Arini melirik ke arah jam dinding yang ada di kamar yang sudah pukul 10.00 malam, tetapi Elsyam belum datang juga. Ponsel lelaki itu pun tidak dapat dihubungi membuat dirinya sangat bingung. Ke mana sebenarnya suaminya pergi, tidak biasanya Elsyam mematikan ponsel saat tidak berada di rumah.Wanita itu langsung menatap ponselnya yang berdering, ia segera mengangkatnya ternyata Diralah yang menelpon. Gadis itu menelponnya dengan suara yang sangat panik, karena mengatakan jika mereka tengah melarikan diri karena ada beberapa pengawal bu Sekar yang mencoba untuk mengambil alih kembali bu Widuri. "Tunggu sebentar aku akan segera ke sana," ungkap Arini.Arini kembali mengambil jaketnya, ia juga sengaja memakai sebuah sepatu karena untuk seperti ini ia tidak mungkin memakai heels pasti akan sangat menyulitkannya. "Aku pergi sebentar jika tuan Elsyam sudah datang bilang saja aku keluar menemui temanku sebentar," ungkap Arini kepada Nency.Karena tidak m
"Mas ...." Tuan Alfon dan bu Widuri saling memandang. Mereka juga dipisahkan sejak lama bu Sekar benar-benar menyiksa keduanya dan dikurung seorang diri bahkan diperlakukan layaknya binatang saja. Keduanya saling berpelukan, meluapkan kerinduan yang telah lama bersarang. Tangis haru dan bahagia pun menyertai pertemuan mereka berdua.Elsyam pun berkaca-kaca melihat itu, lalu mereka berdua menoleh ke arah lelaki itu dan langsung memeluknya.Dira, ia tidak paham dengan apa yang terjadi. Wanita paruh baya yang ditolongnya adalah mertua dari Arini, lalu Elsyam itu adalah suami Arini. Begitu juga dengan ridho lelaki yang baru tiba itu tertegun melihat pemandangan yang sudah lama dinantikan. Akhirnya perjuangan Elsyam selama berpuluh-puluh tahun ini membuahkan hasil yang begitu manis."Pa, menantu kita ...." Bu Widuri tak kuasa menjelaskan bagaimana kondisi Arini kepada suaminya itu. Bahkan di baju Elsyam pun penuh dengan darah.Seorang perawat kelu
"Tuan, Arini sudah melewati masa kritisnya sekarang dia sudah dibawa ke ruang perawatan," ungkap Rido.Elsyam yang mendengar hal tersebut sangat terkejut dan, lalu dirinya segera menyikapi air mata yang ada di pipi tak lupa dirinya juga mencuci wajahnya. Ia dan juga Rido segera pergi untuk melihat ruang rawat inap sang istri. "Bagaimana keadaan istri saya Dok?" tanya Elsyam.Dokter menetap ke arah Elsyam karena lelaki itu yang sejak tadi ditunggu-tunggu sebagai wali dari Arini yang mengambil segala tindakan maka harus melalui persetujuan dari Elsyam. "Bapak Elsyam adalah suami dari bu Arini?" tanya Dokter kembali untuk memastikan jika data yang diterima telah valid.Elsyam mengangguk. "Ya, saya suami dari Arini bagaimana keadaan istri saya?" tanya Elsyam kembali. Dokter belum mengatakan apa-apa, tetapi dirinya tidak mungkin salah menafsirkan tatapan dari dokter yang menangani Arini tersebut. "Saya tidak mau terjadi apa-apa dengan istri saya, rumah sak
