Lembutnya kulit wanita itu membuat Agus sangat bergairah malam ini. Cantik dan wangi begitu sensual tubuh Anita membuatnya ingin terus menyentuhnya dengan hidung dan bibirnya.Lingerie merah itu hanya sekadar pembungkus sementara, tidak sampai 5 menit sudah meluncur meninggalkan tubuh Anita. Sesuai dugaannya pria dari Bojonegoro itu mendadak ganas di atas ranjang. Agus meraup buah dadanya lalu meremas-remasnya dan melumatinya dengan kelaparan hingga puncaknya terasa sedikit perih sekaligus enak.Tangan Anita dengan lincah melucuti kaos dan celana kolor warna hitam dari tubuh sopirnya yang kekar berotot padat itu. Tubuhnya sangat jantan dan membuat pikiran Anita travelling begitu jauh."Sentuh aku, Mas ...," desahnya tak sabar lagi untuk menyatukan gairah yang meletup-letup dalam dirinya.Ucapan wanita itu seolah menyiram bensin ke api yang tengah berkobar. Tanpa ragu lagi Agus membenamkan wajahnya di antara pangkal paha Anita mencicipi cairan terlarang yang efeknya menaikkan birahinya
Saat suara burung pipit berkicauan dan sinar mentari pagi menerobos kaca jendela yang tak tertutup tirai, wanita cantik yang tergolek tanpa pakaian di bawah selimut itu membuka perlahan kelopak matanya yang masih terasa berat."Hoamph ... Mas ...," desahnya sembari meraba sisi ranjangnya yang kosong. Dia pun menyadari pria semalam yang membuainya di pelukan telah meninggalkannya sendirian. Anita terduduk di tepi ranjangnya dan menyadari dirinya tak mengenakan pakaian lalu segera berjalan ke kamar mandi. Semalam pria itu memandikannya sebentar untuk menghilangkan keringat dan bau tak sedap pasca pergumulan panas mereka.Dia mandi pagi sembari tersenyum sendiri mengingat setiap sentuhan Agus yang begitu merasuk ke dalam sukmanya. Pemuda asal kampung Jawa Timur itu membuatnya baper dan agak mulai bucin. Selain wajahnya guanteng, tenaganya juga setrong, kalau diukur dengan skala Richter ... efek gempa lokal bisa mencapai 9.9, Anita cekikikan memikirkannya.Seusai mandi, ia berpakaian den
Pertanyaan papanya sejenak membuat Anita lemas, dia salah tingkah di hadapan pria yang paling mengenal dirinya sejak ia bayi. 'Apa aku sudah bosan dengan Radit?' batinnya galau."Ehh ... nggak kok, Pa. Kok tanya begitu sih ke Nita?" kelit Anita dengan lincah. Dia melirik ke arah Agus yang lebih tertarik memandangi kolam renang di samping rumah yang biru cemerlang tertimpa sinar mentari sore.Mereka bertiga pun duduk berbincang di sofa ruang keluarga."Mama lagi pergi kemana, Pa?" tanya Anita kepada papanya yang mulai menyulut batang rokok yang baru dengan korek api.Pak Subroto mengisap dalam-dalam rokok Djarum Super favoritnya sejak masih muda lalu mengepulkan asapnya. "Biasa, arisan emak-emak rempong. Hehehe," jawab pria itu dengan ringan sembari terkekeh.Anita terkikik mendengar jawaban papanya, mereka berdua memang lebih satu aliran yaitu paling tidak suka yang ribet-ribet, berbeda dengan mamanya yang lebih mementingkan gengsi pergaulan sosial papan atas yang memboroskan waktu, u
