Bab 27Mengharapkan seseorang yang tidak mencintai kita itu mustahil, apalagi memaksanya menerima kita. Itulah yang dialami oleh Brian kini. Dia kembali mendengar kata penolakan dari Kinanti dan meminta Brian untuk melepaskan Kinanti, apa iya Brian akan mau mengabulkan keinginan Kinanti itu? Sangat mustahil. Mendengar ucapan Kinanti yang kembali menolaknya saja langsung membuat Brian justru berkata, “Ini terakhir kalinya aku mendengar ucapanmu ini Kinanti, jangan buat aku terpaksa harus bersikap kasar dengan kamu Kinanti.”Jawaban Brian menyakiti hati Kinanti, tidak ada kelembutan atau sekedar rasa simpatik Brian pada Kinanti. Tapi justru yang ada amarah Brian tatkala Kinanti berusaha untuk berkata jujur akan perasaannya. “Kamu camkan ini baik-baik Kinanti, ini terakhir kalinya aku mendengar kamu tidak menyukai ku lagi Kinanti. Dan aku harap kamu menarik ulur ucapanmu itu Kinanti. Sebelum kamu menyesal.”Tok tok tok…“Brian, apa kita pergi sekarang?” Suara ketukan dan panggilan Mar
Bab 28Kedua pria itu susah payah mencari keberadaan Kinanti, dan bisa dibilang kalau keduanya hampir tiga jam lamanya mencari keberadaan Kinanti. Tapi tidak kunjung ketemu. Mereka sudah mengobrak-abrik semua tempat, sampai menyusuri gang kecil yang ada di lokasi itu, tapi hasilnya tidak ada. Kinanti tidak kunjung ditemukan. “Mampus kita Jack, apa yang harus kita lakukan? Aku gak mau mati sia-sia Jack, apa kita kabur saja dari sini. Kita pergi ke kota lain.”“Eh bodoh, mau sampai lobang semut pun kamu sembunyi bakalan ketahuan, kita bakalan ketangkap. Kayak kamu tidak tahu aja siapa bos Brian. Wilayah kekuasaannya tidak hanya disini. Tapi di Indonesia juga. Gak ada cara lain selain mencarinya sampai ketemu.”“Tapi Jack, kalau tidak ketemu kita juga bakalan mati, Jack.” Pria itu begitu panik, dia juga sudah lelah mencari keberadaan Kinanti yang tidak kunjung ketemu. Dia sampai frustasi dan berteriak kencang. “Aaaaah! Siapapun kamu tolong keluar, kalau kamu tetap sembunyi gini yang
Bab 29Satu sisi Kinanti merasa kalau dia salah, Brian sangat mencintainya tapi Kinanti justru ingin lari dari Brian. Kinanti tidak tahan dengan pekerjaan Brian sebagai seorang mafia. Tapi kalau sikap dan perhatian Brian membuatnya justru kagum. Bahkan terkadang Kinanti merasa kalau dirinya egois. Brian saja mau menerima Kinanti apa adanya, sekalipun Kinanti bersikap kasar pada Brian, tapi justru Kinanti tidak bisa menerima Brian sebagai sosok suaminya. Dan justru Kinanti berkeinginan ingin lari dari Brian. “Brian,” panggil Kinanti, sembari Kinanti menahan tangan Brian yang sedang membersihkan sisa sampah yang melekat di rambut Kinanti, bahkan Brian mengelap wajah Kinanti dengan tissue. Brian cuman diam dan memandang bola mata Kinanti, sedang Marco sendiri yang melihat keduanya dari kaca mobil membuatnya terbawa dengan suasana hati Brian yang sangat mencintai Kinanti. Marco juga tidak pernah melihat Brian sesabar ini saat menghadapi wanita ataupun orang lain, buktinya tadi tanpa b
Bab 30“Apa dia setakut ini padaku? Sampai untuk bicara pun dia harus minta izin dulu, padahal sudah jelas aku sangat mencintainya dan aku tidak mungkin menyakitinya,” gumam Brian dalam hatinya. Brian yang tengah berkata dalam hatinya itu pun menatap lekat dua bola mata Kinanti, yang justru sekarang Kinanti tengah sibuk merangkai kata untuk membuka obrolannya dengan Brian. “Apa yang ingin kamu katakan Kinanti, katakanlah. Aku tidak akan marah Kinanti,” ujar Brian. “Itu Brian, aku cuman ingin … maaf Brian. Aku tidak suka dengan pekerjaanmu. Apa aku boleh minta agar kamu meninggalkan pekerjaanmu Brian? Maaf Brian, kalau tidak bisa tidak apa. Anggap saja kamu tidak mendengar apapun.” Secepat itu Kinanti merubah ucapannya, padahal dia memang ingin Brian berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang mafia, tapi baru melihat tatapan mata Brian saja Kinanti sudah takut. Dia takut kalau seumpama Brian justru marah padanya. “Maaf Brian, anggap saja kamu tidak mendengar apapun,” Kinanti me
