"Tuan, bagaimana rasanya menghadiri pernikahan mantan istri?" tanya Arini saat acara pernikahan telah berlangsung. Dirinya sangat penasaran dan ingin mengetahui perasaan dari suaminya itu.
Arini, Elsyam dan juga Rido memilih untuk mengasingkan diri dari euforia pernikahan Haruni dan Hendri. Jika, bukan karena permintaan sang ayah mungkin Elsyam tidak akan mau hadir.
Mendengar pertanyaan dari Arini membuat Rido ingin tertawa. Menurutnya istri dari Elsyam yang sekarang ini membuatnya awet muda karena pertanyaan randomnya itu. "Arini bisa tidak kau jangan bertingkah seperti netizen yang menanyakan hal tidak penting seperti itu. Mau bagaimana pun perasaanku tidak tidak akan merugikan siapapun juga, paham?"
Elsyam hanya fokus pada tabletnya, ia tengah membaca tentang pasar saham hari ini. Dirinya ingin menjadi penguasa saham, seperti apa yang diinginkan oleh keluarganya. Namun, sekarang sudah berbeda dirinya tidak akan bisa dikendalikan oleh siapapun juga. Diri
Arini menggeliat lalu dirinya perlahan membuka mata. Tangan kirinya memegang kepala dan tangan kanannya dijadikan tumpuan untuk duduk. "Haus," ujar Arini cukup pelan.Elsyam yang sejak tadi bolak-balik menghubungi dokter pribadinya, segera melangkah menuju ranjang. "Minum?" tanyanya yang langsung diangguki oleh Arini. Dirinya sangat terkejut karena Arini tiba-tiba pingsan."Apa yang kamu rasakan?" tanya Elsyam.Arini menatap ke sekelilingnya yang penuh dengan para pelayan. "Bisa tidak mereka semua keluar? Aku tidak apa-apa hanya grogi melihat wartawan dan tak terbiasa dengan keramaian."Elsyam memberikan isyarat dengan anggukan kepala yang membuat para pelayan satu per satu keluar dari kamar. "Apa perlu dokter Adnan dijemput?" tanya Rido."Tidak, aku hanya perlu istirahat saja," ungkap Arini lebih dulu. Ia sangat tidak menyukai dokter. Entahlah rasanya dirinya membenci semua dokter. Dokter hanya bisa menakut-nakuti manusia saja."Tidak usah, telpon saja dokter Adnan tidak perlu datang.
"Aku yakin Elsyam terlalu sibuk bekerja jadi dia tak memiliki banyak waktu untuk memanjakanmu. Jika kamu butuh kehangatan, aku bisa membantu." Hendri tersenyum puas. Aroma tubuh Arini begitu menyeruak membuatnya semakin tergoda."Jangan pernah lancang!" Arini begitu emosi dengan adik iparnya tersebut. Tak menyangka ternyata di dalam keluarga Elsyam tidak ada manusia yang memiliki otak. Arini memilih untuk berlari, tetapi nahas tangannya ditarik oleh Hendri. "Lepaskan!" Wanita itu terus memberontak, dirinya tidak Sudi jika tangannya harus disentuh oleh adik iparnya yang kurang ajar seperti itu.Tangan kanan lelaki itu menyentuh dadanya. Arini segera mendorong tubuh Hendri hingga sedikit menjauh. "Masih kecil ternyata, pasti El tidak jago—"Arini berhasil melayangkan satu tamparan di pipi adik iparnya itu. Ia memang sangat takut karena baru saja dilecehkan secara verbal ataupun fisik. "Jangan macam-macam!" seru Arini. Mungkin Hendri berpikir jika dirinya sama seperti wanita lainnya yang
"Tolong segera gantikan pakaiannya," ujar Elsyam kepada Nency. Lelaki itu segera bangkit, bahkan dirinya meminta agar tidak terlalu banyak pelayan yang ada di kamarnya tersebut. Selagi hari ini digantikan baju, dirinya segera melangkah turun dari kamarnya. Jas yang dirinya pakai pun sudah basah karena terkena guyuran air shower. Dirinya segera melepaskan jas itu dan melemparkannya ke sofa dan langsung melangkah menuju kamar dari adiknya itu. "Hendri buka!" Karena tidak ada jawaban terus-menerus, membuat Elsyam menendang pintu itu beberapa kali hingga akhirnya terdengar suara kunci diputar."Ada apa sih El?" tanya Haruni. Jadinya yang baru saja beristirahat terganggu karena gedoran pintu dari Elsyam. Wanita itu menatap ke arah sang lelaki, mengapa tiba-tiba sentuhan besar mendatangi kamarnya? Mungkinkah laki-laki itu ingin mengajaknya untuk kembali? Haruni sudah tersenyum-senyum sendiri."Di mana Hendri?" tanya Elsyam. Dirinya langsung saja mendorong tubuh Haruni untuk minggir agar tida
