“Begini Angel, kalian kan udah bertahun-tahun menikah. Papa dan Mama meminta kalian untuk mengurangi kesibukan bekerja, kami udah rindu ingin memiliki dan menimang-nimang cucu. Kami berharap kalian lebih fokus kesana dibandingkan pekerjaan-pekerjaan kalian yang nggak ada habis-habisnya itu,” tutur Bu Via, sementara Angel hanya diam tertunduk sulit untuk menjawab.“Yang dikatakan Mamamu itu benar, Angel. Kalian udah seharusnya memikirkan keturunan, kalau kerjaan memang takan pernah habis-habisnya terutama dengan Anton yang memiliki banyak perusahaan cabang di luar negeri,” tambah Pak Jonan.“Aku pernah bicarakan hal itu pada Mas Anton Pa, tapi dianya bilang nanti saja jika seluruh perusahaannya benar-benar udah berjalan lancar dan dapat di handel oleh orang-orang kepercayaannya,” tutur Angel mengarang alasan, padahal selama menikah tak sekalipun mereka pernah bicara mengenai hal itu, apalagi mengarah untuk fokus pada keturunan mereka.“Kalau begitu nanti Papa yang akan bicara padanya m
“Maksud kedatangannya ke kota ini menemui sahabatnya itu untuk mencari pekerjaan, tapi setelah aku tanya dia jawab hanya tamatan SMA. Aku tentu saja belum bisa memperkerjakannya di kantor sebagai karyawan,” tutur Angel.“Loh, kamu kan bisa memperkerjakan dia sebagai office boy di kantormu?” ujar Pak Jonan.“Masalahnya di kantor udah ada beberapa orang office boy, Pa. Makanya aku bingung harus menempatkannya di mana jika bekerja dikantor, untuk sementara aku pekerjakan saja di rumah ini sebagai pengurus taman. Toh dia nggak menolak malahan nggak mau digaji lagi,” tutur Angel.“Loh kok bisa gitu? Jadi kamu turuti saja apa katanya itu nggak digaji, sementara mengurus taman dan membersihkan perkarangan rumah seluas ini bukanlah pekerjaan yang gampang. Pekerjaan itu menguras keringat dan lebih berat dibandingkan bekerja sebagai office boy di kantormu,” ujar Bu Via.“Ya nggaklah, Ma. Walaupun Roy nggak mau digaji seperti yang lain setiap bulannya, tapi aku selalu memberikannya uang jajan se
“Iya Pak, itu baru aku sadari saat aku telah terlanjur datang ke kota ini. Beruntung Tante Angel mau menerimaku bekerja di rumah ini, kalau tidak aku nggak tahu harus ke mana setelah aku diberikan alamat yang tidak sebenarnya oleh sahabatku,” tutur Roy dengan raut wajah sedihnya, saat mengingat teganya Ronal memperlakukan dia seperti itu.“Kamu yang sabar ya, Roy. Kami tahu semua yang kamu alami itu, Angel telah menceritakan semuanya kepada kami. Terima kasih, kamu telah bersedia bekerja di rumah putriku ini meskipun pekerjaan itu tak seperti yang kamu harapkan,” ucap Bu Via.“Iya sama-sama, Bu. Aku justru yang berterima kasih, karena Tante Angel telah menerimaku bekerja di rumah ini. Kalau tidak aku nggak tahu bagaimana nasibku di kota ini, yang memang tak memiliki saudara selain sahabatku itu.”“Semua itu pasti ada hikmahnya, Roy. Kamu harus tetap sabar dan bekerja sesuai dengan keahlian yang kamu miliki,” tutur Bu Via.“Iya Bu, terima kasih untuk saran-sarannya,” ucap Roy.“Angel,
