Bi Surti sebenarnya ingin mencegah Roy untuk membersihkan ikan-ikan itu, karena memang hal itu merupakan pekerjaannya yang akan ia kerjakan sendiri tanpa dibantu pria muda tampan di dekatnya itu.Namun ia pun merasa tidak enak untuk mencegah, karena seperti yang di katakan Roy di samping dibersihkan, ikan-ikan itu akan ia iris-iris bagian badannya jadi Bi Surti tidak akan tahu bagian badan mananya yang akan diiris-iris itu.Tak berselang beberapa menit setelah itu, selesai lah Roy membersihkan semua ikan-ikan yang di beli Bi Surti di pasar, lalu Roy menaruhnya di dalam lemari es hingga nanti sore Angel pulang dari kantornya.Setelah itu karena tidak ada pekerjaan yang musti diselesaikan di luar rumah, Roy membantu Diana membersihkan rumah yang besar dan dua tingkat itu. Begitu pula setelah makan siang, Roy membantu Bi Ratni mengangkat jemuran yang telah kering di luar rumah untuk di setrika.Roy tak pernah gengsi melakukan pekerjaan apa saja di rumah itu termasuk menolong kegiatan ke
“Penampilan dan cara penyajian yang lebih menarik, nggak berarti lebih lezat. Buktinya ikan panggang buatanmu ini, meskipun penampilan dan sajiannya sederhana begini tapi rasanya sangat lezat. Aku jadi suka ikan panggang,” tutur Angel.“Hemmm, Tante tenang aja. Aku akan selalu membuatkannya setiap kali Tante inginkan,” Roy tersenyum dan berjanji akan membuat panggang ikan itu lagi saat Angel memintanya.“Makasih Roy, ayo tambah lagi..!” ucap Angel sembari menyerukan pada ketiga pembantunya untuk tidak sungkan-sungkan menghabiskan ikan panggang yang ada di meja makan itu.Mereka benar-benar lahap dan menikmati makan bersama malam itu, hampir tak terlihat perbedaan antara Nyonya rumah dengan pembantu. Semuanya begitu bersuka cita dan seperti satu keluarga, itulah kebahagiaan yang sesungguhnya berkumpul bersama dan menikmati segala sesuatu bersama pula.“Ikan tuna ini kan ikan laut, apa ikan air tawar juga enak di panggang Roy?” tanya Angel di sela-sela menikmati makan malam bersama di m
“Iya, lu tenang aja. Yang penting sekarang lu jaga rahasia ini dengan sebaik mungkin, jika nanti Angel tahu dengan semua ini biar aku yang akan menanggung resikonya.”“Kalau begitu oke lah, Mas bisa bawa Bi Ginah dan Pak Sobri awal bulan depan ke Malaysia, sebagai wali nikah. Mas benar-benar nekad melakukan ini, jika sampai nanti ketahuan bukan hanya akan bermasalah dengan Mbak Angel tapi juga dengan Om dan Tante,” ujar Bramasta mengingatkan resikonya.“Udah lu jangan nakut-nakutin, semuanya udah aku pikirkan matang-matang. Selama ini aku kurang bahagia berumah tangga dengan Angel, udah bertahun-tahun menikah belum juga diberi keturunan,” tutur Anton.“Apa Mas nanti akan menceraikan Mbak Angel?”“Sulit untuk melakukan itu, karena Bokap dan Nyokap pasti nggak bakalan setuju. Dari awal mereka yang ngotot jodohin aku sama Angel,” tutur Anton.“Loh, bukannya Mas yang meminta Om dan Tante untuk melamar Angel beberapa tahun yang lalu? Jadi kenapa sekarang Mas bilang Om dan Tante yang menjod
