“Ya, kita musti menjemurnya berhari-hari. Harganya pun bervariasi tergantung jenis ikannya.” Pak Jaka menjelaskan.“Walaupun Bapak melaut dan memperoleh banyak ikan, aku akan tetap membuat ikan asin ini sendiri lumayan Pak penghasilannya di samping itu aku juga jadi ada kegiatan.”“Ya, terserah kamu saja. Yang pasti jangan terlalu di porsir nanti kecapean.” tutur Pak Jaka lalu mereka duduk dibawah pohon cemara yang tumbuh tidak jauh dari tepian pantai itu.“Ayah, Ibu. Nih Hesti buatin teh es biar seger di cuaca panas-panas gini!” seru Hesti yang telah pulang dari sekolah menghampiri kedua orang tuanya sembari membawa 3 gelas teh es.“Hemmm, makasih. Udah pulang sekolah kamu, Nak?” tanya Pak Jaka.“Ya Ayah, aku baru aja pulang. Setelah makan aku terniat untuk membuat teh es dan membawanya ke sini. Ayah dan Ibu udah makan siang, kan?” tutur Hesti balik bertanya.“Ya Nak, kami udah makan siang tadi selepas zhuhur,” jawab Bu Ningsih.“Bagaimana kabarnya Kak Roy, Bu?”“Saat Ibu nelpon Kaka
Roy segera bangkit dari pembaringannya, dan bergegas menuju kamar mandi arah suara teriakan Bi Surti itu. Begitu Roy tiba didepan kamar mandi, dilihatnya Bi Surti tergeletak di dalam kamar itu.“Bi Surti..!” seru Roy, yang tak banyak bicara lagi langsung memapah dan membopong pembantu Angel itu ke kamarnya yang memang lebih dekat dari kamar mandi itu.Tubuh Bi Surti ia baringkan di ranjang, meskipun pakaian bagian punggung wanita sebaya dengan Ibunya itu agak lembab karena terjatuh di dalam kamar mandi tadi. Setelah membaringkan, baru lah Roy memeriksa kalau-kalau ada bagian tubuh Bi Surti yang terluka.“Bi Surti kenapa? Kok sampai terjatuh di kamar mandi? Bagian mana yang sakit Bi? Aku cuma lihat bagian mata kaki aja yang agak memar,” tanya Roy.“Aku terpeleset di kamar mandi itu, Mas Roy. Gara-gara menginjak sabun mandi yang mungkin tadi terjatuh dari tempatnya, selain pergelangan kaki aku juga rasakan sakit di bagian pinggang dan pinggul,” tutur Bi Surti.“Kalau gitu Bi Surti sekar
Roy tak dapat lagi membendung hasrat yang sudah di luar batas kemampuannya untuk menahan, karena Bi Surti seperti memancingnya untuk melakukan hal yang lebih jauh lagi ke tubuhnya itu. Pijitan berganti dengan remasan, begitu pun urut berubah menjadi elusan. Hawa kamar itu semakin lama semakin panas terasa, hingga satu persatu pakaian mereka terlepas dari tubuh dan berserakan di bawah ranjang.Gelora sentuhan dan gerakan semakin membuat hawa kamar itu semakin panas, gerimis di luar yang telah berganti menjadi hujan lebat pun tak mampu meredakan hawa panas di kamar itu. mereka berdua sudah tak ingat lagi akan siapa mereka, serta pantas atau tidaknya hal yang saat ini mereka lakukan.Hanya satu yang mereka pikirkan dan inginkan, bagaimana caranya agar sentuhan dan gerakan liar yang mereka lakukan itu segera mencapai titik puncak yang akan mereka tuju. Hujan semakin lebat di luar disertai angin sementara di kamar itu gerakan dan sentuhan pun semakin cepat dan liar, tubuh Bi Surti telah me
