Share

frustasi

Penulis: Bulandari f
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 65

Setelah perjalanan yang panjang, Brian dan keluarganya akhirnya tiba di rumah mereka yang megah. Suasana tenang menyelimuti rumah itu, seolah menyambut mereka dengan pelukan hangat setelah liburan yang singkat namun penuh dengan kenangan. Namun, saat mereka melangkah masuk, aura kelegaan yang sempat mereka rasakan berubah menjadi ketegangan.

Seorang asisten rumah tangga mendekati Kinanti dengan wajah cemas. “Nyonya Kinanti, ada seorang wanita yang datang mencari Anda tadi pagi. Dia bilang namanya Sarah, dan dia sahabat Anda katanya, Nyonya.”

Kinanti yang tadinya merasa lelah tiba-tiba terjaga sepenuhnya. Nama Sarah langsung membangkitkan berbagai kenangan di pikirannya. Dia tahu bahwa jika Sarah datang mencarinya, pasti ada sesuatu yang penting terjadi. “Sarah datang ke sini?” tanya Kinanti, sedikit gugup.

Asisten rumah tangga itu mengangguk. “Iya, Nyonya. Dia terlihat sangat cemas dan bilang kalau dia harus bertemu dengan Anda secepatnya. Tapi karena Anda belum pulang, saya bi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Simpanan Mafia Kejam    Bab 66 Brian yang terlalu sibuk

    Bab 66Brian menatap ponselnya dengan penuh kekhawatiran setelah melihat deretan panggilan tak terjawab dan pesan dari Kinanti. Dengan cepat, ia menghubungi salah satu anak buahnya yang bertugas mengawasi keamanan di rumah mereka, setelah panggilan pertamanya tidak dijawab oleh Kinanti."Bagaimana keadaan Kinanti?" tanya Brian, suaranya penuh tekanan.Di ujung telepon, salah satu anak buahnya menjawab dengan nada gugup, "Tuan Brian, maafkan kami. Kinanti sangat marah pada kami. Kami tidak bisa mengizinkannya keluar karena Anda tidak memberikan perintah. Dia sudah mencoba menghubungi Anda berkali-kali."Brian menghela napas panjang, merasa bersalah atas kelalaiannya. "Di mana dia sekarang?"Anak buah itu menjawab, "Nyonya Kinanti sedang berada di ruang tamu, tampaknya frustasi dan sangat kesal. Kami sudah mencoba menenangkannya, tapi sepertinya dia sangat ingin pergi menemui Sarah."Brian mengangguk, merasa sedikit lega mendengar bahwa Kinanti dalam keadaan baik-baik saja. "Baiklah, pa

  • Simpanan Mafia Kejam    Kecewa yang Mendalam

    Bab 67Kecewa yang MendalamMalam itu, Brian akhirnya tiba di rumah setelah hari yang panjang dan melelahkan. Pikiran tentang Kinanti terus menghantui kepalanya. Ia merasa bersalah karena telah mengabaikan keinginannya untuk bertemu Sarah, dan lebih dari itu, ia merasa bersalah karena tidak memberinya perhatian yang cukup. Brian menghela napas berat saat ia berjalan ke kamar tidur mereka.Saat ia membuka pintu kamar, Brian melihat Kinanti sudah tertidur pulas di atas ranjang. Wajahnya terlihat tenang, namun ada bayangan kecemasan yang jelas tergambar di wajahnya. Brian mendekat, mencoba menyentuh pipinya dengan lembut, namun segera menarik tangannya kembali, takut mengganggu tidurnya.Brian duduk di tepi ranjang, menatap Kinanti dengan perasaan bersalah yang semakin dalam. Ia tahu bahwa dia telah mengecewakannya. Tanpa banyak bicara, Brian mengambil bunga dan kalung yang sudah disiapkan oleh Marco dari tasnya, meletakkannya di atas meja samping tempat tidur. Setelah itu, ia merebahkan

  • Simpanan Mafia Kejam    Air Mata yang Tak Terbendung

    Bab 68 Air Mata yang Tak TerbendungKinanti duduk di tepi ranjang, menggigit bibirnya untuk menahan tangis. Matanya menatap kosong ke arah jendela, tetapi pikirannya penuh dengan bayangan Sarah. Bayangan sahabatnya yang terluka, membutuhkan dukungan, namun tidak ada sosok Kinanti di sampingnya. Rasanya seperti ada beban berat yang menekan dadanya, membuatnya sulit bernapas.Air mata yang sejak tadi ia tahan, akhirnya mengalir tanpa henti. Kinanti terisak, merasa kecewa dan marah terutama pada dirinya sendiri. Ia menyalahkan dirinya karena membiarkan Brian mengatur segalanya, hingga membuatnya tidak bisa ada untuk Sarah di saat-saat yang paling penting. "Sarah, maafkan aku...," gumamnya lirih di antara isak tangis.Di luar kamar, Brian berdiri dengan gelisah. Suara tangisan Kinanti yang terdengar samar dari balik pintu membuat hatinya terasa remuk. Ia tahu, kali ini, ia telah melukai hati wanita yang paling ia cintai. Ia tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya, tetapi ia tahu ia haru

