Anita melepas kepergian suaminya ke kantor dengan lambaian tangan di teras depan rumah megahnya. Radit membalas dengan kiss bye dari dalam mobil Fortunernya yang dibuka kaca jendelanya. "Bye, Nita Sayang!" ucap Radit.Sebersit senyum sendu terpulas di wajah cantik itu, dia menghela napas dalam-dalam lalu masuk ke dalam rumah mencari sopirnya untuk mengantarnya berangkat kerja juga."Mas, ayo kita berangkat sekarang!" seru Anita dari kejauhan kepada Agus yang duduk di kursi teras depan kamarnya bersama beberapa karyawan lainnya."Pamit duluan ya, Pak, Mas," ujar Agus seraya bangkit berdiri dari tempat duduknya lalu bergegas menuju garasi mobil. Dia menjinjing sebuah tas berisi kaos olahraga, celana pendek, handuk, serta sepatu sepak bola.Anita menanyainya dan teringat bahwa kemarin papanya memang meminta sobatnya yang orang Batak itu untuk melatih Agus bermain bola."Mbak Anita hari ini nggak ada rencana pergi keluar siang 'kan? Saya janjian dengan Pak Rinto di lapangan bola jam 11 so
Hari Senin selalu menjadi hari yang sibuk di balai kota. Pekerjaan Raditya Poncobuwono juga berjubel sedari pagi sejak usai mengikuti upacara bendera di halaman balai kota bersama atasan, rekan-rekan, serta bawahannya."Selamat pagi, Pak Radit. Mohon tanda tangan dan capnya untuk surat berikut ini," ujar Pak Heru, sekretaris bidang pariwisata kota Jakarta."Saya baca sebentar, Pak Heru, silakan duduk menunggu sejenak," jawab Radit lalu membaca draft surat edaran yang dibawa Pak Heru.Setelah merasa segalanya bagus, dia pun membubuhkan tanda tangan serta stempelnya di atas surat itu. "Sudah, Pak Heru, silakan," ujarnya."Saya permisi, Pak Radit!" pamit Pak Heru meninggalkan ruangan kepala dinas itu.Tak lama kemudian disusul seorang lagi bawahannya yang juga meminta tanda tangan dan segera dia selesaikan.Menjelang jam makan siang sudah habis antrean para peminta tanda tangan itu. Radit pun memanggil Sheila, si anak magang yang juga menjadi ayam kampus bookingannya ke ruangannya."TOK
Sesuai janjinya dengan Pak Rinto Sibutar Butar, maka Agus mengendarai sepeda motor Yamaha Vixion barunya menuju ke stadion Gelora Bung Karno. Ada rasa berapi-api dalam dadanya, dia akan mendapat latihan dari pelatih bola profesional sekalipun sudah dalam masa pensiun sang pelatih.Agus penasaran juga apa ada teknik bermain sirkuit bundar itu yang belum ia kuasai. Di kampung dan di lapangan hijau manapun, dia selalu jagoan pencetak gol.Akhirnya dia pun sampai di parkiran sepeda motor pengunjung stadion megah itu. Agus turun dari atas sepeda motornya lalu meletakkan helm standarnya yang baru di atas stang sepeda motornya lalu menjinjing tas ranselnya masuk ke dalam stadion. Dia mengedarkan pandangannya mencari-cari sosok pelatihnya itu di lapangan hijau.Seorang pria beruban putih melambaikan tangan kepadanya dari seberang lapangan. Agus segera berlari kecil mendekati pria itu."Hai, apa benar kau yang bernama Agus Sampurna?" sapa pria berusia sekitar 60 tahun ke atas itu.Agus mengulu