“Nah, itu jugalah yang menjadi pikiranku. Apakah nanti Om Anton bisa menerimaku bekerja di rumah ini? Sementara aku yakin hingga sekarang dia nggak tahu akan aku yang dipekerjakan Tante untuk mengurus taman di sini,” tutur Roy.“Kalau soal itu Mas Roy nggak usah kuatir, Nyonya saat ini nggak pernah mau lagi dengan segala aturannya. Pasti Mas Roy akan Nyonya bela jika Tuan Anton nggak setuju akan Mas dipekerjakan Nyonya di rumah ini,” ujar Bi Surti.“Tapi itu pasti akan mengundang keributan dan pertengkaran diantara mereka Bi, aku jelas aja nggak inginkan hal itu terjadi. Kasihan Tante yang sering ditinggal, begitu Om Anton pulang malah bertengkar,” tutur Roy merasa kuatir dan tak ingin semua itu terjadi nantinya.“Kalaupun Mas Roy nggak ada di rumah ini, mereka emang kerap ribut karena Tuan Anton memang egois dan banyak sekali aturannya. Sekali dua kali Nyonya berusaha untuk sabar, jika kesabaran itu nggak bisa lagi ia tahan maka keributan akan terjadi,” Bi Surti menjelaskan akan kebi
“Nggak ada Tante, aku hanya heran aja dengan rumah tangga Tante dan Om Anton. Maaf Tante jika aku telah berburuk sangka dan berfikir yang nggak-nggak,” tutur Roy.“Hemmm, apa yang kamu pikirkan memang benar adanya. Aku dan Mas Anton memang tidak seperti pasangan suami istri, malahan untuk kamu ketahui selama kami berumah tangga hari-hari yang ku rasakan tak pernah bahagia-bahagianya sama sekali. Semakin hari aku semakin tersiksa dengan semua ini,” mata Angel mulai berkaca-kaca, sepertinya selama ini ia tengah berusaha memendam perasaannya itu dan sekarang ia tumpahkan semuanya pada Roy.Roy membiarkan saat pundaknya menjadi sandaran wanita cantik bertubuh sintal itu, karena terbawa suasana Roy pun membelai rambut indah panjang tergerai milik Angel. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang saling menyanyangi, meskipun diantara mereka tidak ada benih cinta yang hadir selain berusaha untuk saling mengisi membuang hadirnya rasa kesepian. Terutama bagi Angel yang sejatinya telah berum
“Hemmm, tentu aja nggak Roy. Jika bercinta hanya sekedar melampiaskan rasa sakit hatiku pada Mas Anton, mungkin sejak dulu aku melakukannya dengan pria lain di luar sana. Aku melakukannya dengan mu, karena memang aku benar-benar menginginkannya. Dan itu terbukti berkali-kali aku meraih puncak saat bercinta denganmu,” tutur Angel.“Aku juga nggak ngerti, Tante. Kenapa semua ini terjadi begitu saja, padahal aku sama sekali belum pernah melakukan sebelumnya dengan wanita lain selain Tante,” ujar Roy merasa bingung dengan semua yang telah terjadi antara dia dan Angel.“Udahlah Roy, ngapain juga dipikirin. Toh, semua yang kita lakukan ini sama-sama kita nikmati dan suka sama suka. Apa kamu menyesal Roy?” Angel balik bertanya.“Tentu aja nggaklah, Tante. Seperti yang Tante bilang tadi, karena aku juga menginginkannya makanya semua ini terjadi. Tante nggak usah kuatir, asal Tante bahagia dan senang aku pun dengan senang hati melakukannya kapan pun Tante menginginkannya,” tutur Roy dengan sen
“Kapan-kapan aja Mas, jangan sekarang. Nanti ada yang lihat,” sambung Bi Surti dengan napas yang semakin tak teratur.Roy tak memperdulikan ocehan pembantu itu, karena situasi di dapur cukup aman ia semakin leluasa dan meneruskan sentuhan-sentuhan yang membuat Bi Surti tak sanggup lagi menahan gejolak yang muncul menjalar di sekujur tubuhnya.Hingga sambil berdiri dan melorotkan bagian penting pakaian yang dikenakan, mereka pun terlibat percintaan yang sensasinya tentu berbeda dengan dilakukan di ranjang maupun di tempat lainnya.Gerakan yang dilakukan Roy semakin intens, sementara Bi Surti hanya diam sambil berdiri menikmatinya. Tubuh mereka tampak mengejang beberapa saat, lalu lemas dan hampir saja Bi Surti jatuh terduduk di lantai ruangan dapur itu kalau saja Roy tak menahan tubuhnya dengan pelukannya.Mereka bergegas memperbaiki bagian pakaian yang tadi sengaja dilorotkan, secara bergantian mereka menuju kamar mandi yang tidak jauh dari ruangan dapur itu. Roy kembali lanjutkan men