"Oohh ... Masss ...," lenguhan panjang meluncur sekali lagi dari bibir wanita yang tergolek tak berdaya di atas ranjang yang seperti terkena gempa bumi. Sementara sang pejantan tangguh seolah pantang kendor dengan perjuangannya mereguk sebuah kenikmatan duniawi yang nyaris tergapai itu. Tatapan matanya jatuh ke sosok indah yang terbaring polos di bawah tubuh perkasanya, panas dan menggoyahkan imannya kala mereka berbagi gairah yang tak kunjung padam.Bunyi bibir yang saling beradu terdengar di keheningan malam seiring hentakan pinggul yang mengantarkan hasrat yang kuat dari seorang pria atas sesosok wanita bertubuh lembut dan hangat yang tengah ia rengkuh. Hingga rasa puas itu meledak dalam diri mereka yang berpadu mesra. Tubuh Agus dan Anita bermandikan peluh usai pergulatan panas mereka di atas peraduan.Sejenak Anita rebah di dekapan pria simpanannya, meresapi rasa manis dan hangat yang masih terasa pekat di tubuhnya. Sejujurnya rasa suka itu tak terelakkan baginya, betapa berbeda
Anita melepas kepergian suaminya ke kantor dengan lambaian tangan di teras depan rumah megahnya. Radit membalas dengan kiss bye dari dalam mobil Fortunernya yang dibuka kaca jendelanya. "Bye, Nita Sayang!" ucap Radit.Sebersit senyum sendu terpulas di wajah cantik itu, dia menghela napas dalam-dalam lalu masuk ke dalam rumah mencari sopirnya untuk mengantarnya berangkat kerja juga."Mas, ayo kita berangkat sekarang!" seru Anita dari kejauhan kepada Agus yang duduk di kursi teras depan kamarnya bersama beberapa karyawan lainnya."Pamit duluan ya, Pak, Mas," ujar Agus seraya bangkit berdiri dari tempat duduknya lalu bergegas menuju garasi mobil. Dia menjinjing sebuah tas berisi kaos olahraga, celana pendek, handuk, serta sepatu sepak bola.Anita menanyainya dan teringat bahwa kemarin papanya memang meminta sobatnya yang orang Batak itu untuk melatih Agus bermain bola."Mbak Anita hari ini nggak ada rencana pergi keluar siang 'kan? Saya janjian dengan Pak Rinto di lapangan bola jam 11 so
Hari Senin selalu menjadi hari yang sibuk di balai kota. Pekerjaan Raditya Poncobuwono juga berjubel sedari pagi sejak usai mengikuti upacara bendera di halaman balai kota bersama atasan, rekan-rekan, serta bawahannya."Selamat pagi, Pak Radit. Mohon tanda tangan dan capnya untuk surat berikut ini," ujar Pak Heru, sekretaris bidang pariwisata kota Jakarta."Saya baca sebentar, Pak Heru, silakan duduk menunggu sejenak," jawab Radit lalu membaca draft surat edaran yang dibawa Pak Heru.Setelah merasa segalanya bagus, dia pun membubuhkan tanda tangan serta stempelnya di atas surat itu. "Sudah, Pak Heru, silakan," ujarnya."Saya permisi, Pak Radit!" pamit Pak Heru meninggalkan ruangan kepala dinas itu.Tak lama kemudian disusul seorang lagi bawahannya yang juga meminta tanda tangan dan segera dia selesaikan.Menjelang jam makan siang sudah habis antrean para peminta tanda tangan itu. Radit pun memanggil Sheila, si anak magang yang juga menjadi ayam kampus bookingannya ke ruangannya."TOK
Sesuai janjinya dengan Pak Rinto Sibutar Butar, maka Agus mengendarai sepeda motor Yamaha Vixion barunya menuju ke stadion Gelora Bung Karno. Ada rasa berapi-api dalam dadanya, dia akan mendapat latihan dari pelatih bola profesional sekalipun sudah dalam masa pensiun sang pelatih.Agus penasaran juga apa ada teknik bermain sirkuit bundar itu yang belum ia kuasai. Di kampung dan di lapangan hijau manapun, dia selalu jagoan pencetak gol.Akhirnya dia pun sampai di parkiran sepeda motor pengunjung stadion megah itu. Agus turun dari atas sepeda motornya lalu meletakkan helm standarnya yang baru di atas stang sepeda motornya lalu menjinjing tas ranselnya masuk ke dalam stadion. Dia mengedarkan pandangannya mencari-cari sosok pelatihnya itu di lapangan hijau.Seorang pria beruban putih melambaikan tangan kepadanya dari seberang lapangan. Agus segera berlari kecil mendekati pria itu."Hai, apa benar kau yang bernama Agus Sampurna?" sapa pria berusia sekitar 60 tahun ke atas itu.Agus mengulu