"Arini bangun, sekarang aku akan terbuka denganmu," ungkap Elsyam kembali. Sejak tadi dirinya seperti orang gila yang berbicara sendirian, Arini tidak merespon apapun matanya terpejam yang terdengar hanyalah bunyi-bunyi alat yang terpasang di tubuhnya sebagai penunjang kehidupan wanita itu. Elsyam seakan langit benar-benar runtuh menimpanya, hari yang dirinya tunggu selama ini tiba. Namun, tidak bisa membuatnya bahagia. "Arini, kamu pasti mendengar ucapanku bukan? Cepat bangun agar aku bisa menempati semua ucapanku itu," ungkap Elsyam. Air matanya terus saja membasahi pipi bahkan sesekali ia mencium wanita itu.Elsyam tertawa, untuk pertama kalinya demi seorang wanita dirinya menangis sampai tersedu-sedu seperti ini. "Jika kamu bangun, pasti kamu akan meledekku Arini karena menangis," ungkap Elsyam.Dirinya selama ini terlalu gengsi untuk memperlihatkan apa yang dirasakan, Elsyam juga terlalu sibuk menyelidiki bu Sekar yang ia curigai sebagai dalang dari
Elsyam dan juga Hendri sudah dipisahkan oleh polisi dan juga Rido. Namun, saat emosinya Elsyam telah mereda di sanalah Hendri terus mengompor-komporinnya. "Kamu itu memang tidak pantas untuk bahagia El, kamu itu memang pantasnya selalu menderita," ujar Hendri kembali. Walaupun wajahnya sudah babak belur, tetapi lelaki itu tetap tidak menyerah dia terus mengejek Elsyam yang baru saja kehilangan calon anaknya itu."Diam Hendri!" seru Elsyam.Saat keduanya tengah berdebat, Haruni yang baru saja melahirkan dibantu oleh asistennya melangkah mendekati ke arah Hendri. "Aku mau minta cerai darimu, aku tidak ingin memiliki seorang suami narapidana," ungkap Haruni.Mendengar hal tersebut dari sang istri membuat Hendri terhangat terkejut. Baru saja dirinya merasa bahagia karena telah menjadi seorang ayah, kini ia mendengar kabar permintaan perceraian dari sang istri. "Apa-apaan kamu harusnya kamu bisa mendampingi suami di saat-saat seperti ini bukan di saat
"Do, kamu urus perihal pembangunan mall baru kita itu. Aku hanya ingin fokus dengan Arini," ungkap Elsyam. Sudah dua hari hari ini belum juga membuka matanya, selama dua hari itu juga elsam selalu berada di sisinya, mengajak wanita itu mengobrol banyak hal yang dahulunya tidak pernah ia bicarakan sama sekali dengan Arini. Kini dirinya merasakan sebuah patah hati yang teramat dalam bagaikan kemarau panjang yang tiba-tiba dilanda sebuah hujan dirinya tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi Arini. "Jika memang pekerjaan itu bisa kau ambil alih ambil alih saja namun jika tidak bisa diwakilkan kamu segera hubungi aku," ungkap Elsyam lagi.Keadaan tuan Alfon dan bu Widuri pun perlahan pulih mereka merasa kasihan dengan putranya. Menikmati kembali harta yang sudah mereka pupuk sejak dulu yang semakin besar karena diurus oleh Elsyam.Elsyam yang sudah kembali lagi ke sisi Arini, dirinya melihat jari telunjuk wanita itu dan jari tengahnya bergerak-gerak. "Liha
"Hei, kapan kamu akan bangun apa tidak lelah terus tertidur seperti ini aku sangat bosan menunggumu di sini Arini, aku tidak memiliki aktivitas lain," ungkap Elsyam. Selama 62 hari ini, ia selalu menyekat tubuh Arini pagi dan sore hari untuk menjaga kesegaran dari tubuh wanita itu serta dirinya juga tidak lelah untuk mengajak sang istri mengobrol walaupun wanita itu masih belum sadarkan diri. Dirinya tidak patah semangat dan berusaha menunggu agar sang wanita keajaiban itu ada maka dari itu dirinya tak akan lelah menunggu Arini dan merawatnya. "Kamu tahu, mau baru yang menggunakan namamu itu mungkin sebentar lagi akan segera launching Apa kamu tidak ingin melihatnya?" Elsyam hampir 24 jam berada di rumah sakit, Untung saja ada Rido yang menggantikan tugasnya dan lelaki itu yang selalu membawakan dirinya makan dan pakaian ganti selama di rumah sakit ini. Ayahnya juga membantu dirinya untuk mengawasi mall yang tengah dibangun jadi dirinya tidak terlalu memikirkan hal te
