Bab 64“Sayang, kamu tidur sayang?” Brian baru sadar kalau Kinanti tertidur di tangannya tepat di bawah bintang yang indah malam ini. “Aku beruntung memilikimu sayang, aku sangat mencintaimu. Cup.” Puas memandang Kinanti yang tengah tertidur pulas di tangannya, maka Brian mulai berdiri dan memindahkan tubuh mungil Kinanti menuju arah kamar.“Jangan pergi,” kata Kinanti yang tengah mengigau, sampai Kinanti menahan kuat tangan Brian. “Aku tidak akan pergi sayang, aku akan tetap setia di sebelahmu sayang.” Brian terpaksa merebahkan badannya di sebelah Kinanti. ______Keesokan harinya, setelah semuanya selesai menyelesaikan aktivitas sarapan pagi yang indah, maka baik Brian dan Kinanti langsung pergi bersantai ke lobi kapal pesiar. “Tempatnya sangat bagus yah Bi, kapan-kapan aku mau di ajak kesini,” kata Helena, tapi setelah Helena melihat kedatangan Brian. Maka Helena langsung berkata, “Paman, sebentar lagi hari ulang tahunku, aku ingin dirayakan secara mewah di sini Paman. Aku ingin
Bab 65Setelah perjalanan yang panjang, Brian dan keluarganya akhirnya tiba di rumah mereka yang megah. Suasana tenang menyelimuti rumah itu, seolah menyambut mereka dengan pelukan hangat setelah liburan yang singkat namun penuh dengan kenangan. Namun, saat mereka melangkah masuk, aura kelegaan yang sempat mereka rasakan berubah menjadi ketegangan.Seorang asisten rumah tangga mendekati Kinanti dengan wajah cemas. “Nyonya Kinanti, ada seorang wanita yang datang mencari Anda tadi pagi. Dia bilang namanya Sarah, dan dia sahabat Anda katanya, Nyonya.”Kinanti yang tadinya merasa lelah tiba-tiba terjaga sepenuhnya. Nama Sarah langsung membangkitkan berbagai kenangan di pikirannya. Dia tahu bahwa jika Sarah datang mencarinya, pasti ada sesuatu yang penting terjadi. “Sarah datang ke sini?” tanya Kinanti, sedikit gugup.Asisten rumah tangga itu mengangguk. “Iya, Nyonya. Dia terlihat sangat cemas dan bilang kalau dia harus bertemu dengan Anda secepatnya. Tapi karena Anda belum pulang, saya bi
Bab 66Brian menatap ponselnya dengan penuh kekhawatiran setelah melihat deretan panggilan tak terjawab dan pesan dari Kinanti. Dengan cepat, ia menghubungi salah satu anak buahnya yang bertugas mengawasi keamanan di rumah mereka, setelah panggilan pertamanya tidak dijawab oleh Kinanti."Bagaimana keadaan Kinanti?" tanya Brian, suaranya penuh tekanan.Di ujung telepon, salah satu anak buahnya menjawab dengan nada gugup, "Tuan Brian, maafkan kami. Kinanti sangat marah pada kami. Kami tidak bisa mengizinkannya keluar karena Anda tidak memberikan perintah. Dia sudah mencoba menghubungi Anda berkali-kali."Brian menghela napas panjang, merasa bersalah atas kelalaiannya. "Di mana dia sekarang?"Anak buah itu menjawab, "Nyonya Kinanti sedang berada di ruang tamu, tampaknya frustasi dan sangat kesal. Kami sudah mencoba menenangkannya, tapi sepertinya dia sangat ingin pergi menemui Sarah."Brian mengangguk, merasa sedikit lega mendengar bahwa Kinanti dalam keadaan baik-baik saja. "Baiklah, pa
Bab 67Kecewa yang MendalamMalam itu, Brian akhirnya tiba di rumah setelah hari yang panjang dan melelahkan. Pikiran tentang Kinanti terus menghantui kepalanya. Ia merasa bersalah karena telah mengabaikan keinginannya untuk bertemu Sarah, dan lebih dari itu, ia merasa bersalah karena tidak memberinya perhatian yang cukup. Brian menghela napas berat saat ia berjalan ke kamar tidur mereka.Saat ia membuka pintu kamar, Brian melihat Kinanti sudah tertidur pulas di atas ranjang. Wajahnya terlihat tenang, namun ada bayangan kecemasan yang jelas tergambar di wajahnya. Brian mendekat, mencoba menyentuh pipinya dengan lembut, namun segera menarik tangannya kembali, takut mengganggu tidurnya.Brian duduk di tepi ranjang, menatap Kinanti dengan perasaan bersalah yang semakin dalam. Ia tahu bahwa dia telah mengecewakannya. Tanpa banyak bicara, Brian mengambil bunga dan kalung yang sudah disiapkan oleh Marco dari tasnya, meletakkannya di atas meja samping tempat tidur. Setelah itu, ia merebahkan