Dengan berat hati, sore itu Anita ikut pulang ke rumah dengan mobil suaminya yang menjemput ke butiknya. Dia menyerahkan kunci mobil sedan Camry miliknya ke Agus yang pulang sendirian tanpa dirinya.Sepanjang perjalanan pulang yang terjebak kemacetan jam pulang kantor di jalanan ibu kota, Radit begitu mesra kepada istrinya di dalam mobil. Persoalannya hati Anita sudah berpaling, dia merasa pria itu melakukan kemesraan hanya karena papanya. "Nita Sayang ... kamu masih sayang 'kan sama aku?" tanya Radit sambil mendaratkan kecupan-kecupan mesranya ke wajah dan leher istrinya yang sepertinya adem-adem saja menanggapinya.Tubuh ramping wanita itu seolah tenggelam dipepet oleh Radit di jok kursi tengah mobil Fortuner itu. Anita berusaha bersikap sewajar mungkin menanggapi kemesraan suaminya yang sudah mirip pasangan pengantin baru."Masih sayang kok, Mas. Apalagi kalau nggak sering ditinggal pergi keluar kota apa keluar negeri ... pasti lebih sayang!" sindir Anita halus sembari menatap mat
Gustav Gonzales berdiri menatap piala Copa Del Rey yang berdiri tegak di rak kaca pajang di kantornya. Di dinding hall of fame ruangan itu terpajang momen-momen selebrasi kemenangan tak terlupakan yang telah dijalani oleh sang kapten Agus Sampurna.Sepuluh tahun sudah pemuda asal sebuah kampung di Indonesia membela timnya. Pria itu membawa kejayaan bagi FC Barcelona dalam setiap tetes peluh perjuangannya. Kini tiba saatnya untuk mengucap sebuah kata perpisahan dengannya."TOK TOK TOK.""Masuk!" sahut Gustav dari dalam ruang kantornya. Dia sudah menunggu kedatangan pria yang dia kasihinya selama 10 tahun belakangan, yang menjadi kesayangan Barcelonistas juga."Selamat siang, Señor Gustav," sapa Agus dengan tatapan sendu dibarengi hati yang tegar. Baginya saat ini sungguh berat, separuh jiwanya telah ada bersama Barça selama satu dasawarsa.Pria berdarah Spanyol itu bergegas mendekati Agus dan memberikan pelukan eratnya. Dia menepuk-nepuk punggung Agus dengan mata basah. Rasanya terlalu
Sebuah kejutan yang terjadi di Final Match Copa Del Rey (Piala Raja Spanyol) musim kali ini, klub FC Levante berhasil naik kelas dengan bertemu juara bertahan FC Barcelona di babak puncak perjuangan itu.Mantan kapten FC Barcelona yaitu William Aufbahn rupanya membuktikan performa terbaiknya bersama tim barunya, FC Levante. Pria asal Perancis itu bermain dengan sangat mengesankan, membuat gol-gol jitunya bersama rekan-rekannya dalam setiap pertandingan.Kekecewaannya terhadap Barça dalam hal ini mantan bosnya yang melecut semangatnya untuk bangkit. Bahkan, William Aufbahn masih belum bisa move on dengan perasaan cintanya kepada Paula Simona Gonzales, adik perempuan bos Barça yang justru menikahi striker baru asal Argentina itu yang kini merumput bersama tim Blaugrana di Barcelona.William Aufbahn sekali lagi berhadapan dengan Agus Sampurna memperebutkan bola tendangan pertama di garis tengah lapangan hijau setelah peluit wasit berbunyi."Priiittt!"Bola bergulir ke kaki Jorge Barrocel