"Sudah mual ini," ujar Arini. Pagi ini dirinya sarapan dengan bubur ayam, dirinya terus dipaksa untuk makan oleh Elsyam dan lelaki itu yang menyuapinya. "Aku sudah kenyang Tuan," ucap Arini kembali."Sekali lagi ayo, aaa ...." Elsyam mengerahkan kembali sendok itu kepadanya, mau tidak mau hari ini kembali membuka mulutnya setelah suapan terakhir itu, wanita itu langsung menutup mulutnya pertanda jika dirinya tidak mau lagi dipaksa untuk makan. "Sebentar lagi papa dan mama akan datang, semalam saat diberitahu jika kamu sudah sadarkan diri mereka sangat senang," ungkap Elsyam."Jadi bu Widuri itu orang tua dari tuan kok bisa diculik bu Sekar bagaima—" Arini tidak melanjutkan perkataannya, dirinya lupa mengatakan jika ia tidak perlu mencari tahu perihal lelaki itu maka dari itu dianya langsung menghentikan ucapannya itu takut jika nanti Elsyam justru kembali membentaknya lagi hal tersebut yang akan membuat ia sakit. "Hehe, tidak jadi," ujar Arini. Wanita itu juga sang
"Selamat, ya," ujar Arini. Wanita itu merentangkan tangan kepada sang kakak dan juga Santira.Abraham benar-benar merasa heran dengan reaksi yang diberikan oleh adiknya itu. Walaupun demikian, dirinya tetap saja membalas ucapan selamat dari adiknya tersebut.Arini juga langsung saja memberikan pelukan kepada Santira.Bu Widuri yang sejak tadi terheran-heran dengan kehadiran wanita yang dahulu hampir saja bertunangan dengan anaknya itupun, tidak tahan lagi dan akhirnya bertanya sebenarnya ada apa semua ini.Abraham langsung saja menjelaskan semuanya, perihal peristiwa dahulu tentang penculikan Elsyam dan tentang penangkapan Yordan yang semua itu dibantu oleh Santira. Dirinya memang ingin membersihkan cap buruk tentang calon istrinya itu di mata orang-orang. Mereka hanya mampu melihat Santira yang dulu saja, padahal Santira yang sekarang sudah sangat jauh berbeda."Mungkin semua orang memiliki masa lalu buruk, tetapi semua orang juga bisa berubah. Kita hanya manusia biasa, bukan Tuhan y
Arini yang baru saja meninggalkan kursi, ia langsung berpapasan dengan kakaknya Abraham yang tengah menggendong sang putri."Kenapa maksain harus menggendong, sedangkan tangan Kakak saja masih sakit seperti ini." Arini langsung saja merebut Elea dari gendongan kakaknya, ia takut jika sakit di tangan kakaknya semakin parah dan juga dirinya takut juga sang anak terjatuh.Abraham, hanya menyengir saja walaupun tangannya memang masih sakit. Namun, dirinya sudah sangat merindukan sang keponakan. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan rasa rindunya maka dirinya tadi langsung saja menggendong Elea walaupun tangannya memang masih sangat sakit. "Aku hanya merindukannya, aku ya jamin dia tidak akan jatuh kok Arini."Elsyam dan juga Ridho, tiba-tiba muncul dari belakang. Mereka berdua tengah asyik mengobrol satu sama lain. Keduanya juga langsung berhenti tepat di sisi Arini dan juga Abraham."Ada apa Sayang, kenapa marah-marah seperti itu?" tanya Elsyam.Arini langsung saja menatap ke ara