  • Simpanan Mafia Kejam    Rahasia yang Tersembunyi

    Bab 68Rahasia yang TersembunyiKinanti duduk di sofa ruang tamu, tangannya menggenggam erat tangan sahabatnya. Wajah Sarah tampak muram, dan matanya yang sembab menunjukkan betapa berat beban yang ia rasakan. Sementara itu, Brian berdiri tidak jauh dari mereka, menyandarkan tubuhnya di dinding, dengan ekspresi tegang yang berusaha ia sembunyikan."Sarah, tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang menyebabkan kak Reymond meninggal?" desak Kinanti dengan lembut, namun tegas. Sarah menunduk, matanya bergetar dan tangannya mulai gemetar. "Kinanti, ini terlalu berat untukku. Aku tidak tahu harus mulai dari mana," jawab Sarah dengan suara bergetar. Kinanti memegang kedua bahu Sarah, menatapnya dalam-dalam. "Aku ada di sini untukmu, Sarah. Tolong, jangan pendam sendiri. Aku bisa membantu, tapi aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi."Sarah terdiam, bibirnya bergerak seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, namun ia kembali diam. Matanya sesekali melirik ke arah Brian yang mas

  • Simpanan Mafia Kejam    Di Balik Wajah yang Terlindung

    Di Balik Wajah yang TerlindungKinanti duduk di tepi tempat tidur, menatap kosong ke arah dinding kamar yang sepi. Hatinya bergemuruh dengan perasaan yang sulit ia jelaskan. Pikirannya kembali pada Sarah, sahabatnya, yang baru saja meninggalkan rumah mereka dengan wajah yang penuh kesedihan. Kinanti tak bisa mengusir bayangan itu dari benaknya. Ada sesuatu yang Sarah sembunyikan darinya, sesuatu yang berkaitan dengan kematian kakaknya, Reymond. Rasa curiga itu kian menguat, apalagi setelah Sarah menolak untuk berbicara dan terus menghindari pertanyaannya.Kinanti merasa perlu mencari jawaban, bahkan jika itu berarti ia harus menghadapi kenyataan pahit tentang suaminya, Brian.Brian melangkah masuk ke kamar dengan langkah berat. Melihat Kinanti yang duduk dengan wajah tegang membuatnya khawatir. Ia sudah melakukan segalanya untuk memastikan pengobatan Reymond berjalan dengan baik. Namun, curiga yang dilontarkan Kinanti kepadanya tadi membuat hatinya hancur. Ia merasa diperlakukan tidak

  • Simpanan Mafia Kejam    Mencari Kebenaran yang Tersembunyi

    Bab 71Mencari Kebenaran yang TersembunyiMarco bergegas keluar dari kantor Brian dengan tekad kuat. Langkahnya terasa berat saat ia memikirkan apa yang mungkin akan ia temukan. Kematian Reymond telah menimbulkan banyak tanda tanya, dan kini ia harus mencari jawaban yang selama ini tersembunyi. Hatinya dipenuhi kekhawatiran, terutama setelah mengetahui bahwa Sarah, adik Reymond, seolah menyimpan sesuatu yang lebih besar dari sekadar duka kehilangan kakaknya.Marco segera menuju tempat rehabilitasi tempat Reymond terakhir kali dirawat sebelum meninggal. Sesampainya di sana, ia langsung menemui salah satu petugas yang dulu bertanggung jawab atas perawatan Reymond."Apa benar Sarah pernah dibawa pergi dari sini dengan paksa?" tanya Marco tanpa basa-basi.Petugas itu terlihat gugup, matanya gelisah, seolah menimbang apakah harus berbicara atau tidak. "Iya, benar... Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa, Pak. Orang yang membawa Sarah bilang bahwa itu atas perintah Tuan Brian."Marco mengern