"Pak ... mohon sedekah ... saya belum makan sejak kemarin ...," ucap Radit dengan tangan menengadah di depan kaca jendela mobil yang berhenti di lampu lalu lintas yang menyala merah.Tiba-tiba beberapa pria berseragam Satpol PP ibukota bergegas mendekat ke arah Radit dengan tatapan tak bersahabat."Hey, kamu! Dilarang mengemis di lampu merah, jangan kabur kamu! Ayo ikut ke kantor!" teriak petugas Satpol PP mengacungkan tongkat hitamnya yang keras ke arah Radit yang lari tunggang langgang menghindari kejaran Satpol PP itu.Sayangnya Radit tertangkap dan kedua petugas Satpol PP itu sudah bersiap memukulinya dengan tongkat hitam yang keras. "TIDAAAAKKKKK!!!" jerit Radit kencang yang membangunkan ketiga rekan satu selnya jelang pagi itu.Pak Untung Saripan dan Pak Bintoro Wasesa mendekati ranjang Radit lalu menepuk-nepuk badan Radit agar pria itu terbangun daru mimpi buruknya yang membuatnya sampai mengigau berteriak-teriak."Pak ... Pak ... bangun, Pak Radit!" ujar Pak Bintoro yang beru
"Hey Satria, papa kamu keren banget! Dia idolaku," ucap Jordan Ralleigh, teman sekolah Satria Sampurna di sekolah Taman Kanak-kanak di Barri Gothic."Aku juga ngefans dengan Kapten Agus, tendangannya jitu dan jarang sekali meleset dari gawang!" timpal anak yang lain.Sementara bocah yang ayahnya dipuji oleh teman-temannya itu tersenyum lebar. "Tentu saja, papaku memang keren. Larinya secepat kilat dan badannya seperti Hercules!" sahut Satria dengan bangga.Sesampainya di depan butik mamanya, Satria pun melambaikan tangannya kepada rombongan teman-teman sekolahnya yang berjalan kaki menjauh meneruskan perjalanan pulang ke rumah mereka masing-masing yang terletak tak jauh dari situ."TING." Bel pintu butik penanda ada tamu yang datang berbunyi."Mamaaa ...," panggil Satria manja lalu menubruk tubuh ramping mamanya yang cantik itu di belakang konter meja kasir.Sambil mengusap-usap kepala puteranya, Anita bertanya, "Apa sekolahnya asik, Sayang?"Bocah laki-laki kesayangan Anita itu menja
Yuni Sahara menggendong puterinya yang masih berusia 5 bulan saat menghadiri sidang vonis suaminya atas kasus suap perundangan megaproyek. "Terdakwa Raditya Poncobuwono terbukti bersalah terlibat dalam kasus suap PT. DPU, PT. SKC, PT. UBM, PT. GGA, PT. KPA. Sanksi yang akan diterima adalah sebagai berikut; denda senilai 1 milyar rupiah dan penjara selama 10 tahun. Ada pun barang bukti berupa hasil korupsi akan disita oleh negara. TOK TOK TOK!" Hakim ketua persidangan tipikor mengetuk palu 3 kali untuk mengesahkan putusan vonis untuk kasus yang menjerat Radit.Sang terdakwa yang mengenakan baju oranye pun tertunduk lesu di kursi pesakitan. Dalam benak Radit masa depannya terasa gelap, kebahagiaan yang seharusnya dia nikmati bersama istrinya yang beberapa bulan lalu melahirkan puterinya, Juwita seolah sirna.Petugas kepolisian menggelandang pria berperawakan tegap itu keluar dari ruang persidangan di antara serbuan kilat blitz kamera kuli tinta dan reporter pencari berita utama. Radit
"TING." Bunyi bel penanda ada tamu yang masuk ke butik Bohemian Twilight itu terdengar nyaring.Kepala Anita dan Claudia sontak menoleh ke arah pintu butik mereka. Keduanya pun tersenyum menyambut kedatangan kedua suami mereka masing-masing. Mereka berdua sedang melayani pelanggan yang membayar belanjaan."Terima kasih, Nyonya Anderson!" ucap Anita melepas kepergian klien langganannya.Kedua pemuda tampan berpakaian setelan jas necis itu mendekati pasangan mereka masing-masing di meja konter kasir."Hallo Liefje!" (Halo Sayangku!) sapa Pedro dalam bahasa Belanda lalu memeluk dan mengecup bibir Claudia dengan mesra.Claudia Bijlow pun bertanya, "Apa menang tadi pertandingannya, Bebe?" "Kapten dan Argentine Boy membuat gol. Barça menang lagi, Cloud," jawab Pedro santai lalu dia bertanya, "apa kau suka model rambutku yang baru?""Itu cute, Pedro," jawab Claudia terkikik geli menatap wajah suaminya yang kali ini berganti model rambut spike Harajuku, sedikit funky dan kekanak-kanakan.Sem
