Anita menyeret tangan Agus untuk menemaninya bergoyang di lantai dansa night club itu. Awalnya pemuda itu masih belum terbiasa dan terkejut-kejut dengan kelakuan binal bosnya di lantai dansa. Namun, lama kelamaan mulai terbiasa, yang penting tahan napsu.Tubuh wanita itu menempel di bagian depan tubuh Agus dan bergoyang menggoda meliuk-liuk sensual. Dia menangkap tangan Agus dan menaruhnya di perutnya dari belakang sambil terus bergoyang non stop."Dugg jedug ... jedugg ...jedugg ... jedugg." Suara musik remix DJ Anthony yang menghentak mengiringi goyang para pengunjung night club yang setengah teler di lantai dansa.Menjelang tengah malam, Anita sudah teler berat dan rebah di pelukan Agus yang tidak menyentuh lagi minuman keras yang dipesan Anita tadi. Sebenarnya dia merasa eman-eman, tapi Agus harus menyetir pulang ke rumah Anita, dia tidak boleh ikutan teler."Mbak, kita pulang sekarang ya?" ajak Agus sembari menepuk-nepuk pipi wanita itu. Mata Anita terasa begitu berat akibat ef
Setiap pagi Agus bermain bola di lapangan kampung belakang komplek perumahan elit tempat rumah Anita berada. Teman-teman barunya di sana banyak karena dia jago menggocek bola dan melesakkannya ke gawang yang dijaga kiper yang tak sanggup membendung keras dan jitu tendangannya."GOOOOLLLL!" Teriak bapak-bapak suporter yang berjejer di pinggir lapangan sepak bola dengan heboh. Mereka memiliki kebiasaan baru di pagi hari semenjak Agus bermain bola setiap pagi di sana. Sebelum berangkat ngantor wajib nonton tanding bola di lapangan.Sementara Agus melakukan selebrasi gol kedua yang dia cetak pagi ini dengan goyang ngebor ala Inul Daratista yang sontak mendapat sorakan riuh tawa bapak-bapak penggemarnya di kampung itu."Wah sudah jamnya kerja nih. Aku pamit pulang dulu ya, Pakdhe-pakdhe! Besok pagi disambung lagi main bolanya," ujar Agus sembari mencopot kaosnya yang basah kuyup oleh keringatnya."Waduh ... Gus, badanmu serem bener! Bisa kotak-kotak begini ... kalau kita-kita mah tebel ..
Seperti biasa Anita sampai di butiknya pukul 10.00 WIB, pramuniaga butiknya yang membuka Butik Starlight Venus pukul 09.00 saat mall masih baru saja buka sebagian kecil. Ketika Anita baru saja duduk di dalam ruangan kantornya di belakang bagian kasir, ponselnya berbunyi di dalam tas Hermes Birkin. Dia melihat id penelepon adalah suaminya. Seolah ia merasa trauma karena mendengar suara suaminya bersetubuh dengan wanita lain, awalnya Anita ragu untuk mengangkat panggilan telepon itu.Namun, sekarang sudah pagi jelang siang seharusnya Radit tidak berleha-leha di hotel dan sudah mulai melakukan kunjungan dinasnya. Dia pun menerima panggilan itu."...""Halo, Nita Sayang!" sapa Radit.Anita menggigit bibirnya mendadak merasa muak mendengar suara suaminya memanggilnya dengan kata sayang. Rasanya dia ingin mencecar suaminya tentang perselingkuhannya selama ini. Tugas negara macam apa yang dikerjakan suaminya selama 2 tahun ini yang seolah membuat pria itu jarang di rumah."Nit--Nita kenapa
