dan ketagihan ingin melakukannya lagi dengan mu, Roy. Tapi aku harap hal ini cukup kita berdua saja yang tahu, ya?” pinta Angel memulai obrolannya sambil rebahan di atas ranjang.“Iya Tante, mana mungkin aku menceritakannya pada orang lain.”“Jujur, kamu ketagihan juga nggak bercinta denganku?” tanya Angel yang mulai menunjukan sikap manjanya.“Iya Tante, aku juga ingin selalu mengulanginya,” jawab Roy dengan suara yang agak berat saat tangan Angel mulai meraba bagian sensitif tubuhnya.Tak terdengar lagi obrolan mereka, yang tampak hanya saling sentuh dan peluk. Semakin lama sentuhan itu semakin liar dan panas, hingga pakaian yang melekat di tubuh mereka terlepas dan berserakan di bawah ranjang.Berkali-kali Angel dibuat mengejang, hingga akhirnya tubuh mereka sama-sama lemas dan bertindihan, seprei ranjang itupun kusut dan basah oleh keringat mereka yang hampir setengah jam yang lalu memadukan gairah untuk menuju puncak keni
Pembantu rumah mewah itu seakan ikut lemas dan kalau tidak cepat sadar dari situasi itu, ia bisa saja akan terjatuh terduduk di lantai. Sungguh ia pun tak menyangka akan melihat hal itu dengan begitu antusiasnya, hingga akhirnya Bi Surti duduk menenangkan dirinya setelah minum segelas air putih di ruangan dapur itu.“Benarkah apa yang baru saja aku lihat? Kenapa aku justru diam dan ingin menyaksikannya hingga selesai? Untung saja Ratni dan Diana tak memergokiku tadi,” gumam Bi Surti dalam hati dengan napas yang masih tidak beraturan.“Ternyata bercinta di dalam kolam beda sensasinya ya, Roy?” tutur Angel yang masih mengatur napasnya bersandar ke dinding kolam.“Hemmm, aku juga baru kali ini merasakannya. Mungkin karena berada di dalam air maka sensasinya terasa berbeda Tante,” ujar Roy disertai senyumnya.“Jujur saja sejak kamu hadir dan memberikan kehangatan di rumah ini, hari-hariku yang terasa hampa seperti terisi kembali oleh semangat hidup dan kebahagiaan. Meskipun hubungan terla
“Menurut Bi Surti apa yang harus aku lakukan jika Tante mengajakku bercinta lagi?” tanya Roy tanpa sungkan.“Apa? Bercinta..?!”“Ssssst... ! Bi Surti jangan keras-keras bicaranya nanti Tante dengar,” potong Roy.“Mas Roy bercinta dengan Nyonya?!” Bi Surti pura-pura terkejut padahal dia sendiri telah menyaksikan itu tadinya, bagaimana Roy dan Nyonya rumah itu bergumul penuh gairah di dalam kolam renang.“Iya Bi, dan itu udah berulang kali kami lakukan. Berawal dari nggak sengajanya aku memeluk tubuh Tante Angel, saat benerin shower yang nggak nyala beberapa hari yang lalu itu. Aku kaget saat Tante berteriak, aku kira ia kesetrum nggak tahunya karena kaget ketika shower menyala menyembur ke badannya. Saat itulah Tante menggodaku kemudian kami bercinta di dalam kamar mandi itu,” tutur Roy dengan helaan napas menyiratkan ada sebuah penyesalan di hatinya.“Jadi Mas Roy dan Nyonya udah sering melakukan itu?” tanya Bi Surti.“Ya Bi, sejak kejadian di dalam kamar mandi itu kami udah beberapa