Bab 68 Air Mata yang Tak TerbendungKinanti duduk di tepi ranjang, menggigit bibirnya untuk menahan tangis. Matanya menatap kosong ke arah jendela, tetapi pikirannya penuh dengan bayangan Sarah. Bayangan sahabatnya yang terluka, membutuhkan dukungan, namun tidak ada sosok Kinanti di sampingnya. Rasanya seperti ada beban berat yang menekan dadanya, membuatnya sulit bernapas.Air mata yang sejak tadi ia tahan, akhirnya mengalir tanpa henti. Kinanti terisak, merasa kecewa dan marah terutama pada dirinya sendiri. Ia menyalahkan dirinya karena membiarkan Brian mengatur segalanya, hingga membuatnya tidak bisa ada untuk Sarah di saat-saat yang paling penting. "Sarah, maafkan aku...," gumamnya lirih di antara isak tangis.Di luar kamar, Brian berdiri dengan gelisah. Suara tangisan Kinanti yang terdengar samar dari balik pintu membuat hatinya terasa remuk. Ia tahu, kali ini, ia telah melukai hati wanita yang paling ia cintai. Ia tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya, tetapi ia tahu ia haru
Bab 68Rahasia yang TersembunyiKinanti duduk di sofa ruang tamu, tangannya menggenggam erat tangan sahabatnya. Wajah Sarah tampak muram, dan matanya yang sembab menunjukkan betapa berat beban yang ia rasakan. Sementara itu, Brian berdiri tidak jauh dari mereka, menyandarkan tubuhnya di dinding, dengan ekspresi tegang yang berusaha ia sembunyikan."Sarah, tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang menyebabkan kak Reymond meninggal?" desak Kinanti dengan lembut, namun tegas. Sarah menunduk, matanya bergetar dan tangannya mulai gemetar. "Kinanti, ini terlalu berat untukku. Aku tidak tahu harus mulai dari mana," jawab Sarah dengan suara bergetar. Kinanti memegang kedua bahu Sarah, menatapnya dalam-dalam. "Aku ada di sini untukmu, Sarah. Tolong, jangan pendam sendiri. Aku bisa membantu, tapi aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi."Sarah terdiam, bibirnya bergerak seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, namun ia kembali diam. Matanya sesekali melirik ke arah Brian yang mas
Di Balik Wajah yang TerlindungKinanti duduk di tepi tempat tidur, menatap kosong ke arah dinding kamar yang sepi. Hatinya bergemuruh dengan perasaan yang sulit ia jelaskan. Pikirannya kembali pada Sarah, sahabatnya, yang baru saja meninggalkan rumah mereka dengan wajah yang penuh kesedihan. Kinanti tak bisa mengusir bayangan itu dari benaknya. Ada sesuatu yang Sarah sembunyikan darinya, sesuatu yang berkaitan dengan kematian kakaknya, Reymond. Rasa curiga itu kian menguat, apalagi setelah Sarah menolak untuk berbicara dan terus menghindari pertanyaannya.Kinanti merasa perlu mencari jawaban, bahkan jika itu berarti ia harus menghadapi kenyataan pahit tentang suaminya, Brian.Brian melangkah masuk ke kamar dengan langkah berat. Melihat Kinanti yang duduk dengan wajah tegang membuatnya khawatir. Ia sudah melakukan segalanya untuk memastikan pengobatan Reymond berjalan dengan baik. Namun, curiga yang dilontarkan Kinanti kepadanya tadi membuat hatinya hancur. Ia merasa diperlakukan tidak
Bab 71Mencari Kebenaran yang TersembunyiMarco bergegas keluar dari kantor Brian dengan tekad kuat. Langkahnya terasa berat saat ia memikirkan apa yang mungkin akan ia temukan. Kematian Reymond telah menimbulkan banyak tanda tanya, dan kini ia harus mencari jawaban yang selama ini tersembunyi. Hatinya dipenuhi kekhawatiran, terutama setelah mengetahui bahwa Sarah, adik Reymond, seolah menyimpan sesuatu yang lebih besar dari sekadar duka kehilangan kakaknya.Marco segera menuju tempat rehabilitasi tempat Reymond terakhir kali dirawat sebelum meninggal. Sesampainya di sana, ia langsung menemui salah satu petugas yang dulu bertanggung jawab atas perawatan Reymond."Apa benar Sarah pernah dibawa pergi dari sini dengan paksa?" tanya Marco tanpa basa-basi.Petugas itu terlihat gugup, matanya gelisah, seolah menimbang apakah harus berbicara atau tidak. "Iya, benar... Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa, Pak. Orang yang membawa Sarah bilang bahwa itu atas perintah Tuan Brian."Marco mengern