“Tentu saja nggak, Bu. Kan Bang Anton sibuk karena urusan pekerjaan atau bisnisnya yang hasilnya nanti untuk aku juga,” jawab Yurika.“Ya kalau memang tekadmu sudah bulat begitu, Ayah dan Ibu hanya dapat merestui saja. Bukankah begitu, Pak?” ujar Bu Aisyah sembari bertanya pada Pak Syamsul.“Iya Bu,” jawab Pak Syamsul.“Selama ini Anton tinggal di mana jika berada di Malaysia?” sambung Pak Syamsul bertanya pada putrinya.“Awal dia membangun perusahaan cabang di sini, Bang Anton tinggal di hotel. Setelah itu barulah ia mengontrak rumah dan terakhir membeli sebuah apartemen tidak jauh dari kantor.” jelas Yurika.“Setelah kalian menikah nanti rencananya akan tinggal di mana?” Bu Aisyah yang bertanya.“Ya di rumah ini lah, Bu. Rumah ini nanti akan diperbesar dan dibangun lebih megah. Ayah dan Ibu juga akan senang nantinya,” tutur Yurika memastikan.“Kalau memang demikian Ayah sangat setuju sekali,” ujar Pak Syamsul.“Ya Pak, aku pun udah nggak sabar ingin menimbang-nimbang cucu,” tambah
“Ya, kita musti menjemurnya berhari-hari. Harganya pun bervariasi tergantung jenis ikannya.” Pak Jaka menjelaskan.“Walaupun Bapak melaut dan memperoleh banyak ikan, aku akan tetap membuat ikan asin ini sendiri lumayan Pak penghasilannya di samping itu aku juga jadi ada kegiatan.”“Ya, terserah kamu saja. Yang pasti jangan terlalu di porsir nanti kecapean.” tutur Pak Jaka lalu mereka duduk dibawah pohon cemara yang tumbuh tidak jauh dari tepian pantai itu.“Ayah, Ibu. Nih Hesti buatin teh es biar seger di cuaca panas-panas gini!” seru Hesti yang telah pulang dari sekolah menghampiri kedua orang tuanya sembari membawa 3 gelas teh es.“Hemmm, makasih. Udah pulang sekolah kamu, Nak?” tanya Pak Jaka.“Ya Ayah, aku baru aja pulang. Setelah makan aku terniat untuk membuat teh es dan membawanya ke sini. Ayah dan Ibu udah makan siang, kan?” tutur Hesti balik bertanya.“Ya Nak, kami udah makan siang tadi selepas zhuhur,” jawab Bu Ningsih.“Bagaimana kabarnya Kak Roy, Bu?”“Saat Ibu nelpon Kaka
Roy segera bangkit dari pembaringannya, dan bergegas menuju kamar mandi arah suara teriakan Bi Surti itu. Begitu Roy tiba didepan kamar mandi, dilihatnya Bi Surti tergeletak di dalam kamar itu.“Bi Surti..!” seru Roy, yang tak banyak bicara lagi langsung memapah dan membopong pembantu Angel itu ke kamarnya yang memang lebih dekat dari kamar mandi itu.Tubuh Bi Surti ia baringkan di ranjang, meskipun pakaian bagian punggung wanita sebaya dengan Ibunya itu agak lembab karena terjatuh di dalam kamar mandi tadi. Setelah membaringkan, baru lah Roy memeriksa kalau-kalau ada bagian tubuh Bi Surti yang terluka.“Bi Surti kenapa? Kok sampai terjatuh di kamar mandi? Bagian mana yang sakit Bi? Aku cuma lihat bagian mata kaki aja yang agak memar,” tanya Roy.“Aku terpeleset di kamar mandi itu, Mas Roy. Gara-gara menginjak sabun mandi yang mungkin tadi terjatuh dari tempatnya, selain pergelangan kaki aku juga rasakan sakit di bagian pinggang dan pinggul,” tutur Bi Surti.“Kalau gitu Bi Surti sekar
Roy tak dapat lagi membendung hasrat yang sudah di luar batas kemampuannya untuk menahan, karena Bi Surti seperti memancingnya untuk melakukan hal yang lebih jauh lagi ke tubuhnya itu. Pijitan berganti dengan remasan, begitu pun urut berubah menjadi elusan. Hawa kamar itu semakin lama semakin panas terasa, hingga satu persatu pakaian mereka terlepas dari tubuh dan berserakan di bawah ranjang.Gelora sentuhan dan gerakan semakin membuat hawa kamar itu semakin panas, gerimis di luar yang telah berganti menjadi hujan lebat pun tak mampu meredakan hawa panas di kamar itu. mereka berdua sudah tak ingat lagi akan siapa mereka, serta pantas atau tidaknya hal yang saat ini mereka lakukan.Hanya satu yang mereka pikirkan dan inginkan, bagaimana caranya agar sentuhan dan gerakan liar yang mereka lakukan itu segera mencapai titik puncak yang akan mereka tuju. Hujan semakin lebat di luar disertai angin sementara di kamar itu gerakan dan sentuhan pun semakin cepat dan liar, tubuh Bi Surti telah me
