Arini sudah pulang dari rumah sakit setelah 2 hari 3 malam dirinya dirawat. "Aku tidak mengatakan apa pun kepada orang tuaku, lebih baik kamu bisa menjaga sikap kamu cemburu boleh Arini tetapi jangan berlebihan," ungkap Elsyam. Lelaki itu membantu sang istri untuk duduk di ranjang.
Kali ini Arini tidak banyak bicara karena menurutnya percuma saja membela jika tidak ada yang percaya. Seandainya dirinya masih memiliki orang tua mungkin ia lebih meminta untuk dipulangkan saja, tetapi dia hanyalah seorang anak yatim piatu yang bahkan tidak mengetahui siapa dan rupa orang tuanya sendiri."Arini, kali ini aku akan memaafkanmu tapi tidak untuk lain kali," ungkap Elsyam lagi.Arini menoleh membuat dirinya dan juga Elsyam saling bertatapan satu sama lain. "Iya, maaf," ujar Arini.Elsyam mengangguk, dirinya mengusap puncak kepala sang istri. "Apakah masih ada yang sakit?" tanya Elsyam.Wanita itu menggeleng, mungkin sakit di tubuhnya akan segera h"Do!" Arini langsung saja memeluk ridho dirinya benar-benar ketakutan karena ia memang tidak bisa berenang. Tangis wanita itu pun akhirnya pecah tak sanggup lagi ia harus berpura-pura tegar apalagi sekarang sudah terlihat jelas jika memang dirinya tidak penting untuk Elsyam.Rido langsung saja meminta handuk kepada seorang pelayan yang memang sudah membawakan handuk untuk Arini dia langsung membalut tubuh wanita itu. Tadi dirinya memang sengaja mengecek daftar tamu undangan di acara ini dan benar jika Haruni ada, ia juga selama ini sudah mencari tahu tentang wanita itu dan benar apa yang dikatakan oleh Arini jika ular berbisa itu tengah menyusun rencana. "Ayo kita pulang," ungkap Rido. Arini yang hendak berdiri tubuhnya kembali limbung lagi karena ia memang benar-benar merasa sangat lemas apalagi kondisinya yang belum pulih. Rido mau tidak mau akhirnya memilih untuk menggendong Arini ala bridal style. Melewati kerumunan orang-orang tersebut. Lelaki itu sudah keluar dari ruangan pesta
"Memangnya kamu peduli dengan keadaanku?" tanya Arini. Wanita itu memejamkan matanya sebentar, bahkan penglihatannya pun seakan berputar-putar ia benar-benar merasakan sakit kepala. "Untuk apa menanyakan hal itu? Kamu saja meninggalkanku begitu saja bahkan kamu tahu saat itu aku hampir sekarat," papar Arini.Elsyam refleks memegang kedua tangan wanitanya saat hendak terjatuh. Namun, wanita itu menepis tangannya."Aku bisa sendiri," ujar Arini. Dirinya segera saja melangkah menuju lemari, mengambil pakaiannya untuk berganti memang rasanya tidak baik jika ia harus memaksakan diri untuk mandi. "Aku mau mengganti pakaian apa kamu masih mau mengikutiku juga Tuan?" tanya Arini kembali.Elsyam terdiam, dirinya tidak jadi mengikuti sang istri menuju kamar mandi lagi. Ia benar-benar tidak menyangka jika apa yang dilakukannya kembali menyakiti sang istri, semalam dirinya benar-benar panik dengan keadaan Haruni maka dari itu dirinya langsung saja membawa Haruni pergi. Di rumah sakit pun dirinya