Arini menoleh, saat melihat jika suaminya tengah melangkah ke arah ranjang. Ini keadaannya jauh lebih tenang, ia juga melihat sang kepala pelayan di rumah itu segera meninggalkan kamar. "Maaf, tadi aku sempat memukulmu Tuan," ujar Arini. Tadi saat Elsyam menggendongnya untuk keranjang, keadaannya masih sangat kalut ia masih terbawa dengan suasana maka dari itu tidak menyadari jika yang ada di hadapannya adalah seorang tuan besar. "Aku ti—" ucapan dari hari ini terhenti saat jari telunjuk lelaki itu mendarat di bibirnya."Sudah, jangan dijelaskan lebih baik kamu istirahat saja," ujar Elsyam. Dirinya merasa heran dengan apa yang terjadi kepada emosinya, yang meluap-luap saat melihat Arini dalam keadaan seperti tadi, tetapi jika langsung berhadapan dengan wanita itu emosinya seketika menghilang. "Aku mau membersihkan diri dulu," ungkap Elsyam.Arini menatap ke arah ke meja yang dikenakan oleh suaminya itu. Tanpa diberitahu pun dirinya sudah mengetahui apa yang terjadi
Arini menatap pantulan wajahnya di cermin, rambutnya masih basah semalam dirinya sudah benar-benar menjadi seorang istri dan bukan gadis lagi. Namun, ucapan-ucapan dari Haruni membuat dirinya takut takut jika suatu saat Elsyam pasti akan membuangnya juga perempuan seperti Haruni saja yang model ternama bisa dibuang oleh lelaki itu apalagi dirinya yang bukan apa-apa. Dirinya menyesal, mengapa semalam terlalu mudah mengatakan iya saat lelaki itu mengajaknya kenapa dirinya tidak mempertimbangkan dahulu jika sampai lelaki itu sudah menyentuh tubuhnya pasti dirinya akan segera ditendang ke jalanan. 'Bodoh ... bodoh ... bodoh kamu Arini.' jika sampai dirinya dibuang ke jalanan, memangnya siapa yang akan mau menerimanya pernikahan saja masih sebatas agama belum tercatat dalam hukum sangat mudah bagi dirinya tergantikan dibuang."Ayo, turun kita sarapan bersama," ujar Elsyam yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya.Apalagi lelaki itu seperti nampak tidak terjadi sesua
Sudah satu minggu berlalu, setelah kejadian malam pertama itu Elsyam menghindari dirinya. Arini merasa bingung apakah benar jika sekarang dirinya sudah dibuang oleh El? Ataukah saat malam pertama dirinya melakukan kesalahan? Bahkan lelaki itu selalu kerja lembur sudah dua hari pun tidak pulang.Arini tidak berani untuk menelpon lelaki itu terlebih dahulu dirinya takut jika Apa yang dilakukan justru mengganggu kegiatan Elsyam. Wanita itu memilih untuk bangkit, lalu meraih tas dan ponselnya. [Tuan, aku izin keluar, ya. Mau ke kontrakan.]Tidak berselang lama, centang dua terlihat lalu sebuah panggilan masuk dari lelaki itu muncul. "Hallo Arini, dengan siapa kamu pergi?""Sendiri Tuan, naik ojeg saja biar cepat," jawab Arini. Memang setelah dirinya pindah ke rumah besar ini tak, tidak pernah lagi menengok ke kontrakannya apalagi sekarang sudah tanggal tua dirinya harus membayar uang kontrakan karena barang-barangnya masih di sana. "Ya