Elea, gadis berpipi gembil itu tampil dengan cukup menawan. Balutan gaun putih, lalu rambut yang diikat dua benar-benar membuatnya nampak begitu seperti boneka hidup. Orang-orang yang melihat putri dari Arini itu pun mereka terlihat sangat gemas. Apalagi Elea anak itu selalu tersenyum ramah kepada siapapun orang yang menyapanya."Anaknya Pak Elsyam benar-benar sangat cantik."Arini dan juga suaminya memang tengah menghadiri sebuah acara besar tahunan. Di mana, di sana banyak sekali rekan-rekan bisnis dari Elsyam. "Sini biar aku yang gendong." Elsyam merentangkan tangannya, ia langsung saja mengambil putrinya ke dalam gendongan. Tak mungkin dirinya melepaskan Elea, di tengah-tengah keramaian seperti ini.Elea memang sering diajak untuk menghadiri acara-acara penting perusahaan dari ayahnya. Karena si kembar sudah sering menolak, mereka memiliki kegiatan lain dan lebih senang bersama dengan kakek neneknya karena selalu mau menuruti keinginan mereka berdua. Sedangkan, Elea lebih memilih
"Bagaimana keadaannya?"Arini bertanya kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan kakaknya itu. Tadi memang suaminya ditelepon oleh pihak rumah sakit jika Abraham mengalami sebuah insiden kecelakaan. Mereka berdua langsung saja menuju ke rumah sakit, karena memang hanya mereka berdualah pihak keluarga dari Abraham.Dokter mencoba menenangkan Arini yang terlihat begitu panik, memang saat suaminya menjelaskan jika pihak rumah sakit menelpon dirinya karena Abraham kecelakaan. Wanita itu langsung saja menjadi begitu sangat khawatir kepada kakaknya tersebut."Pasien sudah boleh dijenguk, mungkin untuk beberapa hari ini dia hanya perlu waktu untuk istirahat saja."Arini menggangguk begitu juga dengan Elsyam mereka langsung saja memilih untuk masuk ke ruangan di mana Abraham dirawat.Wajah panik dari Arini berubah seketika menjadi masam lagi, saat melihat seorang wanita yang tengah berdiri di samping kakaknya itu.Abraham pun langsung saja menoleh ia melihat Arini dan juga suam
Setelah Arini berhasil menidurkan sang putri, yang memilih untuk bermain dengan ponselnya. Di seberang dirinya ada Elsyam yang tengah berkutat dengan laptopnya.Lelaki itu memang sudah paham bagaimana cara menangani amarah sang istri, ia memilih untuk diam karena jika dirinya terus berkata pasti hari ini akan semakin marah dan kesal saja. Dirinya yakin jika esok pagi pasti amarah dari istrinya sudah reda maka dari itu ia memilih untuk diam.Arini pun memilih untuk melihat-lihat aplikasi orange tempat di mana dirinya berbelanja bahkan 1 bulan ia bisa menghabiskan puluhan juta karena menurutnya. Lebih baik berbelanja online karena ia tidak perlu harus repot-repot datang ke toko dan memilih, mungkin bedanya jika berbelanja online kita harus sabar menunggu.Ia tidak mempedulikan tentang pesan-pesan yang dikirimkan oleh kakaknya itu. Dirinya masih sangat marah dan ia juga tidak bisa berpikir dengan jernih untuk saat ini. Maka dari itu hal ini memilih untuk diam daripada ia berkata dan just
Elsyam memegangi Arini, ia takut jika sampai istrinya itu justru berbuat yang tidak-tidak kepada kakaknya. Tatapan dari Arini benar-benar terlihat begitu murka kepada kakaknya itu, sejak tadi Ia terus saja menuntut sang kakak untuk menceritakan semuanya."Aku tidak menyangka jika selama ini Kakak bisa membohongi adiknya sendiri sampai sebegitu lamanya," ungkap Arini.Abraham yang sejak tadi terus saja diberondong pertanyaan oleh Arini pun, ia benar-benar perangainya sebagai orang yang tegas langsung sirna seketika di hadapan Arini. Memang sejak dirinya mengetahui jika Arini adalah adiknya, ia benar-benar menganggap Arini seperti ibunya sendiri, apalagi saat adiknya marah wanita itu pasti akan sangat sulit untuk dibujuk.Lelaki itu sejak tadi berusaha memberikan isyarat kepada Elsyam, ia berharap jika adik iparnya itu dapat membantu.Arini masih menatap tajam ke arah mereka berdua. Ia tidak menyangka jika ternyata mereka bisa menyimpan rahasia yang begitu besar, pantas saja selama ini