Bi Surti sebenarnya ingin mencegah Roy untuk membersihkan ikan-ikan itu, karena memang hal itu merupakan pekerjaannya yang akan ia kerjakan sendiri tanpa dibantu pria muda tampan di dekatnya itu.Namun ia pun merasa tidak enak untuk mencegah, karena seperti yang di katakan Roy di samping dibersihkan, ikan-ikan itu akan ia iris-iris bagian badannya jadi Bi Surti tidak akan tahu bagian badan mananya yang akan diiris-iris itu.Tak berselang beberapa menit setelah itu, selesai lah Roy membersihkan semua ikan-ikan yang di beli Bi Surti di pasar, lalu Roy menaruhnya di dalam lemari es hingga nanti sore Angel pulang dari kantornya.Setelah itu karena tidak ada pekerjaan yang musti diselesaikan di luar rumah, Roy membantu Diana membersihkan rumah yang besar dan dua tingkat itu. Begitu pula setelah makan siang, Roy membantu Bi Ratni mengangkat jemuran yang telah kering di luar rumah untuk di setrika.Roy tak pernah gengsi melakukan pekerjaan apa saja di rumah itu termasuk menolong kegiatan ke
“Penampilan dan cara penyajian yang lebih menarik, nggak berarti lebih lezat. Buktinya ikan panggang buatanmu ini, meskipun penampilan dan sajiannya sederhana begini tapi rasanya sangat lezat. Aku jadi suka ikan panggang,” tutur Angel.“Hemmm, Tante tenang aja. Aku akan selalu membuatkannya setiap kali Tante inginkan,” Roy tersenyum dan berjanji akan membuat panggang ikan itu lagi saat Angel memintanya.“Makasih Roy, ayo tambah lagi..!” ucap Angel sembari menyerukan pada ketiga pembantunya untuk tidak sungkan-sungkan menghabiskan ikan panggang yang ada di meja makan itu.Mereka benar-benar lahap dan menikmati makan bersama malam itu, hampir tak terlihat perbedaan antara Nyonya rumah dengan pembantu. Semuanya begitu bersuka cita dan seperti satu keluarga, itulah kebahagiaan yang sesungguhnya berkumpul bersama dan menikmati segala sesuatu bersama pula.“Ikan tuna ini kan ikan laut, apa ikan air tawar juga enak di panggang Roy?” tanya Angel di sela-sela menikmati makan malam bersama di m
“Iya, lu tenang aja. Yang penting sekarang lu jaga rahasia ini dengan sebaik mungkin, jika nanti Angel tahu dengan semua ini biar aku yang akan menanggung resikonya.”“Kalau begitu oke lah, Mas bisa bawa Bi Ginah dan Pak Sobri awal bulan depan ke Malaysia, sebagai wali nikah. Mas benar-benar nekad melakukan ini, jika sampai nanti ketahuan bukan hanya akan bermasalah dengan Mbak Angel tapi juga dengan Om dan Tante,” ujar Bramasta mengingatkan resikonya.“Udah lu jangan nakut-nakutin, semuanya udah aku pikirkan matang-matang. Selama ini aku kurang bahagia berumah tangga dengan Angel, udah bertahun-tahun menikah belum juga diberi keturunan,” tutur Anton.“Apa Mas nanti akan menceraikan Mbak Angel?”“Sulit untuk melakukan itu, karena Bokap dan Nyokap pasti nggak bakalan setuju. Dari awal mereka yang ngotot jodohin aku sama Angel,” tutur Anton.“Loh, bukannya Mas yang meminta Om dan Tante untuk melamar Angel beberapa tahun yang lalu? Jadi kenapa sekarang Mas bilang Om dan Tante yang menjod
“Tentu saja nggak, Bu. Kan Bang Anton sibuk karena urusan pekerjaan atau bisnisnya yang hasilnya nanti untuk aku juga,” jawab Yurika.“Ya kalau memang tekadmu sudah bulat begitu, Ayah dan Ibu hanya dapat merestui saja. Bukankah begitu, Pak?” ujar Bu Aisyah sembari bertanya pada Pak Syamsul.“Iya Bu,” jawab Pak Syamsul.“Selama ini Anton tinggal di mana jika berada di Malaysia?” sambung Pak Syamsul bertanya pada putrinya.“Awal dia membangun perusahaan cabang di sini, Bang Anton tinggal di hotel. Setelah itu barulah ia mengontrak rumah dan terakhir membeli sebuah apartemen tidak jauh dari kantor.” jelas Yurika.“Setelah kalian menikah nanti rencananya akan tinggal di mana?” Bu Aisyah yang bertanya.“Ya di rumah ini lah, Bu. Rumah ini nanti akan diperbesar dan dibangun lebih megah. Ayah dan Ibu juga akan senang nantinya,” tutur Yurika memastikan.“Kalau memang demikian Ayah sangat setuju sekali,” ujar Pak Syamsul.“Ya Pak, aku pun udah nggak sabar ingin menimbang-nimbang cucu,” tambah