Dengan berat hati, sore itu Anita ikut pulang ke rumah dengan mobil suaminya yang menjemput ke butiknya. Dia menyerahkan kunci mobil sedan Camry miliknya ke Agus yang pulang sendirian tanpa dirinya.Sepanjang perjalanan pulang yang terjebak kemacetan jam pulang kantor di jalanan ibu kota, Radit begitu mesra kepada istrinya di dalam mobil. Persoalannya hati Anita sudah berpaling, dia merasa pria itu melakukan kemesraan hanya karena papanya. "Nita Sayang ... kamu masih sayang 'kan sama aku?" tanya Radit sambil mendaratkan kecupan-kecupan mesranya ke wajah dan leher istrinya yang sepertinya adem-adem saja menanggapinya.Tubuh ramping wanita itu seolah tenggelam dipepet oleh Radit di jok kursi tengah mobil Fortuner itu. Anita berusaha bersikap sewajar mungkin menanggapi kemesraan suaminya yang sudah mirip pasangan pengantin baru."Masih sayang kok, Mas. Apalagi kalau nggak sering ditinggal pergi keluar kota apa keluar negeri ... pasti lebih sayang!" sindir Anita halus sembari menatap mat
Seusai mandi, Anita mengenakan daster batik untuk menemui mamanya. "Mas Radit, Nita keluar dulu ya nemuin mama. Mas mandi dulu aja!" pamit Anita dengan nada halus seraya berjalan menuju pintu keluar kamarnya.Namun, Radit mengejarnya lalu menangkap pinggangnya dan memepet tubuh Anita hingga bersandar di pintu. Dia menghirup aroma wangi memabukkan di tubuh istrinya lalu memagut ceruk leher Anita hingga berbekas merah jelas. "Sudah dulu, Mas. Nanti lagi aja ... kasihan mama nungguin," bujuk Anita agar suaminya melepaskannya. "Hmm ... nanti lagi ya, Nita Sayang!" balas Radit lalu membiarkan Anita keluar dari kamar itu. Dia merasa agak bosan dengan istrinya yang sok alim dan cenderung dingin menurutnya.Dengan segera Radit mencari ponselnya di tas kerjanya lalu mengetik pesan mesra untuk Sheila si ayam kampus. Gayung bersambut, tanggapan gadis itu begitu mesra dan manja menggoda. Radit pun mereka-reka jalan untuk bisa bertemu dengan Sheila sepulang kerja besok.Sementara Anita berjalan
Waktu bergulir perlahan hingga malam yang gelap berganti pagi yang cerah ditingkahi kicau burung menyambut hangatnya mentari yang menyinari dunia. Di kamarnya Anita sedang duduk di depan cermin riasnya menyelesaikan dandanan naturalnya dengan sepulas lipstick berwarna red coral pastel yang membuat bibir ranumnya sewarna buah persik masak yang jingga kemerahan lembut.Segera ia mengambil tas tangannya dan mengenakan sepatu wedges 10 cm favoritnya yang berwarna putih merk Charles and Keith. "Mas Radit, kutunggu di meja makan ya?" ucapnya seraya keluar dari kamar.Semalaman dia menunggu hari menjadi pagi, Anita mengambil piring kosong dan mengisinya dengan nasi dan lauk yang melimpah seperti biasa. Kemudian dia memanggil Agus untuk menerima sarapan yang sama menunya dengannya."Pagi, Mas Ganteng. Makan yang banyak ya biar semangat latihan bola!" sapa Anita dengan volume pelan yang hanya terdengar oleh Agus."Makasih, Mbak," jawab Agus singkat tak ingin membuat seisi rumah curiga dengan
Semenjak memergoki Radit bersama wanita selingkuhannya di lobi Senopati Apartment, Anita berusaha menghindari moment berdua bersama Radit. Namun, di pesta malam ini dia mengalah untuk tampak anggun dan tenang mendampingi suaminya di hadapan para kolega politik dan tamu pesta lainnya.Pesta itu diadakan outdoor di halaman samping rumah, mengelilingi kolam renang yang berair jernih yang dinding dalamnya dinyalakan lampu bawah air. Pihak event organizer yang disewa Radit menyulap halaman itu menjadi tempat garden party yang tampak mewah dan meriah.Lampu-lampu hias kerlap-kerlip dibentangkan kabelnya setinggi 3 meter sepanjang atas kolam renang. Pot-pot berisi karangan bunga segar di tempatkan di penjuru halaman rumah. Sebuah panggung didirikan untuk tempat biduanita menyanyi menghibur para tamu pesta.Papa mamanya serta mertua Anita pun hadir di pesta perayaan ulang tahun kedua pernikahannya dengan Radit. "Selamat ya, Nita Sayang. Jangan lupa pesan Mama, cepetan kasih Mama cucu!" ujar