"Eh, Tuan." Arini pulang berpapasan dengan Elsyam yang baru saja datang.Lelaki itu heran, tadi istrinya mengatakan hanya ingin keluar sebentar saja. Namun mengapa baru pulang sekarang? Elsyam memberikan lirikan kepada para pelayan serta Rido untuk meninggalkan mereka berdua. Setelah melihat mereka pergi, ia langsung mendekati Arini. "Apa kamu baru pulang, bukankah tadi mengatakan hanya sebentar?" tanya Elsyam. Wajah lelaki itu begitu datar, dirinya sangat tidak menyukai sebuah kebohongan sekecil apapun itu. Apalagi tadi Arini izin kepadanya hanya sebentar tetapi mengapa wanita itu justru pergi seharian. "Tadi aku membereskan kontrakan, mencuci setelah itu berjalan-jalan," ujar Arini. Dirinya sangat takut melihat suaminya yang tengah menatap ke arahnya dengan penuh curiga. "Aku bosan di rumah terus jadi tadi aku ke taman kalau ada, terus mau beli ini." Wanita itu menunjukkan kantong plastik bawaannya memang benar tadi dirinya berjalan-jalan di taman setelah m
"Ah, lega." Elsyam membuang angin cukup panjang setelah selesai dikerik. Bahkan lelaki itu bisa bersendawa.Arini langsung saja menutup hidungnya. "Tuan, jorok!" Sebelah tangan dirinya gunakan untuk menutup hidung, dan sebelah tangan lagi dirinya gunakan untuk mengipas-ngipasi agar tidak mencium aroma tak sedap yang dikeluarkan oleh Elsyam. "Ah, ternyata seorang presdir juga bisa kentut. Mana bau lagi," ujar Arini. Dirinya kira jika orang kaya kentutnya akan bau wangi, ternyata sama saja sama-sama bau tidak sedap. Namun, hari ini menjadi senang karena berarti suaminya itu bukanlah seorang robot.Elsyam tertawa lalu menggeleng. "Presidir juga seorang manusia, bisa sakit, bisa kentut dan bisa lainnya juga kamu pikir aku apa," ungkap Elsyam. Dirinya sudah memakai kembali bajunya. Walaupun menyakitkan, tetapi dirinya aku jika cara yang digunakan oleh Arini cukup efektif membuat rasa mualnya hilang.Ketukan di pintu, membuat keduanya menoleh. "Iya, tunggu.
"Selamat, ya," ujar Arini. Wanita itu merentangkan tangan kepada sang kakak dan juga Santira.Abraham benar-benar merasa heran dengan reaksi yang diberikan oleh adiknya itu. Walaupun demikian, dirinya tetap saja membalas ucapan selamat dari adiknya tersebut.Arini juga langsung saja memberikan pelukan kepada Santira.Bu Widuri yang sejak tadi terheran-heran dengan kehadiran wanita yang dahulu hampir saja bertunangan dengan anaknya itupun, tidak tahan lagi dan akhirnya bertanya sebenarnya ada apa semua ini.Abraham langsung saja menjelaskan semuanya, perihal peristiwa dahulu tentang penculikan Elsyam dan tentang penangkapan Yordan yang semua itu dibantu oleh Santira. Dirinya memang ingin membersihkan cap buruk tentang calon istrinya itu di mata orang-orang. Mereka hanya mampu melihat Santira yang dulu saja, padahal Santira yang sekarang sudah sangat jauh berbeda."Mungkin semua orang memiliki masa lalu buruk, tetapi semua orang juga bisa berubah. Kita hanya manusia biasa, bukan Tuhan y
Arini yang baru saja meninggalkan kursi, ia langsung berpapasan dengan kakaknya Abraham yang tengah menggendong sang putri."Kenapa maksain harus menggendong, sedangkan tangan Kakak saja masih sakit seperti ini." Arini langsung saja merebut Elea dari gendongan kakaknya, ia takut jika sakit di tangan kakaknya semakin parah dan juga dirinya takut juga sang anak terjatuh.Abraham, hanya menyengir saja walaupun tangannya memang masih sakit. Namun, dirinya sudah sangat merindukan sang keponakan. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan rasa rindunya maka dirinya tadi langsung saja menggendong Elea walaupun tangannya memang masih sangat sakit. "Aku hanya merindukannya, aku ya jamin dia tidak akan jatuh kok Arini."Elsyam dan juga Ridho, tiba-tiba muncul dari belakang. Mereka berdua tengah asyik mengobrol satu sama lain. Keduanya juga langsung berhenti tepat di sisi Arini dan juga Abraham."Ada apa Sayang, kenapa marah-marah seperti itu?" tanya Elsyam.Arini langsung saja menatap ke ara