Usai makan siang, Anita mengajak Agus berbelanja baju baru. Dia begitu royal membelikan pakaian setelan jas, kaos polo, celana boxer bermerk bagus untuk Agus dan juga dua pasang sepatu fantofel. Sepatu itu berwarna hitam mengkilap dan coklat tua, cocok sekali dipadu padankan dengan setelan jasnya tadi.Sesuai dugaannya, Agus memang tampak ganteng maksimal ketika didandani dengan benar. Anita pun jadi bertambah jatuh hati melihat pemuda itu. "Mas Agus ini ganteng banget lho, mulai besok pakai setelan jas ya kalau nganterin saya pergi?!" ujar Anita merapikan simpul dasi di kerah kemeja Agus."Siap, Mbak. Terima kasih, baju barunya ya," sahut Agus senang.Anita menggesek kartu kreditnya untuk membayar semua belanjaannya untuk Agus. Dia tak menyangka akan menjadi sugar mommy di usianya yang masih relatif muda. Namun, dia menikmati shopping bersama pemuda itu, nggak rewel dan dipilihkan apa saja nurut. Ajaibnya baju apa saja yang dipakai jatuhnya bagus di tubuh Agus. Padahal selera Anita
Tangan Anita mencengkram dan meremas-remas seprai menahan rasa meledak-ledak di dalam tubuhnya yang tergolek di atas ranjang yang melesak oleh bobot tubuhnya dan Agus yang begitu besar."Mass ... oughh ... jagoan bener dah!" lenguh Anita yang K.O sekali lagi menjelang tengah malam di dalam apartment yang baru disewanya pagi tadi.Wajah Agus merona mendengar pujian majikannya yang terbaring tanpa selembar kain pun di bawah tubuhnya. Bosnya itu memang 'doyan' dan luar biasa binal, berbeda dengan mantan istrinya di kampung yang jauh lebih kalem."Nita Sayang, sudah puas apa mau dibikin K.O lagi?" goda Agus menatap dari dekat wajah cantik itu. Tangannya menyangga tubuh kekarnya di samping kanan kiri kepala Anita.Jemari Anita dengan nakal berlarian dia permukaan dada Agus yang berotot. "Cium aku, Mas!" pintanya.Dengan perlahan Agus menurunkan wajahnya lalu menautkan bibirnya lekat-lekat ke bibir seksi wanita itu. Dulu dia hanya bisa memandangi bibir merah delima itu diam-diam karena taku
"Aku lagi di jalan baru mau berangkat ke butik kayak biasa, Mas. Ini Mas Radit dimana?" jawab Anita berbohong di telepon.Agus yang mendengarkan hanya menggeleng geli menatap majikannya yang jago bohong. Penampilan masih muka bantal, tanpa pakaian dalam, mantel kamarnya pun merosot dari pundaknya, bisa-bisanya bilang lagi di jalan. Diam-diam dia gemas ingin bergulat lagi dengan majikannya yang seksi sekali itu."Nita Sayang, Mas masih dua hari di Jepara. Maaf ya pulangnya molor, masih ada tugas kantor buat keliling di sini," ujar Radit sama bohongnya dengan istrinya. Padahal kedua bawahannya sudah pulang ke Jakarta kemarin sore meninggalkan bapak kepala dinas dan mahasiswi magangnya di Jepara.Sheila berbaring di sisinya membelai sesuatu yang mudah tegang di tubuh pria itu. Tangan Radit mencekal tangan wanita muda itu karena ia nyaris mendesah saat menelepon istrinya. "Ehh sudah dulu ya, Nit. Sampai ketemu besok lusa di rumah. Bye!" ucap Radit buru-buru lalu mematikan panggilan telep
Pukul 16.00 WIB, pria ganteng berpenampilan necis itu menjemput Anita ke butik Starlight Venus. Pramuniaga butik milik wanita itu berbisik-bisik menatap Agus dengan penuh kekaguman. "Reni, Desy, Mira, aku pulang duluan ya!" pamit Anita pada ketiga karyawatinya yang menjaga butiknya lalu menggandeng lengan Agus yang kekar terbalut setelan jas mahal yang dia belikan kemarin.Dengan mesra wanita itu bergelanyut manja pada Agus sembari berjalan menuju ke bioskop yang ada di lantai teratas mall itu. Sedangkan, Agus menanggapi dengan sopan kemanjaan majikannya kepadanya. Sebagian dirinya merasa bangga karena wanita yang dia gandeng itu cantik sekali seperti artis. Bodinya mirip gitar Spanyol, rambutnya panjang hitam legam bergelombang, hidungnya mancung, bibirnya ranum, kulitnya putih susu begitu mulus."Mas, aku mau beli camilan dulu sebelum masuk ke studio 3," pinta Anita."Baik, Mbak. Silakan saja," sahut Agus menemani wanita itu mengantre di stand yang menjual popcorn dan aneka makana