Abraham benar-benar merasa begitu gelisah. Sudah satu minggu, Santira mengabaikannya bahkan wanita itu tidak mau berbicara dengannya dan di kantor pun saat berpapasan bahkan Santira langsung saja membuang wajah tidak mau menatap ke arahnya.Ketukan di pintu membuat lamunan dari Abraham pun buyar, ia langsung saja menatap di mana orang yang sedang dirinya nanti sudah berada di ambang pintu."Ada apa Pak Abraham memanggil saya?" Memang seperti biasa jika di kantor Santira akan bersikap formal dan mereka pun seolah-olah tidak saling mengenal satu sama lain. Semua itu karena mereka berdua menjunjung tinggi profesionalitas saat bekerja.Abraham benar-benar sangat merindukan wanita itu, bahkan Santira pun sudah tidak mau lagi mengangkat dan membalas chat serta panggilan telepon dari dirinya. Lelaki itu langsung saja melangkah menuju pintu dan langsung mengunci pintu dari dalam, ia tidak mau lagi jika sampai Santira melarikan diri karena menurutnya sangat sulit sekali untuk berbicara dengan
Elsyam benar-benar seperti tengah mendengarkan seorang ABG yang sedang bercerita mengenai kisah asmaranya. Lelaki itu terus saja menahan tawa, mendengar cerita Abraham yang dituntut meminta kepastian oleh Santira.Dirinya juga benar-benar merasa heran kepada kakak iparnya tersebut, bagaimana bisa ia menggantungkan perasaan seorang wanita hampir 2 tahun. Padahal selama ini mereka seperti layaknya sepasang kekasih yang tengah backstreet saja karena memang tidak ada orang yang mengetahuinya selain dirinya itu.Elsyam juga memang sering mengatakan kepada Abraham agar dia mau memberikan penjelasan dan juga kebenaran ini kepada istrinya Arini, dirinya takut jika sampai Arini tahu dari orang lain justru akan marah."Oh, jadi sekarang kalian berdua sudah resmi pacaran?"Abraham melirik ke arah Elsyam dengan tatapan yang begitu aneh. Mereka berdua memang berada di ruang kerja dari lelaki itu, untung saja tadi elea menangis jadi Arini tidak ikut nimbrung bersama dan memilih untuk kembali lagi k
Walaupun Abraham sudah mengatakan jika dirinya memang mencintai Santira dan juga ingin menikahinya, tetapi tetap saja wanita itu masih merajuk kepada Abraham atas apa yang selama ini dilakukan oleh dirinya. Mungkin rumus matematika memang sulit untuk dipahami, dihafal. Namun, memahami hati wanita jauhlah lebih sulit daripada itu.Abraham benar-benar merasa sangat pusing, karena sejak pulang dari restoran itu Santira tidak memberikan jawaban apapun dan wajahnya masih sangat masam.Dirinya sudah meminta maaf berulang kali kepada Santira, tetapi tetap saja wanita itu masih kesal dan juga marah. Dirinya juga sangat merasa bingung, sebenarnya apa yang diinginkan oleh seorang wanita. Tadi Santira meminta dirinya sebuah kepastian, lalu ia sudah memberikan kepastian. Lantas di saat ia sudah memberikan jawaban apa yang diinginkan oleh Santira mengapa wanita itu justru berbalik merajuk kepadanya."Santira, kamu tahu jika aku sangat tidak suka didiamkan kenapa kamu melakukan itu?" Dirinya bukan