"Apa Nyonya Muda, hamil ya karena tetanggaku begitu muntah-muntah hamil Nyonya," ujar Nancy. Dirinya mengucapkan apa yang ada di pikirannya karena kemungkinan besar jika nyonya mudanya tengah hamil apalagi tanda-tandanya sama seperti apa yang dialami oleh orang-orang hamil pada umumnya mual-mual. Arini menoleh, ia tersenyum dengan apa yang diucapkan oleh pelayannya itu. "Kamu tahu sendiri bukan jika aku sangat sulit untuk hamil, rasanya tidak mungkin jika aku hamil kemungkinan aku hanya masuk angin saja karena semalam hampir tenggelam di kolam renang," papar Arini. Dirinya tidak ingin terlalu berharap akan hal tersebut karena menurutnya harapan hanya akan membuatnya kecewa saja."Nyonya itu hanya sulit untuk hamil bukan tidak bisa untuk hamil jadi kemungkinan hamil itu ada, aku pernah membaca kisah orang yang tidak bisa hamil selama berpuluh-puluh tahun tetapi akhirnya dia bisa hamil juga Nyonya kita tes ya," ujar Nancy kembali. Wanita itu semakin yakin jika nyony
"Tuan?" Arini sudah berada di hadapan Elsyam. "Jika memang ini keputusanmu, baik aku akan terima," ungkap Arini. Lagi dan lagi dirinya dibuat kecewa oleh harapan yang tidak pernah dirinya bayangkan. Arini merasa kecewa karena bisa-bisanya dirinya berharap dengan lelaki itu, lelaki yang tidak pernah sama sekali menghargainya sebagai seorang istri, dulu menjanjikan kebahagiaan untuk dirinya, tetapi semua itu hanyalah omong kosong belaka karena sekarang justru Elsyam mengkhianati ucapannya sendiri.Elsyam melangkah mendekati Arini yang hendak pergi. "Aku bisa jelaskan Arini, Haruni diusir dari apartemennya maka dari itu aku membawanya ke sini. Dia sekarang tidak memiliki tempat tinggal dan dia baru saja melahirkan apa tidak ada sedikit rasa kasihanmu untuknya?" tanya Elsyam. Ya, tadi saat di rumah sakit wanita itu dikabari oleh pihak apartemen jika ternyata Haruni sudah menunggak apartemen hingga berbulan-bulan ramanya maka dari itu tadi dirinya diusir. Elsyam merasa kasi
"Rido seharusnya kamu tidak melakukan ini," ujar Arini. Dirinya tidak mau kembali disalahkan oleh orang tua Rido karena membuat mereka semua keluar dari rumah besar itu. "Seharusnya kamu tidak perlu membelaku, jadi kamu bisa tetap bekerja bersama dengan tuan Elsyam," papar Arini kembali saat mereka berempat sudah keluar dari gerbang rumah besar tersebut."Bagaimana aku bisa bekerja dengan orang yang tidak mempercayaiku, Nyonya?" tanya Rido. Menurutnya tidak ada gunanya ia bekerja dengan orang yang tidak memiliki rasa percaya kepada dirinya. "Rasanya sangat tidak nyaman karena dicurigai lebih baik jika aku keluar bukan?" Orang tua Rido pun, masih dalam kebingungan karena mereka semua diusir dari kediaman Elsyam. Wajah tuanya menyiratkan akan banyak pertanyaan yang terbelenggu di dalam mulut, tetapi langkah mereka tetap saja mengikuti kemanapun anaknya pergi.Mereka berempat melangkah menyusuri jalanan dengan hari yang mulai terik itu tanpa arah dan tujuan.