Pagi itu setelah sarapan, Anton ikut dengan Bramasta ke kantor perusahaannya menggunakan mobil mewah milik sepupunya itu. Kehadiran Anton di kantor tentu membuat para karyawan terkejut, karena tak biasanya mereka tidak diberitahu akan kedatangan pemilik perusahaan itu.Sebagai pemilik perusahaan sekaligus presdir di kantor itu, tentu sikap para karyawan lebih hormat kepadanya dibandingkan Bramasta yang ditunjuk sebagai wakil direktur. Mulai dari satpam penjaga pagar halaman, hingga seluruh karyawan yang berada di 3 lantai kantor perusahaan memberi salam hormat dan sapaan yang kerap dilakukan antara bawahan ke atasan mereka.Sikap yang ditunjukan Anton saat berada di dalam kantor sangat berbeda dengan sifat aslinya jika berada di rumah, suami Angel itu lebih ramah dan murah senyum saat berpapasan dengan para karyawannya. Sementara jika berada di rumah Anton lebih terkesan menunjukan egonya, baik pada Angel maupun Bramasta sepupunya.“Bram, coba tolong kamu perlihatkan semua laporan per
“Sekali lagi aku minta maaf, aku hanya bisa menemani jalan dan membawamu ke tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi di pulau ini, tapi untuk menemanimu tidur di kamar ini aku nggak bisa karena aku telah memiliki kekasih,” jawab Roy yang terpaksa jujur karena dia sudah tak tahu bagaimana cara mencari alasan untuk menolak.“Oh, kamu udah punya kekasih rupanya? Ah, jika malam ini aja kamu tidur bareng aku di sini, aku rasa kekasihmu itu nggak akan tahu atau juga curiga.” Ujar Alice yang ternyata juga tak peduli dengan kejujuran Roy yang mengatakan dirinya telah memiliki kekasih.“Dia mungkin saja nggak akan tahu atau pula curiga, tapi aku nggak mau menghianati cintanya karena aku sangat menyanyanginya,” kali ini Roy cukup tegas, hingga beberapa saat dalam keadaan setengah mabuk Alice nampak tercengang mendengarnya.Karena tak ada reaksi apa-apalagi dari Alice, Roy kemudian pamit dan meninggalkan kamar itu setelah menyelimuti tubuh Alice dengan selimut. Sampai Roy ke luar dan menutup
Alice benar-benar merasa surprise dengan semua itu, rasa penasarannya ingin mengelilingi seluruh kawasan Pulau Bali pun terpenuhi.“Apa di sini ada night club, Roy?” tanya Alice ketika ia merasa puas berkeliling.“Ada beberapa buah night club di pulau ini, emangnya kamu mau ke sana?” jawab Roy lalu balik bertanya.“Ya, aku mau happy-happy di sana melewati malam ini hingga nanti kembali ke hotel. Kamu bisa antarkan aku ke night club paling besar dan ramai di sini?” pinta Alice.Roy yang maklum jika hampir seluruh turis yang berkunjung ke pulau itu hobi ke night club di saat malam, maka Roy memenuhi permintaan Alice dengan mengarahkan mobil yang ia kemudi itu ke salah satu night club terbesar di Bali.Yang namanya night club tentu tak asing lagi jika di dalamnya terdapat berbagai jenis minuman, mulai dari minuman berkadar alkohol rendah hingga tinggi. Di sana juga terdapat music room, biasa pula digunakan untuk berdansa dan melantai bagi para pengunjung.Suasana di dalam ruangan night c