Pagi itu setelah sarapan, Anton ikut dengan Bramasta ke kantor perusahaannya menggunakan mobil mewah milik sepupunya itu. Kehadiran Anton di kantor tentu membuat para karyawan terkejut, karena tak biasanya mereka tidak diberitahu akan kedatangan pemilik perusahaan itu.Sebagai pemilik perusahaan sekaligus presdir di kantor itu, tentu sikap para karyawan lebih hormat kepadanya dibandingkan Bramasta yang ditunjuk sebagai wakil direktur. Mulai dari satpam penjaga pagar halaman, hingga seluruh karyawan yang berada di 3 lantai kantor perusahaan memberi salam hormat dan sapaan yang kerap dilakukan antara bawahan ke atasan mereka.Sikap yang ditunjukan Anton saat berada di dalam kantor sangat berbeda dengan sifat aslinya jika berada di rumah, suami Angel itu lebih ramah dan murah senyum saat berpapasan dengan para karyawannya. Sementara jika berada di rumah Anton lebih terkesan menunjukan egonya, baik pada Angel maupun Bramasta sepupunya.“Bram, coba tolong kamu perlihatkan semua laporan per
Setelah kurang lebih 1 jam Roy dan Angel berada di samping rumah memanggang ikan sembari bercakap-cakap, seluruh ikan tuna yang di panggang itu pun matang. Roy yang dibantu Bi Surti segera membawa ikan-ikan itu ke dalam rumah, kemudian meletakannya di meja makan.Orang tua Angel salah satu orang yang memiliki kekayaan di atas rata-rata di kota itu, selain perusahaan yang diserahkan Pak Jonan pada putrinya itu ia juga memiliki belasan perusahaan lainnya yang menyebar di kota-kota di Indonesia. Sementara Bu Via seorang dosen tetap di sebuah universitas terkemuka di sana, tentu saja hasil kekayaan mereka melimpah-ruah bisa dikatakan tidak akan habis 7 turunan nantinya.Kekurangan mereka adalah sikap Pak Jonan yang terlalu selektif dalam segala hal, termasuk menentukan sosok yang bakal diterimanya menjadi menantu. Seperti yang di alami Angel, wanita cantik bertubuh sintal itu di jodohkan dengan Anton putra dari sahabatnya yang juga orang terkaya di kota itu.Alasan Pak Jonan bersikap begi
“Begini Angel, kalian kan udah bertahun-tahun menikah. Papa dan Mama meminta kalian untuk mengurangi kesibukan bekerja, kami udah rindu ingin memiliki dan menimang-nimang cucu. Kami berharap kalian lebih fokus kesana dibandingkan pekerjaan-pekerjaan kalian yang nggak ada habis-habisnya itu,” tutur Bu Via, sementara Angel hanya diam tertunduk sulit untuk menjawab.“Yang dikatakan Mamamu itu benar, Angel. Kalian udah seharusnya memikirkan keturunan, kalau kerjaan memang takan pernah habis-habisnya terutama dengan Anton yang memiliki banyak perusahaan cabang di luar negeri,” tambah Pak Jonan.“Aku pernah bicarakan hal itu pada Mas Anton Pa, tapi dianya bilang nanti saja jika seluruh perusahaannya benar-benar udah berjalan lancar dan dapat di handel oleh orang-orang kepercayaannya,” tutur Angel mengarang alasan, padahal selama menikah tak sekalipun mereka pernah bicara mengenai hal itu, apalagi mengarah untuk fokus pada keturunan mereka.“Kalau begitu nanti Papa yang akan bicara padanya m
“Maksud kedatangannya ke kota ini menemui sahabatnya itu untuk mencari pekerjaan, tapi setelah aku tanya dia jawab hanya tamatan SMA. Aku tentu saja belum bisa memperkerjakannya di kantor sebagai karyawan,” tutur Angel.“Loh, kamu kan bisa memperkerjakan dia sebagai office boy di kantormu?” ujar Pak Jonan.“Masalahnya di kantor udah ada beberapa orang office boy, Pa. Makanya aku bingung harus menempatkannya di mana jika bekerja dikantor, untuk sementara aku pekerjakan saja di rumah ini sebagai pengurus taman. Toh dia nggak menolak malahan nggak mau digaji lagi,” tutur Angel.“Loh kok bisa gitu? Jadi kamu turuti saja apa katanya itu nggak digaji, sementara mengurus taman dan membersihkan perkarangan rumah seluas ini bukanlah pekerjaan yang gampang. Pekerjaan itu menguras keringat dan lebih berat dibandingkan bekerja sebagai office boy di kantormu,” ujar Bu Via.“Ya nggaklah, Ma. Walaupun Roy nggak mau digaji seperti yang lain setiap bulannya, tapi aku selalu memberikannya uang jajan se