"Mama pulang duluan ya, Nit! Ingat pesan Mama tadi ya?!" pamit Nyonya Laksmi kepada puterinya lalu mengecup pipi Anita kanan kiri sebelum ia melenggang ke arah lift.Kemudian Anita pun berkata kepada Agus yang duduk di meja sebelahnya, "Mas Sayang, kita pulang juga yuk!" "Siap, Mbak!" sahut Agus dengan sigap berdiri mempersilakan majikannya berjalan duluan. Dia paham bahwa ibunya Anita tadi sudah berpesan A sampai Z kepada puterinya agar tidak dekat-dekat dengan sopir.Anita pun sadar bahwa di ruang publik sangatlah berbahaya mengumbar kemesraan dengan pria simpanannya yang lugu dan gemesin itu. Dia harus main cantik mulai sekarang!Sesampainya di dalam mobil, Agus menyalakan mesin mobil lalu mengemudikannya dengan hati-hati menuju ke rumah Anita. Dia hanya terdiam tak berani berbicara apapun."Mas, kamu nggak marah 'kan sama aku karena ucapan mamaku tadi?" tanya Anita menggeser arah duduknya menghadap Agus yang sedang memerhatikan jalan raya di depannya."Nggak kok, Mbak. Saya malah
Gustav Gonzales berdiri menatap piala Copa Del Rey yang berdiri tegak di rak kaca pajang di kantornya. Di dinding hall of fame ruangan itu terpajang momen-momen selebrasi kemenangan tak terlupakan yang telah dijalani oleh sang kapten Agus Sampurna.Sepuluh tahun sudah pemuda asal sebuah kampung di Indonesia membela timnya. Pria itu membawa kejayaan bagi FC Barcelona dalam setiap tetes peluh perjuangannya. Kini tiba saatnya untuk mengucap sebuah kata perpisahan dengannya."TOK TOK TOK.""Masuk!" sahut Gustav dari dalam ruang kantornya. Dia sudah menunggu kedatangan pria yang dia kasihinya selama 10 tahun belakangan, yang menjadi kesayangan Barcelonistas juga."Selamat siang, Señor Gustav," sapa Agus dengan tatapan sendu dibarengi hati yang tegar. Baginya saat ini sungguh berat, separuh jiwanya telah ada bersama Barça selama satu dasawarsa.Pria berdarah Spanyol itu bergegas mendekati Agus dan memberikan pelukan eratnya. Dia menepuk-nepuk punggung Agus dengan mata basah. Rasanya terlalu
Sebuah kejutan yang terjadi di Final Match Copa Del Rey (Piala Raja Spanyol) musim kali ini, klub FC Levante berhasil naik kelas dengan bertemu juara bertahan FC Barcelona di babak puncak perjuangan itu.Mantan kapten FC Barcelona yaitu William Aufbahn rupanya membuktikan performa terbaiknya bersama tim barunya, FC Levante. Pria asal Perancis itu bermain dengan sangat mengesankan, membuat gol-gol jitunya bersama rekan-rekannya dalam setiap pertandingan.Kekecewaannya terhadap Barça dalam hal ini mantan bosnya yang melecut semangatnya untuk bangkit. Bahkan, William Aufbahn masih belum bisa move on dengan perasaan cintanya kepada Paula Simona Gonzales, adik perempuan bos Barça yang justru menikahi striker baru asal Argentina itu yang kini merumput bersama tim Blaugrana di Barcelona.William Aufbahn sekali lagi berhadapan dengan Agus Sampurna memperebutkan bola tendangan pertama di garis tengah lapangan hijau setelah peluit wasit berbunyi."Priiittt!"Bola bergulir ke kaki Jorge Barrocel