“Hallo sayang,” sapa Anton sembari naik ke dalam mobil fortuner milik sepupunya.Sore itu mereka sudah ke luar kantor dan akan menuju ke rumah, Bramasta yang mendengar dan melihat tingkah Anton itu hanya geleng-geleng kepala saja.“Hallo juga sayang, jadikan minggu depan Bang Anton akan ke Malaysia dengan Papa dan Mama?” sahut seorang wanita dari sambungan ponsel itu.“Tentu saja jadi, sayang. Kan aku udah janji akan menikahimu awal bulan depan.”“Aku kangen sayang,” ujar wanita di sambungan ponsel itu yang tidak lain adalah Yurika.“Baru juga beberapa hari aku tinggalkan udah kangen?”“Entahlah sayang, mungkin karena aku nggak sabar lagi menunggu momen spesial awal bulan depan itu.”“Aku juga merasakan hal itu, sayang. Tapi mau gimana lagi, kita terpaksa sabar menunggu hingga minggu depan saat aku akan ke Malaysia bersama kedua orang tuaku,” tutur Anton yang berbohong jika orang tuanya yang ia maksud adalah kedua pembantu saat ini bekerja di rumah Bramasta sepupunya.“Abang lagi ngap
“Sekali lagi aku minta maaf, aku hanya bisa menemani jalan dan membawamu ke tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi di pulau ini, tapi untuk menemanimu tidur di kamar ini aku nggak bisa karena aku telah memiliki kekasih,” jawab Roy yang terpaksa jujur karena dia sudah tak tahu bagaimana cara mencari alasan untuk menolak.“Oh, kamu udah punya kekasih rupanya? Ah, jika malam ini aja kamu tidur bareng aku di sini, aku rasa kekasihmu itu nggak akan tahu atau juga curiga.” Ujar Alice yang ternyata juga tak peduli dengan kejujuran Roy yang mengatakan dirinya telah memiliki kekasih.“Dia mungkin saja nggak akan tahu atau pula curiga, tapi aku nggak mau menghianati cintanya karena aku sangat menyanyanginya,” kali ini Roy cukup tegas, hingga beberapa saat dalam keadaan setengah mabuk Alice nampak tercengang mendengarnya.Karena tak ada reaksi apa-apalagi dari Alice, Roy kemudian pamit dan meninggalkan kamar itu setelah menyelimuti tubuh Alice dengan selimut. Sampai Roy ke luar dan menutup
Alice benar-benar merasa surprise dengan semua itu, rasa penasarannya ingin mengelilingi seluruh kawasan Pulau Bali pun terpenuhi.“Apa di sini ada night club, Roy?” tanya Alice ketika ia merasa puas berkeliling.“Ada beberapa buah night club di pulau ini, emangnya kamu mau ke sana?” jawab Roy lalu balik bertanya.“Ya, aku mau happy-happy di sana melewati malam ini hingga nanti kembali ke hotel. Kamu bisa antarkan aku ke night club paling besar dan ramai di sini?” pinta Alice.Roy yang maklum jika hampir seluruh turis yang berkunjung ke pulau itu hobi ke night club di saat malam, maka Roy memenuhi permintaan Alice dengan mengarahkan mobil yang ia kemudi itu ke salah satu night club terbesar di Bali.Yang namanya night club tentu tak asing lagi jika di dalamnya terdapat berbagai jenis minuman, mulai dari minuman berkadar alkohol rendah hingga tinggi. Di sana juga terdapat music room, biasa pula digunakan untuk berdansa dan melantai bagi para pengunjung.Suasana di dalam ruangan night c