"Tolong bersihkan kamar tamu dan bawa Haruni beristirahat di sana," ujar Elsyam sebelum melangkah pergi.Haruni pun terkejut mengapa dirinya harus tinggal di kamar tamu padahal Arini sudah tidak ada di rumah ini. Ia kira dirinya akan langsung bisa tinggal di kamar utama dengan lelaki itu ternyata salah, dirinya tidak mendapatkan kamar utama lagi. Walaupun dengan enggan dirinya tetap menuruti perintah Elsyam melangkah menuju kamar tamu dibantu oleh ibu mertuanya."Pelan-pelan," ujar Bu Widuri.Elsyam juga memberikan seorang babysitter untuk menjaga Hans.Setiap hari pelayan memang selalu membersihkan kamar tamu jadi mereka tidak lama-lama lagi untuk menyiapkannya saat Haruni masuk kamar pun telah siap.Dirinya tak pernah membayangkan jika akan kembali tinggal di rumah besar ini bahkan dulu dirinya tak pernah masuk ke kamar tamu yang ukurannya cukup kecil dibandingkan dengan kamar utama. 'Sabar, sabar Haruni. Kamu tinggal menunggu saja Elsy
"Aku mau keluar dulu sebentar, ada janji dengan seseorang apakah ada yang menitip sesuatu untuk dibawa pulang?" tanya Rido. Biasanya lelaki itu selalu berpakaian rapi dengan kemeja jas dan juga celana panjang serta sepatu pantofelnya, kini penampilannya terlihat begitu santai dengan memakai kaos dan celana jeans saja.Arini dan juga bu Mawar tengah praktek untuk menu baru di outlet salad buahnya."Tidak, coba tanya Arini apakah dia ingin menitip sesuatu?" tanya Bu Mawar yang langsung mendapat gelengan dari Arini wanita itu tengah fokus dengan jagungnya karena ia ingin membuat jasuke sebagai menu andalan baru di setiap outletnya.Rido segera pamit pergi karena tidak ada yang mau menitip sesuatu kepadanya, biasanya ia menggunakan mobil kini dirinya menggunakan kendaraan umum ini gaji yang diberikan oleh Elsyam sangatlah tinggi kepadanya. Sebenarnya ia bisa saja membeli mobil ataupun rumah, tetapi tidak untuk sekarang-sekarang ini karena menurutnya dia belum
Arini terdiam sembari mengelus perutnya, mengapa di saat seperti ini justru dirinya dinyatakan hamil ada rasa senang bercampur dengan rasa sedih yang tak berkesudahan. Untung saja kartu atm-nya waktu itu ia berikan kepada Dira jadi dirinya tidak terlalu memusingkan perihal keuangan karena masih memiliki tabungan."Kak, ini ponselnya merk yang kakak inginkan," ungkap Dira.Ya, dirinya juga memang memerlukan ponsel untuk menunjang pekerjaannya apalagi sekarang dirinya tidak boleh terlalu capek dalam bekerja maka ia harus memutar otak memanfaatkan sosial media untuknya. "Terima kasih," ujar Arini. Ponsel baru beserta dengan nomor yang baru juga karena ponselnya yang dulu yang bernilai jutaan rupiah itu sengaja dirinya tinggalkan di rumah Elsyam karena itu memang ponsel milik sang lelaki.Arini langsung saja memasangkan kartu ponselnya itu dan menyalakannya, dirinya memang tidak merasa kesepian karena sudah sejak dulu dirinya sendiri dia juga sudah terbiasa ditinggalkan karena orang tuanya
"Selamat, ya," ujar Arini. Wanita itu merentangkan tangan kepada sang kakak dan juga Santira.Abraham benar-benar merasa heran dengan reaksi yang diberikan oleh adiknya itu. Walaupun demikian, dirinya tetap saja membalas ucapan selamat dari adiknya tersebut.Arini juga langsung saja memberikan pelukan kepada Santira.Bu Widuri yang sejak tadi terheran-heran dengan kehadiran wanita yang dahulu hampir saja bertunangan dengan anaknya itupun, tidak tahan lagi dan akhirnya bertanya sebenarnya ada apa semua ini.Abraham langsung saja menjelaskan semuanya, perihal peristiwa dahulu tentang penculikan Elsyam dan tentang penangkapan Yordan yang semua itu dibantu oleh Santira. Dirinya memang ingin membersihkan cap buruk tentang calon istrinya itu di mata orang-orang. Mereka hanya mampu melihat Santira yang dulu saja, padahal Santira yang sekarang sudah sangat jauh berbeda."Mungkin semua orang memiliki masa lalu buruk, tetapi semua orang juga bisa berubah. Kita hanya manusia biasa, bukan Tuhan y