“Iya Pak, itu baru aku sadari saat aku telah terlanjur datang ke kota ini. Beruntung Tante Angel mau menerimaku bekerja di rumah ini, kalau tidak aku nggak tahu harus ke mana setelah aku diberikan alamat yang tidak sebenarnya oleh sahabatku,” tutur Roy dengan raut wajah sedihnya, saat mengingat teganya Ronal memperlakukan dia seperti itu.“Kamu yang sabar ya, Roy. Kami tahu semua yang kamu alami itu, Angel telah menceritakan semuanya kepada kami. Terima kasih, kamu telah bersedia bekerja di rumah putriku ini meskipun pekerjaan itu tak seperti yang kamu harapkan,” ucap Bu Via.“Iya sama-sama, Bu. Aku justru yang berterima kasih, karena Tante Angel telah menerimaku bekerja di rumah ini. Kalau tidak aku nggak tahu bagaimana nasibku di kota ini, yang memang tak memiliki saudara selain sahabatku itu.”“Semua itu pasti ada hikmahnya, Roy. Kamu harus tetap sabar dan bekerja sesuai dengan keahlian yang kamu miliki,” tutur Bu Via.“Iya Bu, terima kasih untuk saran-sarannya,” ucap Roy.“Angel,
Satu Tahun Kemudian......Di sebuah meja makan mewah di dalam rumah yang super mewah pula, terlihat sepasang suami istri tengah menikmati menu-menu makan malam mereka. Yang pria berparas tampan berwajah pria timur tengah, sementara wanita berwajah cantik seperti wanita asia pada umumnya.Mereka tidak lain adalah kedua orang Viola yang berada di Qatar, di sela-sela makan malam itu mereka selingi dengan obrolan.“Sampai saat ini kita belum juga mendapat kabar dari Viola tentang seorang pria yang akan ia jadikan pendamping hidup, padahal saat ini usianya sudah cukup untuk berumah tangga.” Papi Viola yang bernama Husein membuka obrolan.“Iya Pi, Mami juga sepemikiran dengan Papi. Setiap kali Mami tanya Viola selalu saja menjawab jika nanti ia telah menemukan seorang pria yang dia rasa sesuai dengannya, dia akan memberi tahu kita.” Mami Viola yang bernama Astrid menanggapi.“Tapi Mi, harus sampai kapan kita menunggu? Papi udah nggak sabar ingin memiliki cucu yang tentu saja nanti sebagai p
“Iya, setiap bulannya Mas memang musti memberi laporan tentang pekerjaan atau kegiatan Mas Roy di luar. Akan tetapi nggak ada salahnya jika bulan ini Mas Roy langsung memberi laporan pada beliau, sebentar aku akan memberi tahunya jika mulai bulan ini Mas Roy akan memberi laporan langsung kepadanya.” habis berkata, Puspa langsung meraih gagang telpon kantor yang ada di atas mejanya untuk menghubungi atasannya yang berada di ruangan sebelah.Selama Puspa menelpon Roy hanya duduk diam saja sembari mendengarkan percakapan mereka, Puspa yang masih ingin menyembunyikan identitas atasannya itu sengaja tak menyertai nama setelah memanggil Bu agar Roy tidak tahu jika Viola lah CEO perusahaan pariwisata itu. Selain itu tujuan Puspa ingin memberi kejutan pada Roy, meskipun ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu Roy akan merasa surprise atau sebaliknya merasa kecewa karena selama ini disangkanya Viola telah membohonginya tentang indentitas sebenarnya kekasihnya itu.“Oh ya udah kalau gitu a