"Pak ... mohon sedekah ... saya belum makan sejak kemarin ...," ucap Radit dengan tangan menengadah di depan kaca jendela mobil yang berhenti di lampu lalu lintas yang menyala merah.Tiba-tiba beberapa pria berseragam Satpol PP ibukota bergegas mendekat ke arah Radit dengan tatapan tak bersahabat."Hey, kamu! Dilarang mengemis di lampu merah, jangan kabur kamu! Ayo ikut ke kantor!" teriak petugas Satpol PP mengacungkan tongkat hitamnya yang keras ke arah Radit yang lari tunggang langgang menghindari kejaran Satpol PP itu.Sayangnya Radit tertangkap dan kedua petugas Satpol PP itu sudah bersiap memukulinya dengan tongkat hitam yang keras. "TIDAAAAKKKKK!!!" jerit Radit kencang yang membangunkan ketiga rekan satu selnya jelang pagi itu.Pak Untung Saripan dan Pak Bintoro Wasesa mendekati ranjang Radit lalu menepuk-nepuk badan Radit agar pria itu terbangun daru mimpi buruknya yang membuatnya sampai mengigau berteriak-teriak."Pak ... Pak ... bangun, Pak Radit!" ujar Pak Bintoro yang beru
"Hey Satria, papa kamu keren banget! Dia idolaku," ucap Jordan Ralleigh, teman sekolah Satria Sampurna di sekolah Taman Kanak-kanak di Barri Gothic."Aku juga ngefans dengan Kapten Agus, tendangannya jitu dan jarang sekali meleset dari gawang!" timpal anak yang lain.Sementara bocah yang ayahnya dipuji oleh teman-temannya itu tersenyum lebar. "Tentu saja, papaku memang keren. Larinya secepat kilat dan badannya seperti Hercules!" sahut Satria dengan bangga.Sesampainya di depan butik mamanya, Satria pun melambaikan tangannya kepada rombongan teman-teman sekolahnya yang berjalan kaki menjauh meneruskan perjalanan pulang ke rumah mereka masing-masing yang terletak tak jauh dari situ."TING." Bel pintu butik penanda ada tamu yang datang berbunyi."Mamaaa ...," panggil Satria manja lalu menubruk tubuh ramping mamanya yang cantik itu di belakang konter meja kasir.Sambil mengusap-usap kepala puteranya, Anita bertanya, "Apa sekolahnya asik, Sayang?"Bocah laki-laki kesayangan Anita itu menja
Yuni Sahara menggendong puterinya yang masih berusia 5 bulan saat menghadiri sidang vonis suaminya atas kasus suap perundangan megaproyek. "Terdakwa Raditya Poncobuwono terbukti bersalah terlibat dalam kasus suap PT. DPU, PT. SKC, PT. UBM, PT. GGA, PT. KPA. Sanksi yang akan diterima adalah sebagai berikut; denda senilai 1 milyar rupiah dan penjara selama 10 tahun. Ada pun barang bukti berupa hasil korupsi akan disita oleh negara. TOK TOK TOK!" Hakim ketua persidangan tipikor mengetuk palu 3 kali untuk mengesahkan putusan vonis untuk kasus yang menjerat Radit.Sang terdakwa yang mengenakan baju oranye pun tertunduk lesu di kursi pesakitan. Dalam benak Radit masa depannya terasa gelap, kebahagiaan yang seharusnya dia nikmati bersama istrinya yang beberapa bulan lalu melahirkan puterinya, Juwita seolah sirna.Petugas kepolisian menggelandang pria berperawakan tegap itu keluar dari ruang persidangan di antara serbuan kilat blitz kamera kuli tinta dan reporter pencari berita utama. Radit
"TING." Bunyi bel penanda ada tamu yang masuk ke butik Bohemian Twilight itu terdengar nyaring.Kepala Anita dan Claudia sontak menoleh ke arah pintu butik mereka. Keduanya pun tersenyum menyambut kedatangan kedua suami mereka masing-masing. Mereka berdua sedang melayani pelanggan yang membayar belanjaan."Terima kasih, Nyonya Anderson!" ucap Anita melepas kepergian klien langganannya.Kedua pemuda tampan berpakaian setelan jas necis itu mendekati pasangan mereka masing-masing di meja konter kasir."Hallo Liefje!" (Halo Sayangku!) sapa Pedro dalam bahasa Belanda lalu memeluk dan mengecup bibir Claudia dengan mesra.Claudia Bijlow pun bertanya, "Apa menang tadi pertandingannya, Bebe?" "Kapten dan Argentine Boy membuat gol. Barça menang lagi, Cloud," jawab Pedro santai lalu dia bertanya, "apa kau suka model rambutku yang baru?""Itu cute, Pedro," jawab Claudia terkikik geli menatap wajah suaminya yang kali ini berganti model rambut spike Harajuku, sedikit funky dan kekanak-kanakan.Sem