“Ya, kita musti menjemurnya berhari-hari. Harganya pun bervariasi tergantung jenis ikannya.” Pak Jaka menjelaskan.“Walaupun Bapak melaut dan memperoleh banyak ikan, aku akan tetap membuat ikan asin ini sendiri lumayan Pak penghasilannya di samping itu aku juga jadi ada kegiatan.”“Ya, terserah kamu saja. Yang pasti jangan terlalu di porsir nanti kecapean.” tutur Pak Jaka lalu mereka duduk dibawah pohon cemara yang tumbuh tidak jauh dari tepian pantai itu.“Ayah, Ibu. Nih Hesti buatin teh es biar seger di cuaca panas-panas gini!” seru Hesti yang telah pulang dari sekolah menghampiri kedua orang tuanya sembari membawa 3 gelas teh es.“Hemmm, makasih. Udah pulang sekolah kamu, Nak?” tanya Pak Jaka.“Ya Ayah, aku baru aja pulang. Setelah makan aku terniat untuk membuat teh es dan membawanya ke sini. Ayah dan Ibu udah makan siang, kan?” tutur Hesti balik bertanya.“Ya Nak, kami udah makan siang tadi selepas zhuhur,” jawab Bu Ningsih.“Bagaimana kabarnya Kak Roy, Bu?”“Saat Ibu nelpon Kaka
“Ya, aku juga nggak nyangka kalau Papi akan mendesakku untuk berumah tangga dengan segera. Aku bingung dan nggak tahu harus bagaimana untuk mencari solusinya, saat ini hanya cara itulah yang aku temukan agar Papi nggak ngotot menjodohkan aku dengan putra sahabatnya itu.” tutur Viola yang juga berbicara dengan tarikan napas berat.“Aku belum bisa memberi keputusannya sekarang, Viola. Beri aku waktu untuk berfikir, siapa tahu saja nanti aku temui jalan ke luarnya tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain,” ujar Roy.“Iya Mas, aku ngerti. Aku akan beri waktu pada Mas Roy, moga aja nanti dapat solusi yang lebih baik.” Ulas Viola.Setelah makan malam bareng itu selesai, Viola mengantar Roy ke kediamannya lalu setelah itu kembali ke rumahnya. Meskipun malam itu Viola tak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya berkaitan dengan usulan Puspa agar Roy mau berpura-pura menjadi pria lain yang berprofesi sebagai CEO sebuah perusahaan atau juga pengusaha kaya raya, namun Viola cukup merasa lega k
“Tidak ada salahnya kalau Bi Viola mau mencoba sembari meyakinkan Mas Roy dengan semua yang sedang Bu Viola alami saat ini, siapa tahu saja Mas Roy bisa ngerti dan mau melakukannya demi mencegah terjadinya perjodohan Ibu dengan putra sahabat Papa Bu Viola itu,” Puspa kembali memberi saran.“Aku akan pikirkan dulu karena aku merasa nggak mudah memberi tahu yang sedang aku hadapi ini pada Mas Roy, begitu pula untuk menyakinkannya agar dia mau berpura-pura menjadi pria lain.” Ulas Viola.“Ya Bu, itu semua demi kelanjutan hubungan kalian berdua.” Ujar Puspa, Viola mengangguk dan tersenyum.Acara makan siang bareng itu disudahi dengan ke luarnya mereka dari dalam restoran lalu Puspa kembali ke kantor sementara Viola pulang ke rumahnya karena memang hari ini dia tak masuk kerja, itu sengaja ia lakukan untuk menenangkan pikirannya atas permasalahan yang sedang ia hadapi.Malam itu cuaca mendung, meskipun hujan lebat tak turun namun gerimis yang turun cukup dapat membasahi tubuh jika tak mema