“Mungkin karena aku baru pertama kali berkunjung ke sini dan juga tadi siang aku ikut dalam rombongan para turis yang kamu jemput serta antar, aku merasa nyaman dengan cara kamu mengemudi makanya aku meminta kamu,” jelas Alice, Roy hanya menanggapi dengan senyum ramahnya.“Gimana kalau kita jalan sekarang, Roy?” sambung Alice.“Oke, mari!” jawab Roy, mereka pun sama-sama berdiri lalu Roy mengajak Alice menuju mobil yang tadi ditunjukan oleh Ardi di depan lobi hotel itu.Roy dan Alice menghampiri sebuah mobil jenis Pajero Sport yang di parkir di depan lobi hotel itu, setelah mereka naik mobil yang dikemudikan oleh Roy itupun bergerak menuju jalan raya meninggalkan halaman dan kawasan hotel mewah itu.Mobil yang dikemudikan Roy sengaja dilajukan santai, tujuannya agar Alice dapat menikmati panorama di sisi kanan dan kiri jalan raya yang dihiasi lampu-lampu. Memang sangat berbeda suasana jalan raya ketika malam di bandingkan siang hari, kebanyakan dari pengendara sengaja melaju perlahan
“Hemmm, iya Non makanya hotel kami ini sangat senang bekerja sama dengan kantor perusahaan pariwisata tempat Roy bekerja itu dan kerja sama itu udah terjalin sejak lama dan saya pribadi telah juga telah lama kenal dengan Roy sebagai salah seorang karyawan di perusahaan pariwisata itu,” tutur Ardi.“Berapapun biayanya nanti aku akan bayar, aku cukup terkesima dengan keindahan pulau ini dan ingin tahu lebih banyak lagi kawasan-kawasan lainnya dan dinikmati keindahannya di malam hari,” ujar Alice gembira sekaligus penasaran.“Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, wajahnya begitu ceria dan makin cantik. “Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, waja
Itulah nilai plus seorang Viola, selain berwajah cantik dan berprofesi sebagai CEO, dia juga gadis yang rajin beribadah. Roy benar-benar pria yang beruntung dapat mengambil tempat di hati gadis itu sebagai salah satunya pria yang di cintai, selama ini sudah banyak pria yang ingin dekat dengan Viola akan tetapi semua itu hanya sebatas sahabat biasa saja.Tapi masalahnya sekarang, apakah Viola akan tetap mencintai dan menganggap Roy sebagai kekasihnya jika Roy menceritakan tentang masa lalunya itu? Dan bagaimana pula dengan rencana Pak Husein akan menjodohkan Viola dengan Rehan dalam waktu dekat ini?****Sore itu ketika Roy mengantar para turis ke sebuah hotel dan kebetulan itu adalah trip terakhir tugas Roy di lapangan dan akan kembali ke kantor lalu pulang ke kediamannya, tiba-tiba saja seorang pria menghampirinya ketika hendak naik ke atas mobil operasional.“Roy tunggu dulu..!” panggil pria itu, Roy pun hentikan langkah dan membalikan tubuhnya.“Eh, Bang Ardi rupannya. Ada apa Bang
“Ya, aku ingat kita memang pernah membicarakan itu. Lantas gimana dengan rencana kita itu, Hamid? Apakah Rehan akan setuju jika dijodohkan dengan Viola? Soalnya waktu itu kamu bilang Rehan belum memberi jawaban ketika kamu tanyakan,” tanya Pak Husein.“Hemmm, benar Husein karena Rehan telah memberi jawaban jika dia bersedia untuk dijodohkan dengan Viola makanya aku mengajak kamu ketemuan dan membicarakannya lagi,” tutur Pak Hamid diiringi senyumnya.“Wah, baguslah jika Rehan udah memberi jawaban dan setuju,” ujar Pak Husein senang.“Lalu gimana dengan Viola sendiri? Apakah dia bersedia dijodohkan dengan Rehan?” Pak Hamid balik bertanya.“Viola memang belum aku tanya apakah dia bersedia atau nggak jika dijodohkan dengan Rehan, tapi kamu nggak usah kuatir belum lama ini aku telpon dia dan menanyakan apakah dia udah menemukan pria yang akan ia jadikan calon suami, soalnya dulu juga pernah aku tanyakan begitu, dia meminta diberi waktu.” Jawab Pak Husein.“Lalu Viola jawab apa ketika kamu