La Liga Espanol yang dimainkan sore ini adalah pertandingan tengah musim antara FC Barcelona versus Deportivo La Coruña di Stadion Riazor yang berkapasitas hingga 34.000 penonton. Beberapa pemain yang sudah memiliki anak menggandeng anaknya masuk ke lapangan sebelum pertandingan dimulai sambil menyanyikan lagu mars tim kesebelasan di tengah lapangan. Agus pun tak sabar menantikan Satria, puteranya bisa digandeng masuk ke lapangan hijau sebelum bertanding, pasti sangat membanggakan bila anak itu kelak dewasa dan mengenangnya.Sayangnya bayi itu masih berusia 3 bulan. Sedangkan, rekan satu timnya Pedro Van Bergen juga tengah menantikan kelahiran putera pertamanya bersama Claudia. Pasangan pengantin baru yang fenomenal Paula Simona Gonzales dan Diego Martinez juga kabarnya akan segera memiliki anak setelah menikah beberapa minggu, adik bos Barça itu hamil.Karena performa Diego Martinez yang bagus di setiap pertandingan, Senhor Jose Mourinho memilih untuk menaruh posisi pemuda Argentina
"Ouuhh ... Diego ... sube sube ... akkh!" racau señorita cantik itu meminta pemuda Argentina itu bergerak menaikkan bibirnya dari betis mulus hingga ke pangkal pahanya. (sube=naik)Permainan cinta Paula Simona Gonzales bersama pemain libero Barça itu selalu liar. Malam-malam panas di Barcelona membuat Diego Martinez terperangkap dalam gairah si nona muda adik bosnya.Tubuh kekar Diego bersimbah peluh hingga nampak seperti sehabis mandi. Dia main di atas berjam-jam dengan berbagai posisi dan Simona tak kunjung lelah melayani pemain sepak bola yang tangguh staminanya itu. "Señorita, Espero que disfrutes de nuestro amor!" (Nona, saya harap Anda menikmati percintaan kita!) Diego terengah dengan jantung berpacu memagut bibir ranum wanita binal itu yang kini tengah menindih tubuh Diego."Milikmu keras terus dan aku suka, Argentine Boy! Kupikir lebih baik kita menikah saja, kau membuatku kecanduan tubuh tangguhmu ini, Diego. Uhmm ... akkh!" Simona bergerak menghentakkan tubuhnya dengan liar
Pagi itu pesawat Malaysia Airlines yang membawa Bu Rodiyah dari Jakarta menuju ke Barcelona baru saja mendarat. Wanita desa berusia setengah abad lebih itu berusaha tetap tenang dan mengikuti panduan pramugari hingga berhasil keluar dari gerbang kedatangan penumpang internasional di Bandara International Barcelona El-Prat."Ibuuu!" sambut Anita bergegas mendekati Bu Rodiyah lalu saling bertukar cium peluk dengan ibu suaminya itu."Syukur kalau nggak nyasar, Bu! Hahaha," tukas Agus sembari tertawa berderai. Sebenarnya dia sudah cemas sedari semalam karena ibunya baru sekali pergi keluar negeri sendirian.Bu Rodiyah pun tertawa gembira dan menjawab, "Aslinya Ibu juga grogi, Gus. Di pesawat akeh londo-ne (banyak bule-nya), nggak paham omong apa. Ibu cuma senyum ngangguk-ngangguk aja kalau diajak ngomong.""Kita ke tempat tinggal Agus ya, Bu. Sini tas jinjingnya Agus bawakan saja," ujar puteranya lalu mengangkat tas berisi baju ganti yang berukuran sedang itu.Mereka bertiga berkendara de