Sesampainya di rumah sakit, Agus membopong tubuh majikannya turun dari mobil ke IGD Rumah Sakit Siloam. Dia setengah berlari melapor ke perawat jaga IGD. "Sus, tolong pasien ini baru saja tenggelam di kolam renang!""Bawa ke bilik 1, Mas. Baringkan di atas bed!" jawab perawat itu membantu membetulkan posisi berbaring Anita. Kemudian dia menyuruh Agus keluar terlebih dahulu karena ingin mengganti baju Anita yang basah dengan gaun pasien rumah sakit yang kering dan menyelimuti tubuh Anita hingga setinggi dada.Usai mengganti baju Anita, perawat itu memasukkan ke tas plastik dan menyerahkannya ke Agus lalu memanggil dokter jaga IGD. Segera sang dokter memeriksa kondisi Anita."Tadi minum air ya Mas, saat Mbak ini tenggelam?" tanya dokter yang bername tag Dokter Susilo Yuwono."Betul, Dok. Tadi saya lakukan pertolongan pertama orang tenggelam, airnya keluar dari mulut dan hidung. Setelah siuman langsung saya bawa kemari," jawab Agus menjelaskan kronologi kejadiannya.Setelah memeriksa ko
Gustav Gonzales berdiri menatap piala Copa Del Rey yang berdiri tegak di rak kaca pajang di kantornya. Di dinding hall of fame ruangan itu terpajang momen-momen selebrasi kemenangan tak terlupakan yang telah dijalani oleh sang kapten Agus Sampurna.Sepuluh tahun sudah pemuda asal sebuah kampung di Indonesia membela timnya. Pria itu membawa kejayaan bagi FC Barcelona dalam setiap tetes peluh perjuangannya. Kini tiba saatnya untuk mengucap sebuah kata perpisahan dengannya."TOK TOK TOK.""Masuk!" sahut Gustav dari dalam ruang kantornya. Dia sudah menunggu kedatangan pria yang dia kasihinya selama 10 tahun belakangan, yang menjadi kesayangan Barcelonistas juga."Selamat siang, Señor Gustav," sapa Agus dengan tatapan sendu dibarengi hati yang tegar. Baginya saat ini sungguh berat, separuh jiwanya telah ada bersama Barça selama satu dasawarsa.Pria berdarah Spanyol itu bergegas mendekati Agus dan memberikan pelukan eratnya. Dia menepuk-nepuk punggung Agus dengan mata basah. Rasanya terlalu
Sebuah kejutan yang terjadi di Final Match Copa Del Rey (Piala Raja Spanyol) musim kali ini, klub FC Levante berhasil naik kelas dengan bertemu juara bertahan FC Barcelona di babak puncak perjuangan itu.Mantan kapten FC Barcelona yaitu William Aufbahn rupanya membuktikan performa terbaiknya bersama tim barunya, FC Levante. Pria asal Perancis itu bermain dengan sangat mengesankan, membuat gol-gol jitunya bersama rekan-rekannya dalam setiap pertandingan.Kekecewaannya terhadap Barça dalam hal ini mantan bosnya yang melecut semangatnya untuk bangkit. Bahkan, William Aufbahn masih belum bisa move on dengan perasaan cintanya kepada Paula Simona Gonzales, adik perempuan bos Barça yang justru menikahi striker baru asal Argentina itu yang kini merumput bersama tim Blaugrana di Barcelona.William Aufbahn sekali lagi berhadapan dengan Agus Sampurna memperebutkan bola tendangan pertama di garis tengah lapangan hijau setelah peluit wasit berbunyi."Priiittt!"Bola bergulir ke kaki Jorge Barrocel