Elea, gadis berpipi gembil itu tampil dengan cukup menawan. Balutan gaun putih, lalu rambut yang diikat dua benar-benar membuatnya nampak begitu seperti boneka hidup. Orang-orang yang melihat putri dari Arini itu pun mereka terlihat sangat gemas. Apalagi Elea anak itu selalu tersenyum ramah kepada siapapun orang yang menyapanya."Anaknya Pak Elsyam benar-benar sangat cantik."Arini dan juga suaminya memang tengah menghadiri sebuah acara besar tahunan. Di mana, di sana banyak sekali rekan-rekan bisnis dari Elsyam. "Sini biar aku yang gendong." Elsyam merentangkan tangannya, ia langsung saja mengambil putrinya ke dalam gendongan. Tak mungkin dirinya melepaskan Elea, di tengah-tengah keramaian seperti ini.Elea memang sering diajak untuk menghadiri acara-acara penting perusahaan dari ayahnya. Karena si kembar sudah sering menolak, mereka memiliki kegiatan lain dan lebih senang bersama dengan kakek neneknya karena selalu mau menuruti keinginan mereka berdua. Sedangkan, Elea lebih memilih
"Bagaimana keadaannya?"Arini bertanya kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan kakaknya itu. Tadi memang suaminya ditelepon oleh pihak rumah sakit jika Abraham mengalami sebuah insiden kecelakaan. Mereka berdua langsung saja menuju ke rumah sakit, karena memang hanya mereka berdualah pihak keluarga dari Abraham.Dokter mencoba menenangkan Arini yang terlihat begitu panik, memang saat suaminya menjelaskan jika pihak rumah sakit menelpon dirinya karena Abraham kecelakaan. Wanita itu langsung saja menjadi begitu sangat khawatir kepada kakaknya tersebut."Pasien sudah boleh dijenguk, mungkin untuk beberapa hari ini dia hanya perlu waktu untuk istirahat saja."Arini menggangguk begitu juga dengan Elsyam mereka langsung saja memilih untuk masuk ke ruangan di mana Abraham dirawat.Wajah panik dari Arini berubah seketika menjadi masam lagi, saat melihat seorang wanita yang tengah berdiri di samping kakaknya itu.Abraham pun langsung saja menoleh ia melihat Arini dan juga suam
Setelah Arini berhasil menidurkan sang putri, yang memilih untuk bermain dengan ponselnya. Di seberang dirinya ada Elsyam yang tengah berkutat dengan laptopnya.Lelaki itu memang sudah paham bagaimana cara menangani amarah sang istri, ia memilih untuk diam karena jika dirinya terus berkata pasti hari ini akan semakin marah dan kesal saja. Dirinya yakin jika esok pagi pasti amarah dari istrinya sudah reda maka dari itu ia memilih untuk diam.Arini pun memilih untuk melihat-lihat aplikasi orange tempat di mana dirinya berbelanja bahkan 1 bulan ia bisa menghabiskan puluhan juta karena menurutnya. Lebih baik berbelanja online karena ia tidak perlu harus repot-repot datang ke toko dan memilih, mungkin bedanya jika berbelanja online kita harus sabar menunggu.Ia tidak mempedulikan tentang pesan-pesan yang dikirimkan oleh kakaknya itu. Dirinya masih sangat marah dan ia juga tidak bisa berpikir dengan jernih untuk saat ini. Maka dari itu hal ini memilih untuk diam daripada ia berkata dan just