Bab 31“Kinanti, a-aku bisa jelaskan Kinanti,” Marco yang merasa bersalah ingin minta maaf ke Kinanti, sambil ingin menjelaskan maksud dari ucapannya. Namun, Brian langsung menggerakkan tangannya memberikan isyarat agar Marco pergi saja dan meninggalkan keduanya. Alhasil Marco menundukkan kepalanya dan berjalan melewati Kinanti, setelah Marco pergi barulah Brian mengambil tas Kinanti yang terjatuh ke atas lantai, dan memberikannya ke Kinanti. “Ini Kinanti,” kata Brian. Kinanti enggan mengambil tasnya lagi dari Brian, sebab dia yang terlanjur sakit hati dengan apa yang dia dengar dari mulut Marco. Memang benar Kinanti tidak menyukai adik dari almarhum papanya, orang yang sudah membuat hidup Kinanti jadi seperti ini, tapi bagaimanapun Kinanti tidak rela jika Brian memerintahkan anak buahnya untuk membunuh keluarganya yang tersisa. “Apa aku tidak salah dengar tadi Brian? Apa pamanku target kamu selanjutnya, Brian? Jawab Brian! Jawab! Aku bisa saja belajar menerimamu Brian. Tapi aku t
Bab 32Di dalam mimpinya, Kinanti berada di tempat yang gelap dan dingin. Suara langkah kaki mendekat, membuat bulu kuduknya meremang. Dia melihat sosok yang familiar, pamannya yang jahat, dengan tatapan yang penuh ancaman."Kinanti, kamu pikir bisa lari dariku? Aku akan membuatmu menderita seperti dulu. Hahahaha,” gelak tawa itu menambah takut rasa hati Kinanti. Pamannya mengeluarkan pisau dari balik jaketnya, dan Kinanti mundur dengan ketakutan, tapi kakinya terasa berat seperti ditahan oleh sesuatu. “Jangan, jangan sakiti aku. Jangan sakiti akuuuu.” Dengan mata terpejam Kinanti tetap mengigau, tapi pada akhirnya Brian membangunkan Kinanti dan langsung berkata, “Kinanti, apa yang terjadi padamu? Kinanti bangunlah, ini aku, Kinanti. Ini aku sayang.”Dengan lembut tangan Brian menyeka keringat dingin yang membasahi wajah Kinanti. “Kamu sedang bermimpi sayang, apa sesuatu ada yang mengganggu pikiranmu?”Perlahan tapi pasti Kinanti membuka mata, lalu dia menatap sosok Brian yang kini
Bab 33Indonesia, pusat perbelanjaan Sentral yang berada di kawasan milenial. Di tempat itu dihebohkan dengan berita kepulangan Brian dengan istrinya, seorang anak konglomerat ternama yang tinggal di pusat kota di salah satu kawasan terelit yang ada di Indonesia. Ada yang senang dengan kepulangan Brian dan ada juga yang takut dengan kepulangan Brian, serta banyak juga yang bersikap biasa saja. Namun, ada sepasang sosok mata yang sengaja menghentikan aktivitasnya setelah melihat sekilas wanita yang ada bersama dengan Brian. “Itu kan, Ki …..”Drttttt Belum sempat pria itu menyebut sebuah nama, sudah datang saja panggilan masuk ke ponselnya dari sang istri. “Pa, apa kamu melihatnya? Bukankah itu Kinanti? Atau aku salah lihat,” kata wanita dari balik telepon. Pria itu juga merasa yang sama, seperti melihat Kinanti atau hanya salah lihat, apalagi wanita itu langsung bersembunyi di belakang badan Brian. Membuatnya tidak bisa memastikan itu Kinanti atau tidak. “Pa, kenapa Papa diam sa
Bab 34Kejadian malam tadi di atas ranjang masih terngiang di ingatan Kinanti, tatkala Brian memberikan sentuhan kecil di badannya, dilanjutkan dengan gerakan Brian yang membuat Kinanti tidak mampu menolak. Apalagi Brian melakukannya dengan penuh perasaan. Kinanti sendiri sampai tidak sadar kalau dia sangat menikmati setiap sentuhan Brian di badannya, dan rasanya itu masih terbayang hingga kini. Apalagi rasa ngilu dari tengah selangkangan itu masih terasa oleh Kinanti. Dia tidak mampu membayangkan kalau Brian sesemangat itu memainkan tubuhnya.“Kamu kenapa Kinanti? Mereka semua sudah menunggumu, ayo Kinanti,” kata Brian yang terpaksa kembali datang ke kamar hanya untuk memanggil Kinanti. Kinanti mengangguk lalu ia berjalan ke arah Brian, tapi Brian merasa ada yang aneh dari cara berjalan Kinanti. “Apa kamu baik-baik saja, Kinanti?”Kinanti malu untuk mengatakan ini, tapi kalau dia tidak jujur yang ada Brian tidak akan berhenti mengkhawatirkan nya. “Sakit,” jawab Kinanti dengan mena