  • Simpanan Mafia Kejam    Bab 72 Menguak Tabir Kegelapan

    Bab 72Menguak Tabir Kegelapan"Nanti dulu Kinanti, aku bicara dengan Marco dulu." Brian berdiri dan mengajak Marco ke ruang kerjanya, tapi Kinanti yang penasaran justru menguping dari luar pintu ruangan tanpa sepengetahuan Brian dan Marco. Yang mana kala itu Brian duduk di ruang kerjanya dengan tatapan penuh amarah yang tak dapat disembunyikan. Marco berdiri di hadapannya, menatap sahabatnya yang sedang bergumul dengan rasa marah dan bingung. Di tangannya, Brian memegang sebuah USB yang berisi rekaman CCTV yang berhasil Marco temukan. Rekaman itu adalah bukti nyata tentang pembunuhan Reymond dan kejahatan yang dilakukan pada Sarah.“Ini semua sudah keterlaluan,” Brian akhirnya berbicara dengan suara pelan tapi sarat dengan kemarahan yang tertahan. “Bagaimana mungkin seseorang menggunakan namaku untuk melakukan hal seperti ini?”Marco mengangguk. “Aku juga tidak percaya ketika pertama kali melihatnya, Brian. Tapi kita harus bertindak cepat. Jika ini sampai tersebar, bukan hanya namam

  • Simpanan Mafia Kejam    Keputusan Berat di Tengah Penderitaan

    Bab 73Keputusan Berat di Tengah PenderitaanKinanti duduk di tepi tempat tidur, matanya menatap kosong ke arah jendela kamar rumah pribadi Brian yang menghadap ke laut biru di luar negeri. Tetesan air mata mengalir tanpa henti di pipinya. Keputusan Brian untuk membawa dirinya ke luar negeri begitu mendadak, dan meskipun dia tahu itu demi kebaikan bayinya, hatinya tetap terasa hancur. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran tentang Sarah, sahabatnya yang entah bagaimana nasibnya sekarang.Brian melangkah masuk ke kamar, membawa segelas air putih untuk istrinya. "Kinanti, kau harus banyak istirahat. Ini semua demi kebaikanmu dan bayi kita," katanya dengan suara lembut, tapi nada tegas tetap terasa di dalamnya.Kinanti menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Brian, aku mengerti apa yang kau lakukan. Tapi... setidaknya izinkan aku untuk terakhir kalinya bertemu dengan Sarah. Aku harus katakan padanya bahwa aku pergi dan tidak bisa menemaninya. Aku... aku tidak bisa meninggalkannya begitu sa

Bab terbaru

  • Simpanan Mafia Kejam    Bab 106

    Bab 106Membangun Perang OpiniMalam semakin larut, tapi Brian belum juga beranjak dari kursinya. Ruangan markas itu dipenuhi dengan cahaya dari layar komputer yang terus menampilkan rekaman siaran langsung. Media sudah mulai meliput demonstrasi besar-besaran yang terjadi di depan rumah Jenderal Harjo. Ribuan orang berkumpul, membawa spanduk dan meneriakkan tuntutan agar keadilan ditegakkan. Telepon di meja Brian kembali berdering, memecah konsentrasinya. Kali ini panggilan dari Papanya Frans. Brian langsung menjawab, menduga kabar penting yang akan disampaikan. "Brian,"suara Frans terdengar dalam dan serius, "Papa baru saja dapat kabar. Kamu tahu apa yang terjadi sekarang?"Brian menghela napas, tangannya mengusap dagunya yang mulai ditumbuhi janggut tipis. "Apa itu, Pa?""Kepolisian sedang kacau. Kantor mereka penuh massa dan wartawan. Orang-orang marah, Brian. Mereka menuntut agar ada instansi lain yang turun tangan. Katanya, polisi sudah tidak bisa dipercaya lagi. Semua ini kar

  • Simpanan Mafia Kejam    Bab 105

    Bab 105Serangan BalikSuara telepon yang berdering memecah keheningan malam di markas Brian. Dia meraih telepon itu dengan cepat, menduga ada sesuatu yang mendesak. Begitu diangkat, terdengar suara panik dari salah satu anak buahnya.“Bos, kami baru saja mendapat kabar dari informan kalau besok akan ada penggerebekan besar-besaran di markas kita yang ada di pinggiran kota. Yang memerintahkannya adalah Jenderal baru,” lapor suara di telepon, terengah-engah.Brian terdiam sejenak, matanya menyipit mendengar kabar tersebut. Biasanya, dia selalu mendapat informasi sebelumnya jika akan ada operasi besar dari pihak kepolisian atau militer. Jenderal yang lama selalu memberi sinyal pada Brian, namun sejak jenderal itu digantikan, situasinya berubah total. Jenderal baru tampaknya tidak hanya lebih tertib dalam menjalankan hukum, tapi juga memasang pengawasan ketat di semua lini.Brian menutup telepon dengan cepat dan menoleh ke arah Marco yang sedang duduk di kursi di depannya. “Marco, kita d