Arini yang baru saja meninggalkan kursi, ia langsung berpapasan dengan kakaknya Abraham yang tengah menggendong sang putri."Kenapa maksain harus menggendong, sedangkan tangan Kakak saja masih sakit seperti ini." Arini langsung saja merebut Elea dari gendongan kakaknya, ia takut jika sakit di tangan kakaknya semakin parah dan juga dirinya takut juga sang anak terjatuh.Abraham, hanya menyengir saja walaupun tangannya memang masih sakit. Namun, dirinya sudah sangat merindukan sang keponakan. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan rasa rindunya maka dirinya tadi langsung saja menggendong Elea walaupun tangannya memang masih sangat sakit. "Aku hanya merindukannya, aku ya jamin dia tidak akan jatuh kok Arini."Elsyam dan juga Ridho, tiba-tiba muncul dari belakang. Mereka berdua tengah asyik mengobrol satu sama lain. Keduanya juga langsung berhenti tepat di sisi Arini dan juga Abraham."Ada apa Sayang, kenapa marah-marah seperti itu?" tanya Elsyam.Arini langsung saja menatap ke ara
Elea, gadis berpipi gembil itu tampil dengan cukup menawan. Balutan gaun putih, lalu rambut yang diikat dua benar-benar membuatnya nampak begitu seperti boneka hidup. Orang-orang yang melihat putri dari Arini itu pun mereka terlihat sangat gemas. Apalagi Elea anak itu selalu tersenyum ramah kepada siapapun orang yang menyapanya."Anaknya Pak Elsyam benar-benar sangat cantik."Arini dan juga suaminya memang tengah menghadiri sebuah acara besar tahunan. Di mana, di sana banyak sekali rekan-rekan bisnis dari Elsyam. "Sini biar aku yang gendong." Elsyam merentangkan tangannya, ia langsung saja mengambil putrinya ke dalam gendongan. Tak mungkin dirinya melepaskan Elea, di tengah-tengah keramaian seperti ini.Elea memang sering diajak untuk menghadiri acara-acara penting perusahaan dari ayahnya. Karena si kembar sudah sering menolak, mereka memiliki kegiatan lain dan lebih senang bersama dengan kakek neneknya karena selalu mau menuruti keinginan mereka berdua. Sedangkan, Elea lebih memilih
"Bagaimana keadaannya?"Arini bertanya kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan kakaknya itu. Tadi memang suaminya ditelepon oleh pihak rumah sakit jika Abraham mengalami sebuah insiden kecelakaan. Mereka berdua langsung saja menuju ke rumah sakit, karena memang hanya mereka berdualah pihak keluarga dari Abraham.Dokter mencoba menenangkan Arini yang terlihat begitu panik, memang saat suaminya menjelaskan jika pihak rumah sakit menelpon dirinya karena Abraham kecelakaan. Wanita itu langsung saja menjadi begitu sangat khawatir kepada kakaknya tersebut."Pasien sudah boleh dijenguk, mungkin untuk beberapa hari ini dia hanya perlu waktu untuk istirahat saja."Arini menggangguk begitu juga dengan Elsyam mereka langsung saja memilih untuk masuk ke ruangan di mana Abraham dirawat.Wajah panik dari Arini berubah seketika menjadi masam lagi, saat melihat seorang wanita yang tengah berdiri di samping kakaknya itu.Abraham pun langsung saja menoleh ia melihat Arini dan juga suam
Setelah Arini berhasil menidurkan sang putri, yang memilih untuk bermain dengan ponselnya. Di seberang dirinya ada Elsyam yang tengah berkutat dengan laptopnya.Lelaki itu memang sudah paham bagaimana cara menangani amarah sang istri, ia memilih untuk diam karena jika dirinya terus berkata pasti hari ini akan semakin marah dan kesal saja. Dirinya yakin jika esok pagi pasti amarah dari istrinya sudah reda maka dari itu ia memilih untuk diam.Arini pun memilih untuk melihat-lihat aplikasi orange tempat di mana dirinya berbelanja bahkan 1 bulan ia bisa menghabiskan puluhan juta karena menurutnya. Lebih baik berbelanja online karena ia tidak perlu harus repot-repot datang ke toko dan memilih, mungkin bedanya jika berbelanja online kita harus sabar menunggu.Ia tidak mempedulikan tentang pesan-pesan yang dikirimkan oleh kakaknya itu. Dirinya masih sangat marah dan ia juga tidak bisa berpikir dengan jernih untuk saat ini. Maka dari itu hal ini memilih untuk diam daripada ia berkata dan just