Puspa menghampiri Viola di salah satu meja di dalam ruangan restoran tempat mereka janji bertemu dan makan siang bareng itu, rupanya atasan Puspa di kantor itu sudah tiba di sana lebih dulu.“Bu Viola udah lama tiba dan menunggu di sini?” sapa Puspa setelah dipersilahkan atasannya itu untuk duduk.“Kurang lebih 10 menit yang lalu, nih aku udah pesan minuman. Oh ya, apa menu makan siang yang Bu Puspa inginkan? Silahkan Bu Puspa pesan!” ulas Viola.“Terserah Bu Viola aja, saya ikut aja dengan yang Bu Viola pesan.” Jawab Puspa diiringi senyum ramah dan hormatnya sebagai bawahan.Setelah memesan menu dan diantar oleh pelayan restoran ke meja itu, mereka pun segera menikmatinya diselingi obrolan.“Kira-kira ada hal penting apa yang ingin Bu Viola sampaikan, hingga siang ini Bu Viola ngajak ketemuan dan makan bareng?” tanya Puspa.“Hemmm, sebenarnya ini nggak ada kaitannya dengan urusan kantor melainkan masalah pribadi yang ingin aku curhatin sama Bu Puspa.” Jawab Viola diiringi senyumnya,
Setelah beberapa menit obrolan Roy dan Puspa diakhiri, Roy pun mencoba untuk menghubungi Viola. Panggilan pertama tidak diangkat oleh Viola, kemudian Roy kembali melakukan panggilan melalui ponselnya.“Hallo, Assalamu alaikum Mas.” Sapa Viola setelah mengangkat panggilan Roy.“Waalaikum salam.” Jawab Roy.“Apa kabar Mas? Maaf ya, aku belum sempat hubungi Mas Roy duluan karena tadi ada perlu.” Ulas Viola yang memang jika ingin ngobrol dengan Roy melalui ponsel, dia yang selalu duluan menghubungi.“Alhamdulilah baik, kamu sendiri gimana? Soalnya tadi aku dengar dari Bu Puspa, kamu pulang lebih awal dari kantor tadi siang. Kamu sakit ya?” jawab Roy sembari balik bertanya.“Iya Mas, tadi aku tiba-tiba aja kurang enak badan makanya aku pamit pulang duluan pada Puspa.”“Kamu udah periksa ke dokter?” tanya Roy lagi.“Udah, tapi lewat telpon aja dan barusan aku dari apotik nebus obatnya.” Jawab Viola yang sebenarnya dia sama sekali tidak sakit dan menelpon dokter serta ke apotik, jika tadi di
Panggilan melalui ponsel itupun langsung diputuskan oleh Pak Husein, Viola terdengar menarik napas yang begitu berat sembari pandangannya masih ia tujukan ke layar ponsel miliknya itu.“Sepertinya kali ini Papa sangat serius ingin menjodohkan aku dengan anak temannya itu. Oh Tuhan, apa yang mesti aku lakukan? Aku tentu aja nggak mau dijodohkan dengannya dan lebih memilih Mas Roy, tapi setelah aku berusaha meyakinkan Papa tentang Mas Roy tetap nggak berhasil. Huuuf...!” Viola berbicara sendiri di ruangan kerjanya itu.“Papa memberi waktu beberapa hari ke depan untuk mencari sosok pria calon suami yang tentu saja sesuai dengan keinginannya, kalau tidak berhasil aku pasti akan diminta Papa untuk terbang ke Qatar dan tentu saja akan dipertemukan dengan putra sahabatnya itu.” kali ini Viola hanya bergumam dalam hati, wajahnya terlihat murung dan pikirannya benar-benar kacau.Waktu jam istirahat siang tiba, biasanya Viola langsung ke luar ruangan dan pergi makan siang di salah satu restoran
Satu Tahun Kemudian......Di sebuah meja makan mewah di dalam rumah yang super mewah pula, terlihat sepasang suami istri tengah menikmati menu-menu makan malam mereka. Yang pria berparas tampan berwajah pria timur tengah, sementara wanita berwajah cantik seperti wanita asia pada umumnya.Mereka tidak lain adalah kedua orang Viola yang berada di Qatar, di sela-sela makan malam itu mereka selingi dengan obrolan.“Sampai saat ini kita belum juga mendapat kabar dari Viola tentang seorang pria yang akan ia jadikan pendamping hidup, padahal saat ini usianya sudah cukup untuk berumah tangga.” Papi Viola yang bernama Husein membuka obrolan.“Iya Pi, Mami juga sepemikiran dengan Papi. Setiap kali Mami tanya Viola selalu saja menjawab jika nanti ia telah menemukan seorang pria yang dia rasa sesuai dengannya, dia akan memberi tahu kita.” Mami Viola yang bernama Astrid menanggapi.“Tapi Mi, harus sampai kapan kita menunggu? Papi udah nggak sabar ingin memiliki cucu yang tentu saja nanti sebagai p