  • Simpanan Mafia Kejam    Bab 104

    Bab 104Rencana BerbahayaMalam semakin larut di dalam kamar hotel, dan Brian merasakan ketegangan yang meliputi ruang itu. Setelah pertemuan dengan Victor, pikirannya berputar, mempertimbangkan setiap kemungkinan langkah yang harus diambil. “Kita harus bergerak cepat, Marco,” katanya, menatap sahabatnya dengan serius. “Waktu tidak berpihak pada kita.”Marco mengangguk, tetapi ekspresinya menunjukkan keraguan. “Brian, aku punya ide. Bagaimana kalau kita melibatkan Kinanti dalam rencana ini?”Brian langsung tertegun, matanya melebar penuh kemarahan. “Apa? Kamu ingin aku mematahkan lehermu, Marco? Itu ide yang gila!”Marco menatap Brian dengan kaget. “Tenang, Brian! Aku hanya berpikir kalau Kinanti punya karakter yang tepat untuk mendekati sang jenderal.”“Jenderal itu adalah monster,” Brian menjawab tegas. “Dia sudah menghancurkan hidupku. Mengapa kamu ingin melibatkan Kinanti? Dia tidak ada hubungannya dengan semua ini!”“Karena dia sosok yang baik dan lembut. Sang jenderal menyukai w

  • Simpanan Mafia Kejam    Bab 103:Misi yang berbahaya

    Bab 103 Misi yang berbahaya Di sebuah hotel mewah, Brian duduk di depan meja rapat besar bersama Marco. Pemandangan kota yang gemerlap di luar jendela tampak kontras dengan suasana serius yang meliputi ruangan itu. Di hadapan mereka, seorang pria bersetelan rapi duduk dengan tenang, tatapannya penuh perhitungan. Pria itu adalah klien baru mereka, seorang pengusaha yang terhubung dengan pihak yang ingin menggulingkan sang Jenderal. Namanya Victor, dan ia adalah kunci dari semua rencana mereka. Brian menatap Victor dengan tajam. "Jadi, apa yang kamu inginkan dari kami?" tanyanya dengan nada datar, meskipun dalam hatinya sudah dipenuhi oleh api balas dendam. Victor menyandarkan diri ke kursinya, mengangkat alis dengan tenang. "Yang saya inginkan adalah kekacauan. Jenderal itu terlalu kuat. Selama dia memegang kendali, bisnis kami sulit bergerak. Kami butuh seseorang untuk menyingkirkannya, bukan secara langsung, tapi dengan menghancurkan keluarganya, reputasinya. Jika dia runtuh, kami

  • Simpanan Mafia Kejam    Bab 102: Keresahan Kinanti

    Bab 102Keresahan KInantiKinanti duduk di tepi ranjang, memandangi ponselnya yang sunyi tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Sudah tiga hari berlalu sejak Brian pergi bersama Marco. Tiga hari tanpa kabar, tanpa pesan, tanpa suara yang bisa menenangkan hatinya. Jantungnya berdegup cepat setiap kali pikirannya melayang ke arah terburuk. Apa yang terjadi pada Brian? Kenapa sampai sekarang dia belum memberi kabar?Dengan tangan gemetar, Kinanti memeriksa ponselnya lagi, berharap ada pesan yang masuk. Namun, layar tetap kosong. Hampa. Seperti hatinya. Kinanti menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri meskipun kegelisahan terus menghantamnya. Ia tahu, hidup bersama Brian berarti harus menerima risiko besar, tapi perasaan takut kehilangan tetap tak bisa ia kesampingkan.Sarah, yang duduk di kursi dekat jendela, memerhatikan Kinanti sejak tadi. Ia bisa melihat kecemasan yang menggantung di wajah Kinanti. "Kinanti, sabar ya. Brian dan Marco pasti sedang sibuk. Mereka mungkin belum sempat m