Seiring berjalannya waktu Roy dan Viola pun menjalin hubungan spesialnya layaknya sepasang kekasih, hal itu terjalin secara alami karena semakin kerapnya mereka bertemu dan jalan bareng.Cukup lama juga Roy merasa risih dengan hubungan itu, secara sejak dulunya Roy memang tak pernah jatuh hati pada wanita selain menggauli mereka karena pengaruh hubungan terlarangnya dengan Angel pertama kali ia datang ke Kota Jakarta.Namun entah kenapa rasa risih dan canggung itu perlahan sirna dan Roy benar-benar merasakan ada getaran berbeda di relung hatinya yang terdalam, getaran itu sama sekali tak ada hasrat nakal yang sering muncul hingga memancingnya untuk melakukan hal yang sepatutnya dilakukan pasangan suami istri.Getaran itu melarikan rasa sayang yang tak pernah ia duga akan hadir di hatinya pada Viola, sementara Viola sendiri tentu saja semakin senang karena perasaan cintanya yang selama ini ia pendam pada Roy terwujud.Hari-hari Viola lalui dengan penuh keceriaan seperti halnya wanita m
Karena sering bertemu dan jalan bareng di luar, Roy pun merasa ada perbedaan sikap yang ditunjukan Viola padanya. Akan tetapi sejauh ini Roy tak berani menduga-duga apalagi yakin jika sikap Viola itu menunjukan jika CEO cantik pemilik perusahaan pariwisata itu suka padanya.Sejauh ini Roy juga belum mengetahui jika Viola sebenarnya adalah atasan sekaligus pemilik perusahaan pariwisata tempat ia bekerja itu, hingga akhirnya melalui Puspa sebagai kepala bagian personalia, Roy mendapat keterangan jika Viola suka padanya.“Jadi Bu Puspa memanggil ku ke sini hanya ingin menyampaikan hal itu?” tanya Roy ketika Puspa meminta menghadap ke ruangannya.“Hemmm, iya Mas Roy. Sahabatku itu curhat ke aku beberapa hari yang lalu ketika kami bertemu di salah satu cafe,” jawab Puspa mengarang cerita, padahal Viola curhat dengannya di ruangan CEO cantik itu saat Viola memanggilnya kemarin siang.Untuk beberapa saat Roy hanya nampak terdiam, sepertinya ia bingung harus berkata apalagi untuk menanggapi h
“Viola..!” panggil Roy, Viola yang baru ke luar dari salah satu ruangan dan akan berjalan menuju lift seketika hentikan langkah dan membalikan badannya.“Eh, Bang Roy.” Ulasnya sembari tersenyum.“Ngapain kamu ke sini Viola? Apa Oma dan Opa pengen nginap di salah satu hotel di pulau ini sembari liburan? Kalau emang benar biar aku aja yang mengantar mereka ke manapun mereka mau,” tanya dan tawar Roy.“Hemmm, nggak kok Bang. Aku ke sini ingin bertemu dengan temanku,” jawab Viola.“Siapa temannya? Dan apa kamu udah ketemu dengannya?” tanya Roy lagi.“Udah Bang, kata temanku Bang Roy selalu sibuk tugas di luar mengantar para turis yang baru datang ke pulau ini?” Viola balik bertanya.“Iya, sebentar lagi aku akan ke luar mengantar mereka. Tadi karena aku melihat kamu ke luar dari salah satu ruangan kantor ini, makanya aku menghampiri kamu.” Jawab Roy.“Oh ya, temanku juga bilang bahwa selama Bang Roy kerja di sini pendapatan perusahaan ini meningkat drastis karena ramainya para pengunjung
“Orang tuaku tinggal di Qatar, Mama asli Jawa dan Papa orang Qatar.” Jawab Viola.“Oh gitu? Pantas aja wajahmu blasteran timur tengah, aku tadinya malah sempat berfikir kamu itu turis yang liburan ke pulau ini.” ujar Roy.“Hemmm, bukan Mas aja yang bilang gitu dulu juga banyak yang menyangka kalau aku ini turis. Terkecuali di lingkungan tempat tinggalku bareng Oma dan Opa, di sana mereka semua udah tahu kalau aku asli orang Indonesia dan tinggal di pulau ini.” tutur Viola diiringi senyumnya.“Jadi dari kecil kamu tinggal bareng Oma Opamu di sini?” tanya Roy lagi.“Nggak Mas, aku menetap di sini setelah aku menamatkan S2 ku di Qatar. Aku ingin tinggal bareng Oma dan Opa, sementara kedua adikku memilih tinggal di Qatar bersama Mama dan Papa.” Jelas Viola.“Oh, jadi kamu lulusan S2 di Qatar? Lalu di sini kamu kerja atau di rumah aja?” kembali Roy bertanya karena penasaran melihat megahnya rumah yang ditempati Viola.“Aku kerja Mas.” Jawab Viola singkat.“Kerja di mana?”“Aku memiliki seb