Namun Pak Hamid bahkan Pak Husein sendiri belum tahu jika Viola tidak ada perasaan apa-apa pada Rehan sejak bertemu minggu lalu, sosok Rehan bagi Viola tak ubahnya sebagai kenalan biasa dan tak ada yang spesial ia dilihat di diri Rehan selain pemuda yang kaya raya semata.****Malam itu cuaca mendung, tak lama gerimis pun turun. Roy yang duduk di teras di temani segelas kopi hangat dan sebungkus rokok, nampak bermenung dengan tatapan kosong ke arah gerimis yang semakin lama semakin rapat turun membasahi halaman kediamannya itu.Sepertinya perasaan pria tampan itu tidak sedang baik-baik saja hingga membawanya larut dalam lamunan, jika masalah pekerjaan yang ia lakukan di lapangan sampai dengan hari ini belum pernah dijumpai baik itu pada para turis maupun pada kantor tempat ia bekerja.Tiba-tiba saja Roy tersentak dari lamunannya ketika ponsel yang ia letakan di atas meja di antara gelas kopi dan rokoknya berbunyi, Roy pikir yang melakukan panggilan itu adalah Viola, ternyata setelah i
“Loh kok gitu?” Bi Surti ikut merasa kecewa.“Ya, mau gimana lagi Bi. Aku sih berharap Roy dan kekasih itu akan langgeng dan dapat memperjuangkan cinta mereka hingga pelaminan, tapi kalau nggak Roy pastinya akan kembali ke sini bersama kita,” tutur Angel di antara dua harapan.“Ya, mau gimana lagi Bi. Aku sih berharap Roy dan kekasih itu akan langgeng dan dapat memperjuangkan cinta mereka hingga pelaminan, tapi kalau nggak Roy pastinya akan kembali ke sini bersama kita,” tutur Angel di antara dua harapan.“Moga saja Mas Roy segera mendapatkan solusinya atas semua yang sedang ia hadapi sekarang,” ucap Bi Surti.“Moga saja Bi, akupun berharap begitu.” ulas Angel.****Malam itu di Qatar tepatnya di kediaman Pak Hamid, di ruangan tengah nampak Pak Hamid, Bu Qoira dan Rehan duduk. Tak biasanya Rehan ikut duduk bersama kedua orang tuannya itu, setelah makan malam bareng Rehan biasanya duduk di teras sejenak lalu pergi jalan ke luar dan pulang sekitar jam 11 malam.“Tumben, kamu duduk baren
“Bukan gitu Viola, aku hanya bicara sesuai dengan faktanya jika dia memang sepadan dengan kamu bila di bandingkan dengan aku,” ulas Roy.“Kan tadi udah aku bilang kalau dia dan semua yang ia miliki nggak membuatku tertarik sama sekali, Papi bahkan mungkin juga Mami sangat setuju tapi nggak dengan aku,” tegas Viola.“Lalu kita harus bagaimana sekarang? Papimu pastinya nggak akan merubah keputusannya bahwa dia nggak setuju jika kamu dan aku menjalin hubungan?” tanya Roy.“Aku nggak peduli dengan itu, semuanya udah aku ceritakan pada Opa dan Oma. Mereka nggak setuju jika aku menikah karena dijodohkan Papi. Opa dan Oma sangat marah begitu mengetahui jika Papi akan menjodohkan aku dengan Rehan,” tutur Viola.“Opa dan Oma mu juga tahu jika Papimu nggak setuju dengan aku?” tanya Roy.“Iya, tadi juga aku ceritakan pada mereka perihal Papi nggak setuju dengan hubungan kita. Aku dan Opa begitu juga Oma sedang mencari waktu yang tepat untuk menyampaikan pada Papi dan Mami, kalau pria yang akan m