  • Simpanan Mafia Kejam    Bab 101

    Bab 101Ketakutan KinantiDi dalam mobil yang melaju cepat meninggalkan rumah mereka, suasana terasa tegang dan berat. Hujan mulai turun, mengguyur kaca mobil dengan deras, menambah kelam suasana. Brian duduk di kursi belakang, mengapit tangan Kinanti yang gemetar. Tapi ia tahu, bukan karena cuaca Kinanti seperti itu.Kinanti duduk diam di sebelahnya, namun air mata mulai mengalir di pipinya. Meskipun dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis, tangisnya tidak bisa lagi ditahan. Di depan, Sarah dan Marco saling bertukar pandang, tak ingin mengganggu momen itu, tapi jelas mereka merasa ketegangan yang memenuhi mobil.Brian, yang sejak tadi hanya menatap ke luar jendela, akhirnya menyadari getar di tangan istrinya. “Kinanti, kamu kenapa? Apa yang membuat kamu menangis?” tanyanya lembut, meskipun ia tahu jawabannya sudah jelas.Kinanti menundukkan kepala, air matanya makin deras. “Ini yang aku takutkan, Brian,” katanya dengan suara serak, suaranya penuh ketakutan dan rasa frustasi.

  • Simpanan Mafia Kejam    Brian dalam bahaya

    Bab 100Brian duduk di ruang tamu, tak bisa mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Berita yang muncul menggambarkan suasana baku tembak yang terjadi antara mafia dan pihak berwajib di sebuah pabrik. Dalam berita itu, dilaporkan bahwa semua anggota mafia yang terlibat, termasuk Marco dan anak buahnya, diduga tewas di tempat. Tidak ada satupun yang selamat setelah pihak berwajib melakukan pembersihan besar-besaran dengan meledakkan bahan peledak di area tersebut. Hati Brian serasa runtuh saat mendengar laporan tersebut. Kepalanya terasa berat, dan keringat dingin mengucur di pelipisnya. Marco, sahabat dan anak buahnya yang setia, kini diduga tewas. Brian tidak tenang. Berita itu menggema dalam benaknya, membuatnya dilanda rasa bersalah yang mendalam.“Marco...” gumamnya dengan suara parau. Tangannya mengepal erat, mencoba menahan rasa sakit yang semakin menghimpit dadanya. “Aku gagal melindungi kamu.”Kinanti yang berada di kamar, mendengar suara berita yang semakin menguat. Ia

  • Simpanan Mafia Kejam    Bab 99

    Bab 99Suasana rumah Brian semakin mencekam setelah kedatangan polisi yang menanyakan keterlibatannya dengan seorang Jenderal dalam jaringan narkoba. Meski berhasil meyakinkan para petugas bahwa dirinya tidak terlibat, ketegangan di dalam rumah itu tak kunjung surut. Kinanti yang duduk gelisah di kamar, tak henti-hentinya mengucap syukur atas keselamatan Brian. Namun, kecemasan masih menghantui pikirannya.Tak lama, pintu kamar kembali terbuka. Frans, ayah mertua Brian, masuk dengan langkah cepat. Wajahnya tegang, jelas ada kemarahan yang terpendam. Ia mendekat ke Brian yang sedang berdiri di tepi jendela, melihat ke luar dengan tatapan kosong."Brian!" seru Frans dengan nada tinggi. "Apa yang terjadi selama Papa tidak ada? Papa dengar pabrikmu kebakaran, dan sekarang... Marco, dia juga dalam bahaya! Kenapa semua ini bisa terjadi? Apa kamu tidak bisa bekerja dengan baik lagi?"Brian berbalik, menatap Frans dengan tenang meskipun dalam hatinya, ia tahu bahwa semua tuduhan itu mengarah

  • Simpanan Mafia Kejam    Keberuntungan

    **Bab 98**Matahari baru saja menyapa pagi, memberikan sinar lembut ke seluruh penjuru rumah Brian yang besar. Di Bab 98Suasana di ruang keluarga masih terasa tenang meskipun di luar sana, ada kekacauan yang siap mengancam. Kinanti duduk di sudut kamar, matanya berkaca-kaca setelah mengetahui bahwa polisi telah mendatangi rumah mereka, membuat hati Kinanti tidak tenang, seakan firasat buruk sedang melingkupi dirinya."AKu tidak ingin terjadi sesuatu padamu, Brian. Tolong dengarkan aku dan jangan pergi," Kinanti bermonolog sendiri di dalam kamarnya, setrlah sedari tadi Kinanti memohon Ke Brian agar tidak kemana-mana dulu. Brian bahkan berkata, "Aku akan baik-baik saja, Kinanti. Tolong jangan mencemaskan aku berlebihan seperti ini kIntanti." Tapi tetap saja hati Kinanti tidak tenang, dia tetap ingin Brian ada di rumah bersamanya kini.Brian baru saja selesai menenangkan Kinanti di malam sebelumnya, memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Namun, pagi itu, kecemasan Kinanti kembali d

DMCA.com Protection Status