Elsyam memegangi Arini, ia takut jika sampai istrinya itu justru berbuat yang tidak-tidak kepada kakaknya. Tatapan dari Arini benar-benar terlihat begitu murka kepada kakaknya itu, sejak tadi Ia terus saja menuntut sang kakak untuk menceritakan semuanya."Aku tidak menyangka jika selama ini Kakak bisa membohongi adiknya sendiri sampai sebegitu lamanya," ungkap Arini.Abraham yang sejak tadi terus saja diberondong pertanyaan oleh Arini pun, ia benar-benar perangainya sebagai orang yang tegas langsung sirna seketika di hadapan Arini. Memang sejak dirinya mengetahui jika Arini adalah adiknya, ia benar-benar menganggap Arini seperti ibunya sendiri, apalagi saat adiknya marah wanita itu pasti akan sangat sulit untuk dibujuk.Lelaki itu sejak tadi berusaha memberikan isyarat kepada Elsyam, ia berharap jika adik iparnya itu dapat membantu.Arini masih menatap tajam ke arah mereka berdua. Ia tidak menyangka jika ternyata mereka bisa menyimpan rahasia yang begitu besar, pantas saja selama ini
Abraham benar-benar merasa begitu gelisah. Sudah satu minggu, Santira mengabaikannya bahkan wanita itu tidak mau berbicara dengannya dan di kantor pun saat berpapasan bahkan Santira langsung saja membuang wajah tidak mau menatap ke arahnya.Ketukan di pintu membuat lamunan dari Abraham pun buyar, ia langsung saja menatap di mana orang yang sedang dirinya nanti sudah berada di ambang pintu."Ada apa Pak Abraham memanggil saya?" Memang seperti biasa jika di kantor Santira akan bersikap formal dan mereka pun seolah-olah tidak saling mengenal satu sama lain. Semua itu karena mereka berdua menjunjung tinggi profesionalitas saat bekerja.Abraham benar-benar sangat merindukan wanita itu, bahkan Santira pun sudah tidak mau lagi mengangkat dan membalas chat serta panggilan telepon dari dirinya. Lelaki itu langsung saja melangkah menuju pintu dan langsung mengunci pintu dari dalam, ia tidak mau lagi jika sampai Santira melarikan diri karena menurutnya sangat sulit sekali untuk berbicara dengan
Elsyam benar-benar seperti tengah mendengarkan seorang ABG yang sedang bercerita mengenai kisah asmaranya. Lelaki itu terus saja menahan tawa, mendengar cerita Abraham yang dituntut meminta kepastian oleh Santira.Dirinya juga benar-benar merasa heran kepada kakak iparnya tersebut, bagaimana bisa ia menggantungkan perasaan seorang wanita hampir 2 tahun. Padahal selama ini mereka seperti layaknya sepasang kekasih yang tengah backstreet saja karena memang tidak ada orang yang mengetahuinya selain dirinya itu.Elsyam juga memang sering mengatakan kepada Abraham agar dia mau memberikan penjelasan dan juga kebenaran ini kepada istrinya Arini, dirinya takut jika sampai Arini tahu dari orang lain justru akan marah."Oh, jadi sekarang kalian berdua sudah resmi pacaran?"Abraham melirik ke arah Elsyam dengan tatapan yang begitu aneh. Mereka berdua memang berada di ruang kerja dari lelaki itu, untung saja tadi elea menangis jadi Arini tidak ikut nimbrung bersama dan memilih untuk kembali lagi k
Walaupun Abraham sudah mengatakan jika dirinya memang mencintai Santira dan juga ingin menikahinya, tetapi tetap saja wanita itu masih merajuk kepada Abraham atas apa yang selama ini dilakukan oleh dirinya. Mungkin rumus matematika memang sulit untuk dipahami, dihafal. Namun, memahami hati wanita jauhlah lebih sulit daripada itu.Abraham benar-benar merasa sangat pusing, karena sejak pulang dari restoran itu Santira tidak memberikan jawaban apapun dan wajahnya masih sangat masam.Dirinya sudah meminta maaf berulang kali kepada Santira, tetapi tetap saja wanita itu masih kesal dan juga marah. Dirinya juga sangat merasa bingung, sebenarnya apa yang diinginkan oleh seorang wanita. Tadi Santira meminta dirinya sebuah kepastian, lalu ia sudah memberikan kepastian. Lantas di saat ia sudah memberikan jawaban apa yang diinginkan oleh Santira mengapa wanita itu justru berbalik merajuk kepadanya."Santira, kamu tahu jika aku sangat tidak suka didiamkan kenapa kamu melakukan itu?" Dirinya bukan