"Pak ... mohon sedekah ... saya belum makan sejak kemarin ...," ucap Radit dengan tangan menengadah di depan kaca jendela mobil yang berhenti di lampu lalu lintas yang menyala merah.Tiba-tiba beberapa pria berseragam Satpol PP ibukota bergegas mendekat ke arah Radit dengan tatapan tak bersahabat."Hey, kamu! Dilarang mengemis di lampu merah, jangan kabur kamu! Ayo ikut ke kantor!" teriak petugas Satpol PP mengacungkan tongkat hitamnya yang keras ke arah Radit yang lari tunggang langgang menghindari kejaran Satpol PP itu.Sayangnya Radit tertangkap dan kedua petugas Satpol PP itu sudah bersiap memukulinya dengan tongkat hitam yang keras. "TIDAAAAKKKKK!!!" jerit Radit kencang yang membangunkan ketiga rekan satu selnya jelang pagi itu.Pak Untung Saripan dan Pak Bintoro Wasesa mendekati ranjang Radit lalu menepuk-nepuk badan Radit agar pria itu terbangun daru mimpi buruknya yang membuatnya sampai mengigau berteriak-teriak."Pak ... Pak ... bangun, Pak Radit!" ujar Pak Bintoro yang beru
"Hey Satria, papa kamu keren banget! Dia idolaku," ucap Jordan Ralleigh, teman sekolah Satria Sampurna di sekolah Taman Kanak-kanak di Barri Gothic."Aku juga ngefans dengan Kapten Agus, tendangannya jitu dan jarang sekali meleset dari gawang!" timpal anak yang lain.Sementara bocah yang ayahnya dipuji oleh teman-temannya itu tersenyum lebar. "Tentu saja, papaku memang keren. Larinya secepat kilat dan badannya seperti Hercules!" sahut Satria dengan bangga.Sesampainya di depan butik mamanya, Satria pun melambaikan tangannya kepada rombongan teman-teman sekolahnya yang berjalan kaki menjauh meneruskan perjalanan pulang ke rumah mereka masing-masing yang terletak tak jauh dari situ."TING." Bel pintu butik penanda ada tamu yang datang berbunyi."Mamaaa ...," panggil Satria manja lalu menubruk tubuh ramping mamanya yang cantik itu di belakang konter meja kasir.Sambil mengusap-usap kepala puteranya, Anita bertanya, "Apa sekolahnya asik, Sayang?"Bocah laki-laki kesayangan Anita itu menja
Yuni Sahara menggendong puterinya yang masih berusia 5 bulan saat menghadiri sidang vonis suaminya atas kasus suap perundangan megaproyek. "Terdakwa Raditya Poncobuwono terbukti bersalah terlibat dalam kasus suap PT. DPU, PT. SKC, PT. UBM, PT. GGA, PT. KPA. Sanksi yang akan diterima adalah sebagai berikut; denda senilai 1 milyar rupiah dan penjara selama 10 tahun. Ada pun barang bukti berupa hasil korupsi akan disita oleh negara. TOK TOK TOK!" Hakim ketua persidangan tipikor mengetuk palu 3 kali untuk mengesahkan putusan vonis untuk kasus yang menjerat Radit.Sang terdakwa yang mengenakan baju oranye pun tertunduk lesu di kursi pesakitan. Dalam benak Radit masa depannya terasa gelap, kebahagiaan yang seharusnya dia nikmati bersama istrinya yang beberapa bulan lalu melahirkan puterinya, Juwita seolah sirna.Petugas kepolisian menggelandang pria berperawakan tegap itu keluar dari ruang persidangan di antara serbuan kilat blitz kamera kuli tinta dan reporter pencari berita utama. Radit
"TING." Bunyi bel penanda ada tamu yang masuk ke butik Bohemian Twilight itu terdengar nyaring.Kepala Anita dan Claudia sontak menoleh ke arah pintu butik mereka. Keduanya pun tersenyum menyambut kedatangan kedua suami mereka masing-masing. Mereka berdua sedang melayani pelanggan yang membayar belanjaan."Terima kasih, Nyonya Anderson!" ucap Anita melepas kepergian klien langganannya.Kedua pemuda tampan berpakaian setelan jas necis itu mendekati pasangan mereka masing-masing di meja konter kasir."Hallo Liefje!" (Halo Sayangku!) sapa Pedro dalam bahasa Belanda lalu memeluk dan mengecup bibir Claudia dengan mesra.Claudia Bijlow pun bertanya, "Apa menang tadi pertandingannya, Bebe?" "Kapten dan Argentine Boy membuat gol. Barça menang lagi, Cloud," jawab Pedro santai lalu dia bertanya, "apa kau suka model rambutku yang baru?""Itu cute, Pedro," jawab Claudia terkikik geli menatap wajah suaminya yang kali ini berganti model rambut spike Harajuku, sedikit funky dan kekanak-kanakan.Sem