”Loh, kenapa buru-buru? Masuklah dulu, ntar lagi baru kita jalan.” Kembali Viola menawarkan Roy masuk ke dalam rumah megah miliknya itu.Karena tak enak kembali menolak, akhirnya Roy memenuhi ajakan Viola untuk masuk ke rumah meskipun Roy merasa sangat sungkan.Roy bukannya tak pernah melihat bangunan mewah dan megah, sejak ia datang ke Jakarta ia pun langsung ditawari dan tinggal di rumah mewah milik Angel. Begitu pula rumah milik Cindy serta hotel berbintang tempat ia bekerja sebelumnya, akan tetapi rumah milik Viola benar-benar lebih megah dan jauh lebih mewah kesannya hingga ia terlihat sungkan dan gerogi ketika melangkah masuk ke dalam rumah itu.Tak lama setelah Roy dipersilahkan duduk di kursi tamu yang juga super mewah, Viola yang tadi mohon diri ke ruangan tegah kembali ke ruangan tamu itu dengan pria dan seorang wanita yang usianya lebih dari 70 tahunan akan tetapi mereka berdua belum tampak tua sesuai dengan usia mereka.“Perkenalkan ini Opa dan Omaku, Mas.” Ujar Viola memp
Bahkan Roy mendapatkan bonus di luar gaji yang ia terima di bulan pertama itu, semua itu bukan saja perintah Viola melainkan juga karena prestasi yang ditunjukan Roy sebagai karyawan yang bertugas sebagai pemandu para pengunjung untuk memakai jasa pelayanan perusahaan pariwisata itu.****Malam itu setelah magrib, Roy yang berada di tempat tinggal yang disediakan itu nampak menelpon seseorang dengan ponselnya.“Hallo Mas Roy,” sapa seorang wanita setelah mengangkat panggilan di ponsel Roy.“Hallo juga Viola, gimana kabarmu?” balas dan tanya Roy.“Alhamdulillah baik, Mas Roy sendiri gimana?” Viola balik bertanya.“Alhamdulillah baik juga,” ucap Roy.“Oh ya Viola, kamu ada acara nggak malam ini?” sambung Roy.“Acara? Kayaknya nggak ada tuh, emangnya kenapa Mas?” jawab dan Viola balik bertanya.“Aku mau traktir kamu makan malam karena aku tadi pagi menerima gaji pertamaku, gimana kamu mau kan?” harap Roy.“Wah.. Yang baru aja nerima ngaji pertama, nggak usahlah repot-repot ngetraktirku s
Sebuah gedung perkantoran bertingkat 5 melebar seperti bangunan hotel, mobil yang dikemudikan Viola pun berhenti. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus, Viola mengajak Roy untuk turun dan masuk ke dalam gedung perkantoran yang megah itu.“Bukankah ini perusahaan pariwisata yang dikenal terbesar di Pulau Bali ini?” tanya Roy setelah melihat merek perusahaan tertera besar di tengah-tengah bangunan megah itu di antara tepatnya di lantai 3.“Hemmm, ya. Aku ingin memasukan Mas Roy bekerja di kantor ini,” jawab Viola diiringi senyumnya.“Wah.. Yang benar aja Viola? Mana mungkin aku diterima bekerja di perusahaan semegah ini,” Roy merasa tak yakin.“Kita coba aja dulu masuk dan menanyakannya pada bagian personalia kantor perusahaan ini, siapa tahu Mas diterima.” Ujar Viola kembali diiringi senyumnya.Setelah naik lift tepatnya di lantai paling atas, Roy diajak ke sebuah ruangan yang di pintunya tertera Kepala Bagian Personalia.“Mas tunggu di sini biar aku yang masuk menanyaka