Elsyam memegangi Arini, ia takut jika sampai istrinya itu justru berbuat yang tidak-tidak kepada kakaknya. Tatapan dari Arini benar-benar terlihat begitu murka kepada kakaknya itu, sejak tadi Ia terus saja menuntut sang kakak untuk menceritakan semuanya."Aku tidak menyangka jika selama ini Kakak bisa membohongi adiknya sendiri sampai sebegitu lamanya," ungkap Arini.Abraham yang sejak tadi terus saja diberondong pertanyaan oleh Arini pun, ia benar-benar perangainya sebagai orang yang tegas langsung sirna seketika di hadapan Arini. Memang sejak dirinya mengetahui jika Arini adalah adiknya, ia benar-benar menganggap Arini seperti ibunya sendiri, apalagi saat adiknya marah wanita itu pasti akan sangat sulit untuk dibujuk.Lelaki itu sejak tadi berusaha memberikan isyarat kepada Elsyam, ia berharap jika adik iparnya itu dapat membantu.Arini masih menatap tajam ke arah mereka berdua. Ia tidak menyangka jika ternyata mereka bisa menyimpan rahasia yang begitu besar, pantas saja selama ini
Abraham benar-benar merasa begitu gelisah. Sudah satu minggu, Santira mengabaikannya bahkan wanita itu tidak mau berbicara dengannya dan di kantor pun saat berpapasan bahkan Santira langsung saja membuang wajah tidak mau menatap ke arahnya.Ketukan di pintu membuat lamunan dari Abraham pun buyar, ia langsung saja menatap di mana orang yang sedang dirinya nanti sudah berada di ambang pintu."Ada apa Pak Abraham memanggil saya?" Memang seperti biasa jika di kantor Santira akan bersikap formal dan mereka pun seolah-olah tidak saling mengenal satu sama lain. Semua itu karena mereka berdua menjunjung tinggi profesionalitas saat bekerja.Abraham benar-benar sangat merindukan wanita itu, bahkan Santira pun sudah tidak mau lagi mengangkat dan membalas chat serta panggilan telepon dari dirinya. Lelaki itu langsung saja melangkah menuju pintu dan langsung mengunci pintu dari dalam, ia tidak mau lagi jika sampai Santira melarikan diri karena menurutnya sangat sulit sekali untuk berbicara dengan
Elsyam benar-benar seperti tengah mendengarkan seorang ABG yang sedang bercerita mengenai kisah asmaranya. Lelaki itu terus saja menahan tawa, mendengar cerita Abraham yang dituntut meminta kepastian oleh Santira.Dirinya juga benar-benar merasa heran kepada kakak iparnya tersebut, bagaimana bisa ia menggantungkan perasaan seorang wanita hampir 2 tahun. Padahal selama ini mereka seperti layaknya sepasang kekasih yang tengah backstreet saja karena memang tidak ada orang yang mengetahuinya selain dirinya itu.Elsyam juga memang sering mengatakan kepada Abraham agar dia mau memberikan penjelasan dan juga kebenaran ini kepada istrinya Arini, dirinya takut jika sampai Arini tahu dari orang lain justru akan marah."Oh, jadi sekarang kalian berdua sudah resmi pacaran?"Abraham melirik ke arah Elsyam dengan tatapan yang begitu aneh. Mereka berdua memang berada di ruang kerja dari lelaki itu, untung saja tadi elea menangis jadi Arini tidak ikut nimbrung bersama dan memilih untuk kembali lagi k
Walaupun Abraham sudah mengatakan jika dirinya memang mencintai Santira dan juga ingin menikahinya, tetapi tetap saja wanita itu masih merajuk kepada Abraham atas apa yang selama ini dilakukan oleh dirinya. Mungkin rumus matematika memang sulit untuk dipahami, dihafal. Namun, memahami hati wanita jauhlah lebih sulit daripada itu.Abraham benar-benar merasa sangat pusing, karena sejak pulang dari restoran itu Santira tidak memberikan jawaban apapun dan wajahnya masih sangat masam.Dirinya sudah meminta maaf berulang kali kepada Santira, tetapi tetap saja wanita itu masih kesal dan juga marah. Dirinya juga sangat merasa bingung, sebenarnya apa yang diinginkan oleh seorang wanita. Tadi Santira meminta dirinya sebuah kepastian, lalu ia sudah memberikan kepastian. Lantas di saat ia sudah memberikan jawaban apa yang diinginkan oleh Santira mengapa wanita itu justru berbalik merajuk kepadanya."Santira, kamu tahu jika aku sangat tidak suka didiamkan kenapa kamu melakukan itu?" Dirinya bukan