“Mungkin karena aku baru pertama kali berkunjung ke sini dan juga tadi siang aku ikut dalam rombongan para turis yang kamu jemput serta antar, aku merasa nyaman dengan cara kamu mengemudi makanya aku meminta kamu,” jelas Alice, Roy hanya menanggapi dengan senyum ramahnya.“Gimana kalau kita jalan sekarang, Roy?” sambung Alice.“Oke, mari!” jawab Roy, mereka pun sama-sama berdiri lalu Roy mengajak Alice menuju mobil yang tadi ditunjukan oleh Ardi di depan lobi hotel itu.Roy dan Alice menghampiri sebuah mobil jenis Pajero Sport yang di parkir di depan lobi hotel itu, setelah mereka naik mobil yang dikemudikan oleh Roy itupun bergerak menuju jalan raya meninggalkan halaman dan kawasan hotel mewah itu.Mobil yang dikemudikan Roy sengaja dilajukan santai, tujuannya agar Alice dapat menikmati panorama di sisi kanan dan kiri jalan raya yang dihiasi lampu-lampu. Memang sangat berbeda suasana jalan raya ketika malam di bandingkan siang hari, kebanyakan dari pengendara sengaja melaju perlahan
“Hemmm, iya Non makanya hotel kami ini sangat senang bekerja sama dengan kantor perusahaan pariwisata tempat Roy bekerja itu dan kerja sama itu udah terjalin sejak lama dan saya pribadi telah juga telah lama kenal dengan Roy sebagai salah seorang karyawan di perusahaan pariwisata itu,” tutur Ardi.“Berapapun biayanya nanti aku akan bayar, aku cukup terkesima dengan keindahan pulau ini dan ingin tahu lebih banyak lagi kawasan-kawasan lainnya dan dinikmati keindahannya di malam hari,” ujar Alice gembira sekaligus penasaran.“Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, wajahnya begitu ceria dan makin cantik. “Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, waja
Itulah nilai plus seorang Viola, selain berwajah cantik dan berprofesi sebagai CEO, dia juga gadis yang rajin beribadah. Roy benar-benar pria yang beruntung dapat mengambil tempat di hati gadis itu sebagai salah satunya pria yang di cintai, selama ini sudah banyak pria yang ingin dekat dengan Viola akan tetapi semua itu hanya sebatas sahabat biasa saja.Tapi masalahnya sekarang, apakah Viola akan tetap mencintai dan menganggap Roy sebagai kekasihnya jika Roy menceritakan tentang masa lalunya itu? Dan bagaimana pula dengan rencana Pak Husein akan menjodohkan Viola dengan Rehan dalam waktu dekat ini?****Sore itu ketika Roy mengantar para turis ke sebuah hotel dan kebetulan itu adalah trip terakhir tugas Roy di lapangan dan akan kembali ke kantor lalu pulang ke kediamannya, tiba-tiba saja seorang pria menghampirinya ketika hendak naik ke atas mobil operasional.“Roy tunggu dulu..!” panggil pria itu, Roy pun hentikan langkah dan membalikan tubuhnya.“Eh, Bang Ardi rupannya. Ada apa Bang
“Ya, aku ingat kita memang pernah membicarakan itu. Lantas gimana dengan rencana kita itu, Hamid? Apakah Rehan akan setuju jika dijodohkan dengan Viola? Soalnya waktu itu kamu bilang Rehan belum memberi jawaban ketika kamu tanyakan,” tanya Pak Husein.“Hemmm, benar Husein karena Rehan telah memberi jawaban jika dia bersedia untuk dijodohkan dengan Viola makanya aku mengajak kamu ketemuan dan membicarakannya lagi,” tutur Pak Hamid diiringi senyumnya.“Wah, baguslah jika Rehan udah memberi jawaban dan setuju,” ujar Pak Husein senang.“Lalu gimana dengan Viola sendiri? Apakah dia bersedia dijodohkan dengan Rehan?” Pak Hamid balik bertanya.“Viola memang belum aku tanya apakah dia bersedia atau nggak jika dijodohkan dengan Rehan, tapi kamu nggak usah kuatir belum lama ini aku telpon dia dan menanyakan apakah dia udah menemukan pria yang akan ia jadikan calon suami, soalnya dulu juga pernah aku tanyakan begitu, dia meminta diberi waktu.” Jawab Pak Husein.“Lalu Viola jawab apa ketika kamu