La Liga Espanol yang dimainkan sore ini adalah pertandingan tengah musim antara FC Barcelona versus Deportivo La Coruña di Stadion Riazor yang berkapasitas hingga 34.000 penonton. Beberapa pemain yang sudah memiliki anak menggandeng anaknya masuk ke lapangan sebelum pertandingan dimulai sambil menyanyikan lagu mars tim kesebelasan di tengah lapangan. Agus pun tak sabar menantikan Satria, puteranya bisa digandeng masuk ke lapangan hijau sebelum bertanding, pasti sangat membanggakan bila anak itu kelak dewasa dan mengenangnya.Sayangnya bayi itu masih berusia 3 bulan. Sedangkan, rekan satu timnya Pedro Van Bergen juga tengah menantikan kelahiran putera pertamanya bersama Claudia. Pasangan pengantin baru yang fenomenal Paula Simona Gonzales dan Diego Martinez juga kabarnya akan segera memiliki anak setelah menikah beberapa minggu, adik bos Barça itu hamil.Karena performa Diego Martinez yang bagus di setiap pertandingan, Senhor Jose Mourinho memilih untuk menaruh posisi pemuda Argentina
"Ouuhh ... Diego ... sube sube ... akkh!" racau señorita cantik itu meminta pemuda Argentina itu bergerak menaikkan bibirnya dari betis mulus hingga ke pangkal pahanya. (sube=naik)Permainan cinta Paula Simona Gonzales bersama pemain libero Barça itu selalu liar. Malam-malam panas di Barcelona membuat Diego Martinez terperangkap dalam gairah si nona muda adik bosnya.Tubuh kekar Diego bersimbah peluh hingga nampak seperti sehabis mandi. Dia main di atas berjam-jam dengan berbagai posisi dan Simona tak kunjung lelah melayani pemain sepak bola yang tangguh staminanya itu. "Señorita, Espero que disfrutes de nuestro amor!" (Nona, saya harap Anda menikmati percintaan kita!) Diego terengah dengan jantung berpacu memagut bibir ranum wanita binal itu yang kini tengah menindih tubuh Diego."Milikmu keras terus dan aku suka, Argentine Boy! Kupikir lebih baik kita menikah saja, kau membuatku kecanduan tubuh tangguhmu ini, Diego. Uhmm ... akkh!" Simona bergerak menghentakkan tubuhnya dengan liar
Pagi itu pesawat Malaysia Airlines yang membawa Bu Rodiyah dari Jakarta menuju ke Barcelona baru saja mendarat. Wanita desa berusia setengah abad lebih itu berusaha tetap tenang dan mengikuti panduan pramugari hingga berhasil keluar dari gerbang kedatangan penumpang internasional di Bandara International Barcelona El-Prat."Ibuuu!" sambut Anita bergegas mendekati Bu Rodiyah lalu saling bertukar cium peluk dengan ibu suaminya itu."Syukur kalau nggak nyasar, Bu! Hahaha," tukas Agus sembari tertawa berderai. Sebenarnya dia sudah cemas sedari semalam karena ibunya baru sekali pergi keluar negeri sendirian.Bu Rodiyah pun tertawa gembira dan menjawab, "Aslinya Ibu juga grogi, Gus. Di pesawat akeh londo-ne (banyak bule-nya), nggak paham omong apa. Ibu cuma senyum ngangguk-ngangguk aja kalau diajak ngomong.""Kita ke tempat tinggal Agus ya, Bu. Sini tas jinjingnya Agus bawakan saja," ujar puteranya lalu mengangkat tas berisi baju ganti yang berukuran sedang itu.Mereka bertiga berkendara de