La Liga Espanol yang dimainkan sore ini adalah pertandingan tengah musim antara FC Barcelona versus Deportivo La Coruña di Stadion Riazor yang berkapasitas hingga 34.000 penonton. Beberapa pemain yang sudah memiliki anak menggandeng anaknya masuk ke lapangan sebelum pertandingan dimulai sambil menyanyikan lagu mars tim kesebelasan di tengah lapangan. Agus pun tak sabar menantikan Satria, puteranya bisa digandeng masuk ke lapangan hijau sebelum bertanding, pasti sangat membanggakan bila anak itu kelak dewasa dan mengenangnya.Sayangnya bayi itu masih berusia 3 bulan. Sedangkan, rekan satu timnya Pedro Van Bergen juga tengah menantikan kelahiran putera pertamanya bersama Claudia. Pasangan pengantin baru yang fenomenal Paula Simona Gonzales dan Diego Martinez juga kabarnya akan segera memiliki anak setelah menikah beberapa minggu, adik bos Barça itu hamil.Karena performa Diego Martinez yang bagus di setiap pertandingan, Senhor Jose Mourinho memilih untuk menaruh posisi pemuda Argentina
"Ouuhh ... Diego ... sube sube ... akkh!" racau señorita cantik itu meminta pemuda Argentina itu bergerak menaikkan bibirnya dari betis mulus hingga ke pangkal pahanya. (sube=naik)Permainan cinta Paula Simona Gonzales bersama pemain libero Barça itu selalu liar. Malam-malam panas di Barcelona membuat Diego Martinez terperangkap dalam gairah si nona muda adik bosnya.Tubuh kekar Diego bersimbah peluh hingga nampak seperti sehabis mandi. Dia main di atas berjam-jam dengan berbagai posisi dan Simona tak kunjung lelah melayani pemain sepak bola yang tangguh staminanya itu. "Señorita, Espero que disfrutes de nuestro amor!" (Nona, saya harap Anda menikmati percintaan kita!) Diego terengah dengan jantung berpacu memagut bibir ranum wanita binal itu yang kini tengah menindih tubuh Diego."Milikmu keras terus dan aku suka, Argentine Boy! Kupikir lebih baik kita menikah saja, kau membuatku kecanduan tubuh tangguhmu ini, Diego. Uhmm ... akkh!" Simona bergerak menghentakkan tubuhnya dengan liar
Pagi itu pesawat Malaysia Airlines yang membawa Bu Rodiyah dari Jakarta menuju ke Barcelona baru saja mendarat. Wanita desa berusia setengah abad lebih itu berusaha tetap tenang dan mengikuti panduan pramugari hingga berhasil keluar dari gerbang kedatangan penumpang internasional di Bandara International Barcelona El-Prat."Ibuuu!" sambut Anita bergegas mendekati Bu Rodiyah lalu saling bertukar cium peluk dengan ibu suaminya itu."Syukur kalau nggak nyasar, Bu! Hahaha," tukas Agus sembari tertawa berderai. Sebenarnya dia sudah cemas sedari semalam karena ibunya baru sekali pergi keluar negeri sendirian.Bu Rodiyah pun tertawa gembira dan menjawab, "Aslinya Ibu juga grogi, Gus. Di pesawat akeh londo-ne (banyak bule-nya), nggak paham omong apa. Ibu cuma senyum ngangguk-ngangguk aja kalau diajak ngomong.""Kita ke tempat tinggal Agus ya, Bu. Sini tas jinjingnya Agus bawakan saja," ujar puteranya lalu mengangkat tas berisi baju ganti yang berukuran sedang itu.Mereka bertiga berkendara de