Namun Pak Hamid bahkan Pak Husein sendiri belum tahu jika Viola tidak ada perasaan apa-apa pada Rehan sejak bertemu minggu lalu, sosok Rehan bagi Viola tak ubahnya sebagai kenalan biasa dan tak ada yang spesial ia dilihat di diri Rehan selain pemuda yang kaya raya semata.****Malam itu cuaca mendung, tak lama gerimis pun turun. Roy yang duduk di teras di temani segelas kopi hangat dan sebungkus rokok, nampak bermenung dengan tatapan kosong ke arah gerimis yang semakin lama semakin rapat turun membasahi halaman kediamannya itu.Sepertinya perasaan pria tampan itu tidak sedang baik-baik saja hingga membawanya larut dalam lamunan, jika masalah pekerjaan yang ia lakukan di lapangan sampai dengan hari ini belum pernah dijumpai baik itu pada para turis maupun pada kantor tempat ia bekerja.Tiba-tiba saja Roy tersentak dari lamunannya ketika ponsel yang ia letakan di atas meja di antara gelas kopi dan rokoknya berbunyi, Roy pikir yang melakukan panggilan itu adalah Viola, ternyata setelah i
“Loh kok gitu?” Bi Surti ikut merasa kecewa.“Ya, mau gimana lagi Bi. Aku sih berharap Roy dan kekasih itu akan langgeng dan dapat memperjuangkan cinta mereka hingga pelaminan, tapi kalau nggak Roy pastinya akan kembali ke sini bersama kita,” tutur Angel di antara dua harapan.“Ya, mau gimana lagi Bi. Aku sih berharap Roy dan kekasih itu akan langgeng dan dapat memperjuangkan cinta mereka hingga pelaminan, tapi kalau nggak Roy pastinya akan kembali ke sini bersama kita,” tutur Angel di antara dua harapan.“Moga saja Mas Roy segera mendapatkan solusinya atas semua yang sedang ia hadapi sekarang,” ucap Bi Surti.“Moga saja Bi, akupun berharap begitu.” ulas Angel.****Malam itu di Qatar tepatnya di kediaman Pak Hamid, di ruangan tengah nampak Pak Hamid, Bu Qoira dan Rehan duduk. Tak biasanya Rehan ikut duduk bersama kedua orang tuannya itu, setelah makan malam bareng Rehan biasanya duduk di teras sejenak lalu pergi jalan ke luar dan pulang sekitar jam 11 malam.“Tumben, kamu duduk baren
“Bukan gitu Viola, aku hanya bicara sesuai dengan faktanya jika dia memang sepadan dengan kamu bila di bandingkan dengan aku,” ulas Roy.“Kan tadi udah aku bilang kalau dia dan semua yang ia miliki nggak membuatku tertarik sama sekali, Papi bahkan mungkin juga Mami sangat setuju tapi nggak dengan aku,” tegas Viola.“Lalu kita harus bagaimana sekarang? Papimu pastinya nggak akan merubah keputusannya bahwa dia nggak setuju jika kamu dan aku menjalin hubungan?” tanya Roy.“Aku nggak peduli dengan itu, semuanya udah aku ceritakan pada Opa dan Oma. Mereka nggak setuju jika aku menikah karena dijodohkan Papi. Opa dan Oma sangat marah begitu mengetahui jika Papi akan menjodohkan aku dengan Rehan,” tutur Viola.“Opa dan Oma mu juga tahu jika Papimu nggak setuju dengan aku?” tanya Roy.“Iya, tadi juga aku ceritakan pada mereka perihal Papi nggak setuju dengan hubungan kita. Aku dan Opa begitu juga Oma sedang mencari waktu yang tepat untuk menyampaikan pada Papi dan Mami, kalau pria yang akan m