“Iya, setiap bulannya Mas memang musti memberi laporan tentang pekerjaan atau kegiatan Mas Roy di luar. Akan tetapi nggak ada salahnya jika bulan ini Mas Roy langsung memberi laporan pada beliau, sebentar aku akan memberi tahunya jika mulai bulan ini Mas Roy akan memberi laporan langsung kepadanya.” habis berkata, Puspa langsung meraih gagang telpon kantor yang ada di atas mejanya untuk menghubungi atasannya yang berada di ruangan sebelah.Selama Puspa menelpon Roy hanya duduk diam saja sembari mendengarkan percakapan mereka, Puspa yang masih ingin menyembunyikan identitas atasannya itu sengaja tak menyertai nama setelah memanggil Bu agar Roy tidak tahu jika Viola lah CEO perusahaan pariwisata itu. Selain itu tujuan Puspa ingin memberi kejutan pada Roy, meskipun ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu Roy akan merasa surprise atau sebaliknya merasa kecewa karena selama ini disangkanya Viola telah membohonginya tentang indentitas sebenarnya kekasihnya itu.“Oh ya udah kalau gitu a
Seiring berjalannya waktu Roy dan Viola pun menjalin hubungan spesialnya layaknya sepasang kekasih, hal itu terjalin secara alami karena semakin kerapnya mereka bertemu dan jalan bareng.Cukup lama juga Roy merasa risih dengan hubungan itu, secara sejak dulunya Roy memang tak pernah jatuh hati pada wanita selain menggauli mereka karena pengaruh hubungan terlarangnya dengan Angel pertama kali ia datang ke Kota Jakarta.Namun entah kenapa rasa risih dan canggung itu perlahan sirna dan Roy benar-benar merasakan ada getaran berbeda di relung hatinya yang terdalam, getaran itu sama sekali tak ada hasrat nakal yang sering muncul hingga memancingnya untuk melakukan hal yang sepatutnya dilakukan pasangan suami istri.Getaran itu melarikan rasa sayang yang tak pernah ia duga akan hadir di hatinya pada Viola, sementara Viola sendiri tentu saja semakin senang karena perasaan cintanya yang selama ini ia pendam pada Roy terwujud.Hari-hari Viola lalui dengan penuh keceriaan seperti halnya wanita m
Karena sering bertemu dan jalan bareng di luar, Roy pun merasa ada perbedaan sikap yang ditunjukan Viola padanya. Akan tetapi sejauh ini Roy tak berani menduga-duga apalagi yakin jika sikap Viola itu menunjukan jika CEO cantik pemilik perusahaan pariwisata itu suka padanya.Sejauh ini Roy juga belum mengetahui jika Viola sebenarnya adalah atasan sekaligus pemilik perusahaan pariwisata tempat ia bekerja itu, hingga akhirnya melalui Puspa sebagai kepala bagian personalia, Roy mendapat keterangan jika Viola suka padanya.“Jadi Bu Puspa memanggil ku ke sini hanya ingin menyampaikan hal itu?” tanya Roy ketika Puspa meminta menghadap ke ruangannya.“Hemmm, iya Mas Roy. Sahabatku itu curhat ke aku beberapa hari yang lalu ketika kami bertemu di salah satu cafe,” jawab Puspa mengarang cerita, padahal Viola curhat dengannya di ruangan CEO cantik itu saat Viola memanggilnya kemarin siang.Untuk beberapa saat Roy hanya nampak terdiam, sepertinya ia bingung harus berkata apalagi untuk menanggapi h